I Didn't Know That-

1.2K 84 10
                                    

Violet (pov)

"I'm scared, Violet." 

"Masuklah.. Aku akan mengobati lukamu terlebih dulu, sebelum semakin memburuk." ucapku terburu-buru.

Aku menuntun pria itu agar dapat duduk di sofaku dengan nyaman. Aku bergegas mengambil persediaan first-aid kit  yang ada di kamar mandi, untuk mengobati lukanya.

"Ini. Minumlah perlahan, agar tidak terlalu sakit saat aku mengobatimu nanti." Ucapku sambil menyuapkan 1 tablet pain-killer  ke mulut Mr. Choi. Aku mendekatkan segelas air putih ke bibirnya, membantu agar pria itu bisa meminumnya dengan mudah.

Aku merendahkan tubuhku, dan duduk di sampingnya. "Ehm.. Bolehkah aku membuka kemeja-mu?" Tanyaku.

"Obati bagian yang terlihat saja." Balas Mr. Choi yang menundukkan kepalanya.

Tapi.. Luka di bagian yang terlihat hanya ada di bibirnya. Itupun juga bukan luka yang parah, hanya robekan ringan. Apakah pria ini tidak ingin aku melihat luka-nya karena khawatir aku akan merasa jijik? Atau mungkin takut? Atau.. Ada alasan yang lain?

Aku berusaha mengingat kembali setiap moment yang aku habiskan bersamanya. Saat itu juga aku menyadari, pria itu tidak pernah membuka baju-nya di depanku bukan? Aku hanya pernah melihat tattoo yang ada di dada-nya saat bertanding basket. Hanya itu.

"Baiklah.." Ucapku dengan tenang.

Aku mengambil kapas dan menuangkannya dengan sedikit betadine, lalu menempelkannya dengan lembut di bibir bagian bawah pria itu.

Mr. Choi hanya mengerjapkan matanya perlahan, pria itu masih tidak menatapku sama sekali.

"Apa yang terjadi?" Tanyaku dengan lembut.

Pria itu menggelengkan kepalanya.

"Apa karena aku?" Tanyaku memastikan.

"Karena-ku, Violet." Jawab Mr. Choi dengan lirih. 

Pria itu tidak mengatakan yang sebenarnya. Aku tau dia tidak ingin membuatku merasa bersalah atau terbebani.

"Maaf.." Ucapku pelan.

Mr. Choi kembali menjawabku dengan menggelengkan kepalanya.

Aku menghela nafasku pelan, dan melanjutkan aktivitasku tadi. Karena Mr. Choi tidak ingin aku mengobati luka di punggungnya, maka aku meneruskan untuk mengobati bibirnya. Terkadang aku mengusap dan mengetuk dengan lembut luka-nya menggunakan kapas kecil. Sesekali, aku juga membasuhkan handuk yang sudah aku celupkan terlebih dulu ke air hangat, untuk membersihkan keringat yang berlinang di dahi, pipi, dan leher pria itu.

...

Dug.

Kepala Mr. Choi terjatuh di pundakku, lelah. Nafas yang dihembuskan terasa sangat hangat, menyentuh leherku dengan lembut. 

"Maaf ya.. Tapi aku harus mengobati luka di punggungmu. Aku tidak ingin luka-mu terinfeksi jika dibiarkan seperti itu lebih lama lagi.." Bisikku perlahan.

Mr. Choi tidak memberikan respon apa-apa. Pria itu sudah tertidur dengan lelap.

Aku membiarkan posisi kami yang masih sama-sama duduk, dan mulai membuka satu persatu kancing kemeja pria itu. Aku mengamati dengan seksama tubuh bagian depannya. Tidak ada luka luar, namun cukup banyak memar yang terlihat jelas, di sekujur tubuhnya. Terutama pada bagian perut pria itu.

"Hmm.. Aku akan mengompres-nya terakhir." Gumamku pada diriku sendiri.

Aku melepaskan kemejanya dengan lembut, agar aku dapat melihat luka di punggungnya.

CRAZY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang