| ENAM |

2.9K 676 16
                                    

Selama empat hari ini yang Serein lakukan tidak lebih dari merasa heran dan bertanya-tanya, beberapa lelaki yang tidak dia ketahui wujudnya apa terus bermunculan padanya. Tanpa mengatakan apa pun mereka langsung pergi, apalagi ketika Serein mencoba mengajak berbicara, mereka langsung menghilang.

Sesuai siluet di lengannya, mereka berjumlah enam walau Serein belum mengetahui wajah mereka secara keseluruhan karena tidak pernah melihat jelas. Tapi Serein mengartikan mereka adalah makhluk-makhluk di lengannya berupa elang, monster laut, dan sebagainya yang tidak terlalu Serein pahami. Selama empat hari itu dia berusaha mencari tahu sesuatu tapi sampai sekarang belum bisa menyimpulkan apa pun, dia hanya menafsirkan bahwa; para makhluk itu akan muncul ketika seseorang mencoba mengganggunya.

Tapi satu hal yang tidak dia mengerti, apa hubungan Serein dengan mereka? Mengapa mereka tiba-tiba muncul di usianya yang hampir genap tujuh belas tahun?

Ah, ralat, mungkin pertanyaan itu tidak sesuai lagi karena besok adalah hari ulang tahunnya, dan hari itu terus berputar-putar dalam benak Serein, di mana dia teringat tiap ucapan dari mereka yang akan membawanya di usianya yang ketujuh belas tahun. Pertanyaannya, kemana mereka akan membawa Serein? Dan-maksudnya apa?! Sungguh, Serein tidak bisa mengartikan apa pun.

"Satu, dua, ti-" Hitungan Deyza terhenti melihat teman cantiknya itu kembali termenung. Deyza berdengus, mengambil sapu tangan di sebelahnya bekas membersihkan kaca jendela lalu mengibas-ngibaskannya di depan wajah Serein membuat semua debu bertebaran di mana-mana, sontak Serein terbatuk-batuk.

"Ya! Kau melamun lagi! Apa sekolah kita mengajarkan cara melamun padamu?!" Teriakan cempreng Deyza memasuki gendang telinga orang-orang sekitar yang ada di dalam aula. Semua murid tengah berkumpul di aula untuk mendengar beberapa penjelasan tentang sejarah Agya, hal itu selalu dilakukan tiap hari sabtu. Tadinya Serein sepakat bermain kartu atas paksaan Deyza agar tidak merasa bosan tapi yang Serein lakukan malah melamun persis seperti empat hari belakangan.

"Apa yang kau pikirkan sampai suaraku saja tidak kau dengar?!"

Serein menghela napas panjang, kemudian memandang ke depan dengan kosong. "Bukan apa-apa."

"Ini yang tidak kusuka darimu! Kau terus saja mengacuhkanku, kalau ada masalah itu katakan!"

"Tenanglah aku tidak mengacuhkan siapa pun."

"Dengan berkata begitu kau semakin mengacuhkanku!"

"Deyza kumohon diam saja, aku hanya pusing memikirkan ujian bulan depan."

"Kau pikir aku bodoh? Sejak kapan kau khawatir pada ujian?"

"Sudahlah." Kali ini Serein membekap mulut Deyza menggunakan sisa roti di pangkuannya. Akibat suara cempreng Deyza, banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka.

Deyza mengunyah roti itu lalu mencebikkan bibirnya. "Aku tahu besok adalah hari ulang tahunmu, kau cemas kan Ayahmu tidak akan datang?"

Lagi, Serein kembali termenung. Sebelumnya dia tak memikirkan hal itu sedikit pun, sekarang beban pikirannya bertambah satu.

"Aku tak mau bermain denganmu lagi." Serein melempar kartu di lengannya kemudian bangkit berdiri menghampiri seorang guru untuk permisi ke toilet.

"Dasar gadis aneh!" celetuk Deyza sebelum Serein menghilang dari aula.

Selama menyusuri koridor, Serein teringat kata-kata Deyza mengenai Ayahnya. Seharusnya dia tidak merasa sedih sekarang.

Tak sengaja di belokan lorong dia menemukan setangkai bunga edelweis tergeletak di atas lantai. Dia melirik kesana-kemari, tak menemukan siapa pun. Dia mengambil dan menghirup aromanya. Dugaannya benar, itu berasal dari salah satu di antara makhluk-makhluk itu. Percaya atau tidak, Serein mulai hapal masing-masing dari mereka lewat aroma yang berbeda-beda. Menurut persepsi Serein, sosok yang meletakkan bunga ini adalah sosok bermata rubah dengan iris orange. Sangat kentara dari aroma rerumputannya yang bercampur dengan aroma bunga.

"Apa dari dia," gumam Serein, melanjutkan langkah menyusuri koridor lengang tersebut.

"Namaku Shion." Tiba-tiba bisikan terdengar, tapi ketika Serein menoleh dia tidak menemukan siapa-siapa.

"Shion?" bisik Serein.

"Iya." Terdengar bisikan lagi disusul tawa kecil.

Bulu kuduk Serein meremang, dia segera pergi dari sana sebelum terjadi hal buruk di luar penalarannya. Masalahnya yang dia alami sekarang benar-benar di luar nalar tiap orang.

-oOo-

Perpustakaan.

Tempat yang menjadi tujuan Serein sepulang sekolah. Biasanya, di waktu seperti ini Serein akan menolong juru masak di dapur menyiapkan makan malam, kali ini gadis berambut panjang itu mampir ke perpustakaan untuk menuntaskan rasa penasarannya. Sudah lebih dari satu jam dia berada dalam ruangan berdebu itu untuk mencari informasi tentang beberapa hal yang mencuri perhatiannya belakangan ini. Namun, dia belum menemukan apa pun, kebanyakan dari buku-buku itu berisi buku pelajaran atau sejarah-sejarah kota yang tidak Serein ketahui.

Padahal dia sudah sangat yakin buku yang dia cari pasti ada di sana.

Dia memandangi pergelangan tangannya lagi, menelisik siluet-siluet itu seintens mungkin. Setahunya, bentuk-bentuk itu adalah monster yang pernah hidup di zaman mitologi. Serein pernah membaca kisah itu sekali-dua kali tapi dia lupa karena sudah sangat lama, tepatnya saat dia masih kecil.

Dia beralih memandang kertas di mana ada catatan-catatan kecil yang dia tulis tentang semua yang dia ketahui.

Ada Griffin, makhluk bertubuh singa yang memiliki sayap. Dia tidak yakin itu benar atau tidak. Kedua Alkonost, makhluk berbentuk burung. Kemudian Kerberos, anjing berkepala tiga yang merupakan makhluk peliharaan dewa hades. Lalu Rubah, Monster Laut, dan Kiklops. Semua itu berasal dalam ingatan Serein, dia mengeluarkan semua isi pemikirannya yang belum dapat dipastikan benar atau salahnya.

Jika benar mereka adalah
makhluk-makhluk itu, lantas mengapa bisa terikat dengannya? Serein pernah mendengar makhluk-makhluk yang bukan manusia bisa menempel hanya karena memiliki perjanjian satu sama lain. Serein tak pernah ingat memiliki perjanjian dengan mereka.

"Kau punya," bisikan itu berada tepat di belakang telinga Serein.

Gadis itu mendengus dingin, mereka selalu datang secara tiba-tiba seolah selalu mengintai pergerakannya. "Jika tidak ingin menunjukkan wujudmu tidak perlu berbisik, kau membuatku takut, dengar?!"

"Baiklah," jawabnya lirih.

"Apa yang kubilang soal jangan berbisik? Jika sekali lagi seperti itu aku akan marah padamu."

Tidak ada sahutan lain, Serein melanjutkan kegiatannya mengecek buku satu per satu. Hari sudah gelap, hanya mengandalkan cahaya remang Serein masih berkutat dengan tumpukan buku-buku kuno tersebut.

"Bersiap-siaplah, pukul dua belas malam kami semua akan datang." Bisikan itu kembali terdengar sebelum akhirnya udara menjadi lebih hangat pertanda makhluk itu telah pergi dari sebelahnya.

Pukul dua belas malam katanya? Apa yang akan terjadi pada Serein?

Gadis itu berdesis, berharap menemukan satu buku saja tentang mereka agar dapat keluar dari masalah ini. Tapi dia tidak tahu semua yang terjadi tidak akan bisa dihentikan karena semuanya sudah dimulai sejak awal.


-oOo-

Jangan lupa vote-nya ya, tungguin kelanjutannya ❤️

Dark Creatures | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang