| DUA BELAS |

3.1K 621 59
                                    

"Kalian sudah selesai berkeliling?" Shion menyambut kedatangan Serein dan Jaan yang berjalan memasuki salah satu bangunan tinggi di Pusat Borogove yang menjadi satu-satunya tempat paling menenangkan, menara dua puluh lima kaki yang terletak di sebelah taman. Daerah di sekitar itu bersebelahan langsung dengan sungai kecil dan air terjun yang memiliki keindahan alam dengan nimfa-nimfa kecil bermain di sekitar air terjun, juga makhluk air yang duduk di atas batu karang, tawa kecil dan nyanyian dari mereka membuat bunga-bunga bermekaran.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Shion karena apa yang dia lihat sudah menjadi jawaban, Serein merasa tidak perlu menjawab, sedangkan Jaan terlalu dingin sekadar menjawab 'ya sudah'. Mereka masih berjalan beriringan hingga bersisian dengan Shion, pemuda berwajah manis bernama Shion itu mengeluarkan seringainya.

"Serei, kau senang? Kau sudah mengetahui banyak hal tentang Borogove? Sudah seberapa jauh hal yang kau ketahui?"

Serein terperangah karena jarak Shion terlalu dekat dengannya, dia belum terlalu nyaman bertatapan apalagi berinteraksi dengan mereka, termasuk Shion yang terlalu 'bersinar' menurutnya.

"Ya, senang. Aku mengetahui beberapa hal dan mengenal sebagian tempat di sini."

"Sungguh? Apa Jaan membawamu dengan baik? Atau dia melakukan sesuatu padamu? Jika dia menyakitimu, kau boleh mengatakannya padaku!" bisiknya yang masih dapat didengar Jaan.

"Tidak. Semuanya baik-baik saja." Serein tersenyum kaku lalu berjalan mengikuti Jaan yang sudah melangkah jauh di depannya. Karena sedari tadi bersama Jaan, Serein merasa Jaan satu-satunya yang bisa dia jadikan tiang penyangga, Jaan tidak banyak bicara, hanya berbicara seperlunya dan tidak bertele-tele. Serein merasa ada seseorang yang membuatnya tenang tinggal di tempat itu sebelum dia kembali ke tempat asalnya, karena Jaan ternyata tidak seburuk itu. Meski dia harus berwaspada karena Jaan bisa membaca pemikirannya.

"Kau langsung meninggalkanku, aku sedang berbicara padamu!" Shion menyusul, tiba-tiba dia sudah berada di sebelah Serein.

"Aku ... hanya kelelahan, aku ingin beristirahat," Serein sedikit risih. Di satu sisi bola matanya bergerak melirik bundaran kuno berukuran besar yang menempel di dinding menara, pukul enam sore. Langit pun berubah menjadi gelap.

"Kelelahan?" Shion tertawa tanpa sebab, mengalihkan perhatian Serein yang sedang memandang jam kuno. "Aku tidak pernah melihat orang kelelahan hanya karena berkeliling satu tempat."

"Memang satu tempat tapi memiliki banyak bangunan yang harus didatangi." Serein menjawab dengan tegas.

"Kau benar, tapi mengapa sampai kelelahan?"

"Itu wajar." Serein mulai merasa aneh dengan Shion, seperti mendesaknya.

"Tidak wajar. Kau hanya tidak ingin berbicara denganku, kau beralasan agar pergi dariku."

"Bukan begitu—"

"Jadi bagaimana?"

"Aku hanya—"

"Dari tatapanmu sudah jelas, aku baru muncul, kau langsung memberi tatapan malas. Kau persis seperti Serein di dunia manusia, aku harus memikirkan hukuman apa yang pantas untukmu."

"Tidak—"

"Kau tidak perlu beralasan lagi, aku sudah tahu."

"Hentikan obrolan kalian," Jaan berceletuk, ternyata mereka sudah melintasi jalur gelap yang mengerikan, tentu tidak ada siapa pun selain penjaga menara—seekor banteng—yang berada di depan tadi.

"Kau membutuhkan sesuatu? Aku bisa membawakan apa pun," tawar Shion, tatapannya kembali berbinar, tak pernah padam seperti nyala api di sebuah perapian. Sebelumnya dia terlihat marah tapi berubah begitu cepat. Serein memiliki penilaian buruk padanya.

Dark Creatures | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang