BAB 20 - Tak Biasa

4 3 0
                                    

Kanzia termenung menatap kalender yang berada di sudut kubikelnya. Sudah dua minggu berlalu saat Eza datang ke rumahnya dan bertemu Linda dan Raphael bersamaan. Dirinya sendiri ingin tau apa saja yang mereka bicarakan terlebih saat Eza datang ke rumah dan menjemputnya untuk ke kantor setelah sembuh Raphael tak begitu menatap Eza dengan datarnya dan kini malah terkesan cuek terhadap mereka berdua. Tak biasanya Raphael bersikap seperti itu sehingga memunculkan tanda tanya mendalam baginya. Dan juga Linda yang hanya tersenyum saat melihat Kanzia dijemput waktu itu.

Kanzia tersentak saat merasakan sesuatu bergerak di dekatnya. Ia langsung mengedarkan pandangannya dan tertuju pada pintu yang memunculkan Eza yang berdiri gagah dengan pakaian formalnya. Sedikit tersenyum, Kanzia membalas senyuman Eza yang kini berjalan memasuki ruangan lain di mana itu ruangan Aksa.

"Aku tak pernah lagi melihatmu diantar oleh pria kemarin. Kemana dia?" Aulia bertanya karena dirinya kini sering mendapati Kanzia lebih dulu berada di ruangan dan sudah bertempur dengan pekerjaannya sendiri.

Akhir pekan lalu Raphael kembali ke kantor pusat yang berada di Bandung dan Linda kembali ke Palembang di hari yang sama. Dan sejak itu juga Kanzia berangkat kerja selalu dijemput oleh Eza dan pulangnya diantar hingga saat ini. Bahkan pria itu rela mengantar Kanzia pulang lebih dulu lalu kembali lagi ke kantor karena harus lembur.

Kanzia sebelumnya sudah mengatakan pada Eza untuk berhenti memperlakukannya seperti ini karena ia tak enak harus merepotkan orang lain. Tapi Eza tetap bersih keras untuk melakukannya. Dan Kanzia kini Raphael membiarkan Eza mendekatinya.

"Dia harus pergi." Jawab Kanzia singkat.

"Kenapa pergi? Kalian baru saja bertemu dan berpisah begitu cepat. Apa kau tak sedih? Dan sebenarnya apa pekerjaannya?"

Kanzia tersenyum mengambil dokumen di atas mejanya lalu melirik Aulia yang begitu ingin tau. "Namanya Raphael. Wakil direktur Preiwal." Jawab Kanzia lalu berdiri berjalan menuju ruangan Aksa.

"Apa?" Mulut Aulia menganga lebar. Sebelumnya Kanzia tak pernah dekat dengan siapapun kecuali Aksa yang sepertinya menyimpan rasa pada Kanzia.

"Ada apa, Zia?" Tanya Eza yang melihat Kanzia mematung di dekat pintu memperhatikan Aksa yang mengemasi barang-barangnya.

"Hai, Zia. Aku dipindahkan untuk memimpin kantor cabang di Lampung karena Xavier masih harus mengawasi Eza. Kuharap kau bisa menggantikan pekerjaanku hari ini saja karena besok kepala divisi baru akan langsung bekerja." Ucap Aksa yang terus mengemasi barangnya tanpa menatap Kanzia sedikitpun.

"Oh."

"Ada apa sayang?"

Kanzia langsung melemparkan tatapan tajam pada Eza yang berkata sembarangan. Eza lantas mengangkat kedua tangannya layaknya orang yang baru ditangkap polisi. "Maaf." Ucapnya dengan senyum yang tak sesuai dengan perkataannya.

Plak...

Sebuah tamparan keras mendarat di punggung Eza yang langsung menatap tak percaya Kanzia yang merupakan pelakunya.

"Mulutnya tolong di jaga!"

Eza mengangguk patuh sambil mengusap punggungnya yang terasa amat nyeri. Pukulan Kanzia menimbulkan rasa sakit yang melebihi pukulan ibunya. Dan ini sudah dipastikan akan menimbulkan bekas memar.

"Jangan berlaga teraniaya!"

Eza memanyunkan bibirnya dengan tatapan memelas pada Kanzia yang menatapnya garang. Sungguh, ini memang sakit tepukan Kanzia tadi. Dan bisa-bisanya Kanzia malah berlagak tak tau.

"Ada perlu apa, Zia?"

Kanzia langsung meletakkan map di tangannya di meja. "Ini laporan mengenai proyek 3 hari terakhir ini." Ucap Kanzia.

Masih Tersekat (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang