Kedatangan Kiara di bazar sudah ditunggu banyak orang. Selain ingin tahu kabar perempuan cantik itu, beberapa dari mereka ingin mengajukan proposal agar barang buatan mereka dibantu modal dan promosi oleh Kiara.
"Pengantin baru datang! Aromanya beda!" seru Yuli salah satu panitia acara itu.
Ledekan itu disambut yang lainnya dengan ledekan yang lain. Sementara Kiara hanya tersenyum tipis menanggapi.
"Sudah siap, Kiara? Pak Walikota sebentar lagi datang!" Seorang pria berkemeja putih dengan lengan dilipat hingga suku. Pria memiliki rambut sedikit panjang mendekat seraya menyerahkan map.
"Sudah, Ren! Eum ... ini apa?" tanyanya setelah map berpindah ke tangannya.
"Beberapa proposal dari beberapa UKM, untuk contoh produknya ada di mejaku!" jawabnya kemudian pergi.
Tingkah Rendra membuat Kiara menyipitkan matanya. Dia baru saja bertemu setelah satu pekan pria itu keluar kota untuk urusan bisnisnya yang lain.
Rendra adalah pria yang selama ini banyak membantu dan memberi masukan untuk usahanya membantu para pengusaha kecil. Terbiasa akrab, tiba-tiba sikapnya berubah membuat dirinya bertanya-tanya.
"Bengong?" Niken menyenggol bahunya dengan mata mengikuti tatapan Kiara.
"Eh, kamu udah datang dari tadi?"
"Nggak barusan."
"Fia mana?"
"Masih parkir mobil."
Kiara tersenyum.
"Kamu kenapa? Ada masalah?" tanyanya kembali kali ini mengambil map di tangan Kiara.
"Ng ... nggak, tapi ...."
"Rendra?" tebak Niken. "Dia nggak datang waktu acaramu, kan?"
"Datang sebentar, Ken. Dia bilang ada perlu ke luar kota."
Niken menaikkan alisnya.
"Aku sedang berpikir dia cemburu, Ra."
Kiara membuang napas perlahan. Rendra adalah salah satu pria yang pernah mengungkapkan perasaan cinta padanya.
Akan tetapi, Kiara saat itu masih enggan membuka hati untuk siapa pun. Waktu dan tahun berlalu, Kiara berpikir, Rendra bisa melupakan keinginan itu.. Terbukti pria bertato burung elang di lengan itu tak pernah lagi mengungkapkan atau membahas soal itu.
Pria itu selalu ada saat dia membutuhkan. Bahkan tak jarang dia menjadi seksi sibuk jika Kiara sedang membuat acara. Selalu ada waktu untuknya meski Rendra bukan orang yang banyak memiliki waktu luang.
"Kenapa dia, Ra? Kok kamu seperti orang yang merasa bersalah?" selidik Niken.
"Nggak apa-apa, mungkin dia sedang sibuk jadi ...."
"Hei, Kiara! Walikota udah sampe, buruan ke depan!" Fia berteriak dari arah pintu.
Bergegas keduanya mengikuti perintah rekan mereka. Setelah sejenak beramah tamah dengan walikota, Kiara bersama Pak Walikota ditemani beberapa stafnya menuju ke gerbang yang sudah disiapkan. Ada pita panjang yang nantinya akan digunting sebagai makna simbolik bahwa acara telah dibuka.
Tepuk tangan riuh terdengar saat pemotongan pita selesai, senyum Kiara melebar karena dia merasa acara yang sudah dipersiapkan hampir lima bulan bisa terlaksana.
Peristiwa itu tentu tak luput dari liputan wartawan lokal. Mereka memberondong Kiara dengan berbagai pertanyaan. Meski bukan dari kalangan selebriti, tetapi sepak terjangnya cukup membuat dia dikenal banyak orang. Selain wajah cantiknya, sikap rendah hati dan kedermawanannya acapkali menjadi buah bibir khalayak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titian Takdir (Sudah terbit)
Любовные романыMencintai dan dicintai adalah impian siapa pun. Akan tetapi, apa yang dilakukan ketika mimpi itu harus pupus karena takdir? Kiara Paramitha harus menepikan perasaannya demi memberi bahagia untuk keluarganya. Demikian pula dengan Arga. Pria yang sang...