"Jangan berubah. Kamu terlalu berharga untuk sakit." ~Reza
-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-
Zara mengunci dirinya didalam kamar sejak Tata keluar dari kamarnya. Hanya berdua, dengan Mozaik. Meskipun hanya seekor kucing namun Mozaik tidak sebrengsek Reza.
Bahkan Mozaik seakan tau akan suasana hati Zara yang kacau.
Ia duduk dipangkuan Zara.
Sedangkan sang empu hanya diam namun tangannya tak lepas dari kepala Mozaik untuk mengelusnya."Maaf bunda, tapi Zara capek," ucapnya seraya menatap langit yang masih dapat ia jangkau dengan penglihatannya dari pintu balkon.
Ketukan pintu dari luar kamarnya tak membuat Zara beranjak dari duduk dan membukakkan pintu tersebut.
Sudah dapat ia pastikan bahwa itu adalah Reza.Lelaki yang ia kira akan selalu melindunginya, memberikan rasa nyaman kini kepercayaan itu seakan lenyap.
Mulai sekarang ia tidak akan berharap lebih."Zara, buka sayang."
Zara hanya menatap pintu sekilas dan kembali sibuk dengan peliharaanya.
"Makan dulu ya? Maafin abang. Abang kelewatan sama kamu. Jangan aduin ke bunda Za," ucapnya memohon.
Tanpa Zara jelaskan bunda juga pasti sudah melihatnya dari atas sana.Zara berfikir sejenak, ternyata Reza sama sepertinya. Menganggap kedua orang tuanya senantiasa berada disisi mereka.
Berspekulasi bahwa mereka selalu ada, tidak pernah jauh dari anak-anaknya."Nanti abang kena marah sama bunda. Maaf, abang nyesel. Abang udah buat hati kamu sakit sama perlakuan abang tadi malam. Abang nggak akan ulang lagi Za. Maafin abang," ucapnya tulus.
Zara merasakan ketulusan yang Reza salurkan.Mata indahnya kembali menitihkan cairan bening.
Ia menunduk dalam, mengingat momen dimana Reza akan dihukum sang bunda ketika membuatnya menangis.Jika tidak membersihkan kamar Zara, mencabuti rumput taman belakang Reza harus mencuci mobil sang ayah setiap tiga hari sekali sampai bunda menyuruhnya berhenti, alias hukuman selesai.
Dia dilatih sejak kecil agar menghargai seorang perempuan.
Agar ia tau, seorang laki-laki tidak dapat seenaknya sendiri memperlakukan wanitanya."Maaf..." Reza tampa putus asa. Ia memandang lesu makanan yang ia bawa untuk Zara.
Namun suara kenop pintu membuat kepalanya kembali terangkat. Melihat adiknya yang sangat kentara bahwa ia tidak baik baik saja. Tentu karenanya.
"Maaf." ada secercah harapan ketika kembali melihat wajah Zara.
"Iya," jawab Zara singkat tak lupa dengan senyumnya, yang terlihat miris dimata Reza.
"Makan ya? Abang temenin. Mau abang suapin?" tawarnya.
Zara hanya menggelengkan kepalanya lemah, ia menatap kaki mungilnya diatas lantai.
"Nanti Zara sakit." Reza memegang dagu Zara agar menatapnya."Zara bakalan baik-baik aja, bang." mata Reza memanas mendengar penuturan sang adik.
Ucapannya seakan menghantam hatinya dengan batu besar."Zara izin keluar dulu ya?"
"Mau kemana?" tanya Reza.
![](https://img.wattpad.com/cover/267605550-288-k730384.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ZARA (Queen Star's♛)
Teen Fiction❝Slow update.❞ ✧ ೃ༄ Rasa takut ketika menatap sang Ayah, membuatnya menjadi pribadi yang pendiam ketika berada dilingkup keluarga. Ketidak sengajaan yang Ayah lakukan kepada gadisnya sewaktu kecil, merubah apapun yang ada pada gadis kecilnya. Zara...