"Kau pasti senang mengelilingi hutan seharian."
"Menurutmu begitu?"
Mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju bangunan Pusat Borogove, sudah menghabiskan waktu seharian, saatnya mereka kembali.
"Dua puluh persen karena kau senang menolong manusia."
"Delapan puluh persen lagi?"
"Tentu saja karena aku." Senyum Shion mengembang menampakkan deretan giginya yang rapi bersama dua taring kecil yang berada di kanan-kiri terdepan.
Serein sudah terbiasa melihatnya seharian, tidak aneh lagi menurutnya.
Keduanya menyusuri lobi yang sunyi senyap, udara mulai mencekam karena cahaya matahari perlahan menyusut.
Serein teringat sesuatu.
"Semalam Jino tidak membawaku menemui kalian, padahal Noa berkata aku harus menemui kalian setiap harinya walau sebentar. Kau tahu tentang itu?"
"Yah, itu." Wajah Shion berubah datar. "Seseorang menemuimu."
"Aku tidak menemui siapa pun semalam, Jino hanya meninggalkanku di taman sendirian."
"Bukan hal penting, lupakan saja, yang terpenting kau akan menemui yang lainnya sekarang."
Serein terdiam, Shion bahkan tidak memberitahu apa-apa padanya, berbanding terbalik pada janjinya kemarin yang mengatakan ingin menjelaskan banyak hal. Ucapan seseorang memang tidak bisa dipegang, terutama makhluk seperti Shion.
Tidak sampai beberapa menit mereka tiba di ruang makan, rasanya seperti sekian lama tidak ke sana padahal masih dua hari, itu yang selalu Serein rasakan di tempat umum. Ah, ya, sebelumnya Serein sudah makan bersama para penduduk sehingga tidak merasa lapar lagi. Jadi tujuannya ke sana hanya untuk menemui mereka bukan untuk makan malam.
Mata Serein pertama kali bertemu dengan Jaan, astaga, entah mengapa jantungnya berdegup kencang. Lagi, perasaan itu sama seperti kala dia baru dibawa ke sana. Mungkin karena dia kembali bertemu mereka di satu ruangan yang sama.
Tapi, ada yang menarik perhatian Serein kala baru menginjakkan kakinya ke dalam ruangan besar itu.
Bagai terhipnotis, oleh kilau yang diciptakan benda bersinar di atas sana. Bukan. Itu seekor burung yang hinggap di lampu pion.
"Kau Heli?" gumamnya refleks.
"Yah, aku sudah menduga Heli sudah menemuinya lebih dulu." Shion memotong sambil duduk di kursinya. "Lihat, bahkan Serei sudah mengenalnya sebelum waktunya."
Jaan yang duduk menyandar melirik Serein. "Kau tahu dia?"
Serein menggigit bibir dalamnya lalu menatap Jaan. "Eum, ya, Jino yang menunjukkannya. Lalu saat Jino pergi, dia muncul."
"Dasar burung licik! Aku yakin dia jelmaan ular," cibir Shion.
Jino juga langsung mengerutkan kening. "Mengapa kau tidak mengatakannya padaku?"
Serein masih berdiri kaku. "Apa seharusnya begitu?"
"Aku bahkan mengantarmu ke taman agar dia bisa menemuimu, tentu setelah dia memohon padaku, dasar keterlaluan." Tatapan Jino menajam, terdapat kilatan api di maniknya.
Serein mulai tidak nyaman, apalagi mereka terus memandangnya.
"Sudahlah, itu tidak penting," Jakah memotong, kedua tangannya terlipat di depan dada. "Karena dia manusia," tudingnya pada Serein dengan kilatan tidak suka.
Tunggu, mengapa benar-benar Serein yang disalahkan?
"Kau memperkeruh suasana, bodoh," celetuk Shion sambil melayangkan tatapan intimidasi pada Jakah.
"Kau juga memperkeruh suasana, rubah kolot."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Creatures | ENHYPEN
FantasyMakhluk mengerikan yang Serein temukan dalam catatan sejarah: Griffin, Alkonost, Kaukasia, Kerberos, Kharibdis, Teumessos, dan Kiklops. Gadis itu tiba-tiba bertemu dengan mereka, tidak hanya bertemu tapi berhubungan satu sama lain. Dia dibawa ke tem...