| EMPAT |

3.4K 688 57
                                    

Ada hal tidak masuk akal sedang terjadi, ternak ikan yang selalu melimpah tiap tahunnya kini menjadi sebuah pertanyaan tatkala seluruh ikan itu lenyap dari kolam, tidak ada satu pun yang tersisa, bahkan ikan kecil yang biasa bersembunyi di dasar pun tidak terlihat. Kosong dengan air yang tenang. Padahal, ikan itu akan siap dipanen bersamaan dengan perayaan kelima puluh tahun Agya, semua murid akan mengadakan grilled fish tapi semuanya tak berkutik melihat apa yang terjadi. Berita itu pun menyebar dari mulut ke mulut hingga diketahui semua orang.

"Memangnya ikan bisa bertransformasi? Yang benar saja! Aku yakin ada pencuri masuk ke sekolah kita, dia mencuri semuanya tanpa meninggalkan satu pun, lihat saja kolam ini sangat jernih tanpa adanya seekor ikan. Bila aku menemukan pelakunya, dia akan mengetahui bagaimana rasanya kepala digetok tangan raksasa, tidak ada ampun baginya meski dia sudah memohon padaku!" Sejak tadi, yang Deyza lakukan adalah berceloteh panjang-lebar, hal itu tak beda jauh dengan murid-murid Agya lainnya yang terus-menerus berkomat-kamit, Serein mengabaikan itu.

Ngomong-ngomong, mereka sedang berada di lokasi kolam ikan, berusaha mencari tahu apa yang terjadi. Sebenarnya mereka enggan melakukannya, tapi perintah dari tiap wali kelas menyuruh mereka mencari tahu ke mana perginya semua ikan, jika mereka tidak menemukan jawaban, mereka tidak bisa kembali ke asrama.

Seisi kelas itu sedang berusaha mencari tahu dari logika masing-masing, meski pada akhirnya terdengar tak masuk akal dan berujung memandang Serein seolah pendapat Serein yang akan benar dan menentukan segalanya.

"Beri pendapatmu, Rein," pinta Kee.

Serein menghela napas, memendarkan pandangannya ke kolam yang luasnya hampir sebesar lapangan futsal, matanya menyipit berusaha memukirkan jawaban paling tepat. Tak sengaja maniknya menangkap beberapa hal aneh. Langsung saja dia bangkit menghampiri keanehan tersebut. Diikuti oleh murid lain.

Serein mengambil dan memperhatikannya lamat-lamat.

"Bulu?" Deyza juga mengambil helaian bulu yang bertebaran di sisi kolam paling ujung, semua murid pun melakukan hal yang sama. "Jadi yang mencuri semua ikan kita adalah burung?"

"Burung apa yang memakan habis semua ikan?" gumam salah satu dari yang lain.

"Sekawanan burung?"

"Tidak mungkin, sekolah kita punya bel berwaspada, kalau sekawanan burung datang akan menciptakan kerusuhan dan bel langsung berbunyi, tapi lihat semalam tidak terjadi apa-apa."

"Itu benar tapi bagaimana mungkin ada bulu bertebaran di sini?"

"Tapi, aku tak pernah melihat bulu seperti ini seumur hidupku, ini tidak dimiliki oleh burung mana pun, aku sangat tahu jenis-jenis burung."

"Jadi maksudmu makhluk yang menghampiri sekolah kita adalah monster?"

Berbagai argumen itu membuat Serein pusing, dia memisahkan diri dari mereka dan memperhatikan helaian lembut berwarna putih itu. Serein mendekatkan ke hidungnya guna menghirup aromanya. Baru sekali hirup dia langsung tahu itu milik siapa.

"Lelaki aneh kemarin," gumamnya. Dia memendarkan pandangan lagi, mencari sosok itu siapa tahu bersembunyi memperhatikannya.

Sejujurnya Serein masih belum percaya dengan yang ia alami belakangan ini, sekelompok lelaki mendatanginya lalu menghilang tiba-tiba, paling tak masuk akal siluet makhluk yang tergambar di pergelangan tangannya. Semalaman Serein berpikir keras dan menyimpulkan satu hal, mereka adalah makhluk-makhluk yang ada di lengannya itu. Serein bukan gadis yang tidak akan percaya hal-hal begitu karena dia juga telah membaca beberapa kisah-kisah fantasi atau mitologi zaman dulu. Dia masih menimbang-nimbang apakah yang dia alami nyata atau hanya manipulatif mereka.

Dark Creatures | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang