Malam yang Manis

3.2K 370 8
                                    

Kiara masih menunduk menyembunyikan mata yang berkaca-kaca.

"Ra,"

"Aku mau istirahat, Mas," balasnya tanpa menatap.

Arga  mengangguk seraya menarik napas dalam-dalam. Jika dikatakan dia menyesal tentu saja itu yang dirasakan, tetapi saat ini lebih dari itu yang terasa di hatinya. Rasa bersalah dan keingintahuan soal Satria yang pernah disebutkan Kiara saat mengigau membuatnya tak nyaman.

"Oke, kamu mau makan malam pake apa?"

Kiara menggeleng.

"Apa aja. Mas nggak perlu repot. Sebaiknya Mas juga istirahat. Aku yakin Mas juga letih menemaniku di rumah sakit. Iya, kan?"

Penuturan Kiara membuatnya harus kembali menghela napas. Dia tak mengerti kenapa  sama sekali tak merasa lelah saat harus menahan kantuk saat menunggu Kiara di rumah sakit.

Arga mengangguk seraya tersenyum datar.

"Kalau kamu butuh sesuatu, kamu bisa panggil aku ya."

Perempuan yang tengah bersandar di ranjang itu hanya mengangguk. Bibirnya sedikit terangkat.

"Selamat istirahat, Ra. Ingat kamu masih harus minum obat!"

"Iya, Mas. Thank you."

Arga kembali tersenyum lalu membalikkan badan meninggalkan kamar sang istri.

**

Malam menjelang, pukul delapan perut Kiara terasa lapar. Meski malas, tetapi tak urung akhirnya dia memaksa bangkit menuju dapur.

Matanya menangkap sosok Arga yang juga tengah menatapnya saat membuka pintu kamar.

"Ra? Kamu butuh sesuatu?" sapanya seraya bangkit dari duduk.

"Apa ada sesuatu di dapur yang bisa aku masak?" tanyanya sambil berjalan ke dapur.

Arga menggeleng seraya berkata, "No! Kamu mau makan apa? Biar aku yang siapkan!"

Kiara menghentikan langkahnya menatap Arga. Senyum tipis tercetak di bibirnya.

"Sejak kapan Mas bisa masak?"

Melihat senyum Kiara dan mendengar ucapannya yang tak lagi dingin, Arga menghela napas lega seraya tersenyum. Dia menggeleng menanggapi pertanyaan sang istri.

"Sebetulnya aku nggak bisa masak, cuma ... barusan aku lihat tutorial masak sup ayam di YouTube, sepertinya mudah," ujarnya sambil mengusap tengkuk.

"Tapi kalau kamu mau pesan di restoran juga ...."

Kiara menggeleng cepat.

"Aku nggak suka pesan makanan restoran kalau sedang berada di rumah. Kalau di rumah sendiri bisa masak, ngapain harus beli?"

Arga terlihat senang mendengar perkataan sang istri. Wajah yang sejak kemarin pucat itu kini kembali cerah meski belum seperti biasa.

"Kalau begitu ... kita masak apa?" tanyanya memindai paras Kiara.

"Kita?" Kiara balik bertanya.

"Iya, kita, kan? Karena aku juga belum makan malam," jelasnya bingung.

"Mas bilang tadi sudah belajar di YouTube cara membuat sup ayam, kan?"

"I ... iya."

"I want you to cook it for us!" ucapnya seraya memamerkan dekikan di pipi.

Arga membulatkan mata mendengar ucapan istrinya.

"Kenapa? Keberatan atau ...."

"Oh nggak! Tentu saja enggak!" potong Arga cepat, "Oke, aku masak sekarang! Kamu tunggu di sini aja!" Gegas pria itu melangkah ke dapur, diiringi senyum lebar Kiara yang geli melihat tingkahnya.

Titian Takdir (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang