| DUA |

3.9K 710 31
                                    

Kelas matematika sedang berlangsung, Serein memahami penjelasan singkat yang diberikan guru. Penjelasannya tidak terlalu banyak tapi mengerjakan soalnya melebihi seratus soal. Hal itu sudah biasa di Agya, murid-murid di sana dibiasakan mencari referensi lain untuk mengerjakan semua tugas-tugas. Bahkan jawabannya tidak boleh salah lebih dari lima, jika ada akan terkena hukuman.

"Hari ini ada ulangan umum, itu membuatku hampir mengeluarkan semua isi perutku," ucap Deyza sambil meletakkan kepalanya di meja.

"Itu lebih baik, agar perutmu setara dengan otak kosongmu." Orang-orang mungkin percaya Serein gadis berhati lembut, kenyataannya dia gadis bermulut pedas yang sangat tega.

"Perempuan kejam."

"Maka kau perempuan keji."

Deyza mencebikkan bibir. Itu karena perkara semalam, makanan yang membuat seisi murid di sekolah jatuh sakit, termasuk Deyza yang terus-menerus melindur dan melakukan hal-hal tak masuk akal. Syukurnya hari ini kondisinya dan murid-murid lain sudah membaik. Serein tak memiliki urusan dengan kandungan makanan, tapi setelah mencari tahu ternyata memang benar makanan itu dicampur racun. Entah siapa yang melakukannya, semoga dia terkutuk.

"Bagaimana kalau hari ini kita membolos?" ajunya.

"Jangan gila aku tidak akan melakukan itu."

"Ayolah, demi Deyzamu yang cantik ini. Aku sangat membenci ulangan umum, sekali saja nilaimu kosong hanya menjadi masalah kecil."

"Masalah kecil bisa berkembang menjadi masalah besar, itu sama-sama masalah, aku tidak akan melakukan itu."

Deyza menghela napas, memperhatikan wajah cantik Serein yang melewati batas. "Kau sangat cantik, tapi sama sekali tak menarik, kau terlalu membosankan."

"Ya, itulah aku."

Deyza bangkit sambil menggebrak meja, sampai kapan pun dia tidak akan bisa menang dengan Serein. Gadis itu selalu saja bisa mengelak dari tiap ucapannya. Deyza berjalan keluar kelas, melancarkan kebiasaannya yaitu tidur di dalam kamar. Dia punya jalan ke asrama tanpa diketahui siapa pun.

"Serein, kau dipanggil ke perpustakaan," ucap salah satu temannya dari depan pintu.

Serein mengangguk, mengambil tumpukan buku yang dia pinjam kemarin untuk dikembalikan. Di belokan koridor Serein harus mengaduh kesakitan saat bokongnya mendarat di lantai dengan mulus diikuti tumpukan bukunya yang berserakan di mana-mana.

"Kau baik-baik saja?" tanya orang yang menabraknya.

"Seperti yang kau lihat." Dia mengumpulkan bukunya tanpa dibantu sedikit pun oleh orang itu. Tapi itu lebih baik daripada sok membantu yang ujungnya meminta imbalan.

Saat sudah terkumpul semua, Serein bangkit tapi ternyata kakinya keseleo yang menyebabkan dia hampir jatuh lagi jika orang tadi tidak membantunya berdiri.

"Sepertinya kau keseleo," ucapnya tenang, sudah jelas-jelas Serein mengalami itu karenanya. "Ayo." Dia akan mengangkat tubuh Serein tapi si empu tubuh langsung menahannya dengan ekspresi cukup kaget.

"Kau mau apa?"

"Mengobatimu."

"Aku bisa berjalan sendiri."

"Kakimu keseleo," ucapnya lagi.

"Kau tak akan menggendongku, aku bisa sendiri." Dia melepaskan lengan lelaki bermanik abu berjubah hitam itu dan berusaha berjalan tapi dia terjatuh lagi dengan buku yang kembali berserakan.

"Dengan kakimu yang begitu kau akan merangkak?"

Serein berdesis, berusaha keras bangkit lagi tapi tetap tak bisa. "Hey, bantu aku." Akhirnya dia memutuskan meminta pertolongan. Ini kali pertamanya seorang Serein meminta bantuan pada seorang lelaki yang sudah melukainya.

Dark Creatures | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang