| DUA PULUH |

2.5K 517 26
                                    

Duk!

"Argh!"

Cairan pekat nan kental merembas keluar dari balik gaun indah seorang gadis pemilik rambut hitam panjang bergelombang yang tidak lain adalah Serein, tepatnya setelah anak panah melesat dan menembus bahu kanannya.

Napasnya tersengal, maniknya memandang anak panah yang menancap tepat di bahunya. Serein shock.

Alis Heli berkerut menyadari hal itu baru saja terjadi dalam 0,001 detik saat dia sedang mengambil batu karang dari tepi tebing.

"Kau tidak apa-apa?" Tampak sekali kecemasan menguasai raut wajahnya, tapi dia berusaha tenang, tidak peduli pada batu karang yang hendak dia tunjukkan sebelumnya. Memastikan kondisi Serein adalah hal paling utama.

"I-ini, sangat ... s-sakit," desis Serein. Demi apa pun, dia baru saja dipanah. Dipanah dalam artian benar-benar dipanah! Astaga, apa ini nyata? Terjadi dalam seperkian detik saat dia hendak menyentuh dedaunan. Darahnya mengalir setitik demi setitik.

"Lihat kemari." Heli mencengkeram kedua pundaknya, memperhatikan luka itu.

Bola mata Serein memanas, siap menumpahkan cairan bening yang hampir menumpuk di pelupuknya.

Padahal, suasana sebelumnya begitu baik. Mereka sepakat mengelilingi tempat-tempat menakjubkan lainnya. Memang, Serein yang meminta turun ingin melihat kawasan hutan lebat tersebut, Heli menolak, tapi pemandangan di bawah membuatnya penasaran. Tak disangka, dia dipanah oleh makhluk yang tidak tahu apa dan siapa.

Sejurus kemudian, kedatangan Jaan yang menimbulkan angin kencang berhasil menarik perhatian Serein.

"I-ni sakit sekali...," adu Serein langsung, air matanya sudah menitik.

Tak lama dari itu, kehadiran yang lainnya ikut muncul di antara suasana mencekam.

"Serei?!" ucap Jino dengan raut panik.

"Apa yang terjadi?" tanya Jakah dengan ekspresi berkerut.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!" Shion berteriak nyaring, gurat panik juga terpampang jelas di wajahnya. "MENGAPA—"

"Tutup saja mulutmu!"

Serein terperangah. Apa itu tadi? Ekspresi Heli berubah sangat cepat. Anehnya, saat dia menoleh pada Serein lagi, rautnya kembali tenang seperti semula.

"Sebentar...." Dia tersenyum kecil, Serein semakin kehilangan oksigen di sekitarnya lantaran luka tersebut semakin sakit, apalagi Heli menggenggamnya erat, kesadarannya hampir di ambang batas.

Tanpa dia sadari, Jaan mendekat, dengan satu tarikan dia mencabut anak panah yang menancap di bahu Serein, sontak dia berteriak dengan suara menggelora, burung-burung di atas pohon pun beterbangan keluar dari sangkar.

"Apa yang kau lakukan?!" jeritnya.

"Luka itu cukup parah." Jaan terlihat tenang dan hendak menyentuh Serein lagi.

"Kau ingin apa?!" Serein mundur dan menutupi bahunya yang terasa sangat sakit, bahkan darah terus mengucur, bersamaan air matanya mengalir deras.

"Kau akan baik-baik saja." Heli menarik Serein duduk di tepi pohon, dia merobek sebagian gaun Serein di bagian bahu lalu membersihkan luka tersebut menggunakan tangannya sendiri. "Maafkan aku. Ini karena aku. Seharusnya aku beristirahat selama beberapa minggu setelah pulang dari berperang, tapi aku justru membawamu pergi. Aku tidak sadar ada yang menyerangmu."

"L-lalu bagaimana dengan kondisiku? Ini sangat sakit." Meskipun Serein dikenal dengan gadis pemberani dan kuat, luka separah itu tidak dapat dia bendung. "Ayah, s-sakit sekali...," isaknya seraya memperhatikan bahunya yang masih menitikkan darah.

Dark Creatures | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang