Awal yang rumit

9.6K 516 14
                                    



Kiara meletakkan rangkaian melati yang baru saja di lepas dari sanggul yang dia kenakan dibantu perias. Di luar masih terdengar celoteh riang kerabat yang masih berkumpul bahagia merayakan pesta meriah sepanjang pagi hingga malam.

"Selamat ya, Mbak. Semoga langgeng dan cepat dikaruniai keturunan," tutur perempuan paruh baya di belakangnya seraya menatap titik yang sama di cermin.

"Terima kasih, Bu."

Bu Anti --nama perias terkenal yang dipercaya keluarga Atmajaya untuk mengubah tampilannya berbeda di hari istimewa mereka. Keluarga itu adalah keluarga terpandang di kotanya. Selain kaya raya, pemilik beberapa  showroom dan SPBU, Atmajaya terkenal dermawan sehingga hampir seluruh kota tahu bagaimana sepak terjang papa dari Arga tersebut.

"Mas Arga itu orangnya ganteng banget, kami hampir nggak percaya bayangan kami akhirnya nyata, Mbak Kiara," ujarnya seraya perlahan melepas sanggul dari kepala Kiara.

"Bayangan?

Mata Kiara menyipit.

"Iya. Siapa yang nggak kenal dengan Mbak Kiara Paramitha. Satu-satunya anak perempuan Pak Heru Sumargo pemilik beberapa hotel dan ...."

"Bu Anti," potong Kiara tersenyum tipis.

Perempuan yang masih terlihat cantik diusia sekitar lima puluh tahunan itu menceritakan bahwa di kalangan sesama perias sering bertemu dan mengkhayalkan andai suatu saat nanti dia dan Arga menikah. Bagi mereka baik Arga maupun dirinya adalah most wanted couple yang digadang-gadang menjadi pasangan ideal di kemudian hari.

Kiara tersenyum saat mendengar nama suaminya disebut. Benar kata Bu Anti, tidak ada yang tidak mengenal Arga. Anak sulung dari dua bersaudara itu memang paling bisa mengambil simpati banyak orang. Selain memiliki tampang yang memenuhi kriteria idaman perempuan, dia juga mempunyai kecerdasan yang membawanya pada predikat cumlaude saat wisuda beberapa waktu lalu.

Meski banyak dikhayalkan perempuan, Kiara sama sekali tidak pernah ingin memiliki tempat di sisi pria itu. Selain tidak begitu kenal, dia juga bukan perempuan yang suka berkhayal tentang seperti apa pria pendampingnya kelak.

Kematian Satria, pria yang begitu dia cintai sudah membuat luka yang mendalam. Sejak itu, Kiara seolah menutup semua celah yang bisa mengisi kekosongan hatinya.

Pria berkulit kuning langsat itu harus menutup kisah hidupnya. Kecelakaan yang dialami Satria seolah hukuman yang tak berkesudahan untuk Kiara. Pria itu pergi saat tengah serius merencanakan bagaimana menghadap kedua orang tuanya.

"Mbak, saya keluar ya. Sudah selesai. Sekali lagi selamat. Saya yakin kalian berdua akan jadi pasangan yang langgeng," tutur Bu Anti seraya memberi isyarat agar anak buahnya mengemas perlengkapan kerjanya.

"Iya, Bu. Terima kasih."

**

Kiara menatap pantulan wajahnya di cermin. Kilas peristiwa muncul di kepalanya.

"Mama, jangan biarkan rencana Papa dilanjutkan, Ma."

"Kiara, kamu tahu? Mama dan Papa dulu juga sama denganmu. Kami tidak pernah saling kenal, tapi akhirnya bisa saling mencintai."

"Tapi, kan itu Mama, ini Kiara, Ma. Kiara butuh waktu untuk ...."

"Melupakan Satria?"

Ucapan sang mama membuat Kiara meremas cussion di pangkuannya.

"Dua tahun sudah dia pergi, Kiara. Sampai kapan kamu terus seperti ini? Dia yang sudah pergi nggak akan bisa kembali. Kamu yang ada di sini, harus meneruskan hidupmu, Sayang," ujar mamanya seraya melangkah mendekat. "Dia pria baik. Percayalah!"

Kiara mengusap pipinya yang basah. Bukan tanpa alasan dia menolak, dia tahu siapa Arga Lazuardi Atmajaya. Pria yang menurut cerita beberapa rekannya, harus menyerah dengan keputusan keluarga untuk tidak menikah dengan Astrid kekasihnya karena bertentangan dengan adat Jawa yang kental.

Konon menurut tradisi Jawa, sangat menentang jika anak sulung menikah dengan sesama anak sulung. Mereka meyakini akan ada malapetaka yang akan menimpa rumah tangga mereka nantinya jika dilanjutkan.

"Kiara, kamu anak perempuan kami satu-satunya. Mama dan Papa ingin yang terbaik untukmu. Demikian pula dengan kedua kakakmu." Mamanya mendekat seraya mengusap rambut hitamnya.

"Kami sudah sangat kenal keluarga Atmajaya.  Mereka semua orang baik," sambungnya lagi.

"Tapi Kiara nggak pernah kenal Arga, Ma."

"Kalian akan saling kenal nanti."

Baik orang tuanya maupun orang tua Arga masih kental memegang tradisi dan kepercayaan Jawa terlebih hal yang berkaitan dengan kehidupan putra putri mereka.

Dalam kepercayaan Jawa ada hal yang dianggap tabu atau sial jika anak pertama menikah dengan sesama anak pertama. Konon kehidupan rumah tangganya kelak akan selalu diterpa cobaan hingga berujung pada perceraian. Beda halnya jika yang anak pertama menikah dengan banyak bungsu, yang terjadi sebaliknya. Rumah tangga akan harmonis dan tidak ada gangguan berarti.

Hubungan kekerabatan keluarga Arga dan keluarganya sudah berlangsung lama. Sejak kakeknya hingga kini dilanjutkan sang papa. Harapan untuk terus menjalin hubungan baik menjadikan alasan  tercetusnya ide untuk menikahkan mereka.

**

Titian Takdir (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang