Mata Arga mengunci tatapan Kiara. Pria yang memiliki rahang kukuh itu seperti enggan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sementara Kiara tak ingin menyembunyikan apa yang ada di hati dan kepalanya saat ini.
"Aku juga akan mencoba membuat keluarga paham dengan apa yang terjadi," sambungnya.
Arga bangkit mendekat, tetapi sepertinya Kiara ingin membuat jarak, dia mundur perlahan seperti lupa bahwa tepat di belakangnya adalah kolam renang. Hampir saja dia terjungkal jika tubuhnya tak segera direngkuh oleh Arga. Kejadian itu membuat keduanya seperti sepasang kekasih yang tengah berpelukan.
Kiara memejamkan mata. Aroma tubuh Arga begitu kuat menyeruak ke rongga dadanya. Sadar masih di posisi berpelukan, dengan cepat dia mundur dan menekan dada bidang Arga.
"Maaf, kamu hampir saja jatuh dan ... aku pikir kamu tidak sedang ingin berenang, kan?" tanyanya perlahan mengurai dekapan.
Pertanyaan Arga membuatnya tertawa kecil dengan wajah merona karena malu. Sambil menggeleng dia mengucapkan terima kasih.
"Well, kita belanja sekarang?" tanyanya lagi tanpa melepas tangan Kiara.
Tak menyahut, Kiara menatap pergelangan tangannya yang masih dipegang Arga.
"Maaf," ucap Arga kemudian membebaskan tangan sang istri.
"Udah makin sore, aku lapar, ayo!"
Kiara mengangguk karena dia juga merasakan hal yang sama pada perutnya.
Berjalan beriringan di swalayan saling bertukar pikiran soal menu dan bahan makanan yang hendak dibeli. Sekilas tak terlihat jika mereka bukan sepasang suami istri yang tengah bersandiwara.
"Sudah cukup?" Arga menatapnya.
Menaikkan alis, Kiara mengangguk. Sejenak dia terkesan dengan Arga yang melarangnya ngantre di kasir.
"Aku aja. Kamu cari coffe shop, nanti aku susul!"
Setelah mengucapkan itu, dia mendorong trolly untuk antre. Sementara tak ingin banyak bicara, Kiara mengikuti apa yang di perintahkan suaminya.
Tak tahu kopi jenis apa yang disukai Arga, Kiara memesan lemon tea hangat dan dua sandwich untuk dinikmati.
Membunuh rasa bosan, dia membuka ponsel yang sejak tadi berada di tas tangannya.
[Kamu di mana, Ra?]
[Lagi belanja, Fi. Ada apa?]
[Kamu baik-baik aja, kan?]
[Yes. Sure!]
[Suamimu? Dia udah pulang atau gimana]
[Udah pulang.]
[Oke. Kabari kami kalau dia macam-macam ya!]
Kiara mengirim emoticon tertawa kemudian mengembalikan telepon genggamnya ke dalam tas.
"Hai!" sapa Arga mengejutkannya.
Pria itu berdiri di samping meja memegang trolly yang penuh dengan kantong belanjaan.
"Sori, aku nggak tahu minuman kesukaanmu, jadi aku pesan minuman yang sama denganku. Nggak apa-apa, kan?"
Tertawa kecil, Arga menggeleng kemudian duduk di depan Kiara yang dipisahkan oleh meja.
"Lemon tea hangat?"
Mengangguk Kiara tersenyum.
"Semoga kamu suka."
"Aku suka kok!" balasnya lalu meneguk minuman itu hingga hampir tandas.
"Sori, aku haus!"
Kembali perempuan berhidung mancung itu tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titian Takdir (Sudah terbit)
RomanceMencintai dan dicintai adalah impian siapa pun. Akan tetapi, apa yang dilakukan ketika mimpi itu harus pupus karena takdir? Kiara Paramitha harus menepikan perasaannya demi memberi bahagia untuk keluarganya. Demikian pula dengan Arga. Pria yang sang...