Chapter 25

146 14 3
                                    

Wonwoo balik menatap kedalam dua bola mata tersebut namun hanya kekosongan yang ia rasakan, senyuman yang sempat luntur tadi kembali merekah. Entah bagaimana ada perasaan kesal dalam diri Wonwoo, bagaimanapun tetaplah jiwa itu masih anak lelaki yang naif dan tidak pernah suka tersaingi. "Wonwoo. temani Soonyoung jalan-jalan di pelataran rumah." jelasnya "Ada hal penting yang perlu Ayah bicarakan dengan tuan."

Tuan rumah pun pergi, sedangkan Wonwoo masih terdiam. Mimik mukanya masih terlihat kesal dalam dinginnya ekspresi wajah "Kau tak ingin mengajak tamu mu jalan-jalan Wonwoo-sii." ucapnya ketika dua orang dewasa tadi telah melenggang pergi.

"Mari." jawab Wonwoo sopan meski masih terasa ketus dan dingin.

Keduanya berjalan di sekitar wilayah Mansion sesekali mereka masuk kedalam rumah jika Soonyoung menanyakan perihal kegiatan Wonwoo sehari-hari. Tak lupa mereka juga mengunjungi tempat berlatih pedang untuk menguji kemampuan berpedang masing-masing, Wonwoo memuji kemampuan Soonyoung. Ia kalah telak, memang sejak awal ilmu berpedang bukan keahliannya. "Kau pandai sekali menggunakan pedang Wonwoo-sii." Soonyoung berujar disela ia meletakkan pedang.

"Bukankah seharusnya diriku yang memujimu." Wonwoo balik berujar dengan kening yang berkerut, jujur saja dia tidak pernah tau jalan berpikir Soonyoung. Entah untuk apa dia bertingkah seperti itu.

"Haha, tidak juga, jika dibandingkan dengan ahlinya diriku juga masih kepayahan." Soonyoung tertawa di sela kalimatnya, Wonwoo mencuri pandang dari jemari Soonyoung. Sedari tadi ia mengamati gerak geriknya, seolah-olah dia melakukan sesuatu pada benda yang ia sentuh.

"Kau apakan pedangnya." Wonwoo mengeluarkan pernyataan to the point.

"Memberinya jimat pelindung." Jawab Soonyoung tersenyum jenaka, untuk kesekian kalinya Wonwoo kembali memiringkan kepalanya kebingungan.

"Apa-apaan itu," jelasnya mengutarakan perasaan, lama-lama rasanya Wonwoo bisa menjadi tidak realistis jika berada di dekat Soonyoung. Otaknya seolah terhipnotis oleh atmosfer kekonyolan yang dibawakan pribadi Kwon. Perasaan tenang dan berwibawa yang ia berikan membuatnya merasa nyaman untuk berada di dekatnya meski terselubung sebuah perasaan iri disana "Oh ya, anda mengambil pendidikan apa Tuan Kwon."

"Santai saja Wonu-ya." ucapnya sekilas menjelaskan "Aku tidak mengambil pendidikan secara konvensional sepertimu Wonu-ya, setiap hari aku berada di laboratorium milik keluarga. Jika tidak diminta Ayah pun mungkin aku tidak ikut berkunjung hari ini."

"Kita masih 16 tahun apabila kau lupa." Wonwoo mengingatkan jika saja lawan bicaranya sedikit lupa.

"Memang kenapa." Soonyoung memiringkan kepalanya yang entah kenapa memberikan nuansa yang lucu, ia kemudian menutup matanya dan memikirkan sesuatu cukup lama. Entah apa itu Wonwoo tidak menahu "Kau ingin aku sekolah di tempatmu." jawabnya sekilas enteng tanpa beban.

"Hah." otak Wonwoo kembali berpikir, semakin lama semakin tidak mengerti saja Wonwoo dengan anak muda yang ada di depannya. Wonwoo benar kalah telak dengan anak muda di depannya dia benar tidak mengerti cara berpikir orang tersebut. Dia terlihat begitu bebas namun kebebasan tersebut hanya sesuatu yang semu, seolah dia hanya memberikan gambaran figure sosial yang sempurna tentang dirinya pada orang lain. Tanpa mereka mengetahui bahwa orang memupuk sebuah beban pada pundaknya.

Soonyoung kembali tersenyum, kali ini senyuman itu terlihat lebih lebar. Sepertinya sejak awal dia telah menyadarinya bahwa Wonwoo terus mengawasi gerak geriknya sedari tadi "Apa kau menyukai ku." dan tambahan lagi untuk diri Wonwoo ini suka membuat orang lain salah paham.

Wonwoo akan mempertimbangkan lagi untuk mendekati pria ini bisa-bisa dia hanya akan membuat diri Wonwoo bertambah pikiran-pikiran yang tidak penting, meski tidak bisa dirinya pungkiri ia punya firasat mereka bisa menjadi teman baik yang mungkin akan sangat dekat. Ia tidak sabar masa-masa itu akan datang kepada mereka, membicarakan hal tidak penting tentang acara di televisi atau tentang model pakaian terbaru yang dipajang di toko. Rasanya hidup Wonwoo akan terasa begitu sempurna apabila memiliki teman seperti itu yang mungkin saja bisa membuatnya lalai sebentar terhadap tujuannya.

Jika saja Wonwoo tidak lupa keberadaannya di keluarga ini untuk menyelesaikan semua yang telah ditinggalkan leluhurnya pada dirinya, berkat yang diberikan tuhan pada keluarganya dan diteruskan oleh Wonwoo. Ia tidak boleh sampai melupakan kewajibannya sebagai penerus keluarga. Mata yang tajam itu terpejam untuk sesaat, menikmati angin yang berhembus melewati helaian rambutnya. Ia membuang nafas untuk sesaat. "Soonyoung apa kau pernah berpikir untuk melakukan reinkarnasi."

"Tidak, terkadang banyak hal yang datang pada hidup kita." Soonyoung duduk disebelah Wonwoo "Kadang akan membuat diri kita berpikir dua kali, jika kau tak masalah peganglah tanganku."

Bagai sebuah mantra tanpa berpikir panjang Wonwoo mengambil uluran tersebut dan menarik diri mereka berdiri, untuk beberapa saat fokusnya masih memiliki sirat tentang orang ini. Perasaan ini seperti begitu nyata dan dapat bertahan lama. Wonwoo berpikir dalam benaknya untuk menentukan keyakinan pada dirinya yang tertelan sebuah perasaan begitu ragu dalam keyakinan, Apakah dia bisa mempercayai pria ini?

Dan kini tatapannya melihat pada Mobil yang telah menjauh dari gerbang utama keluarga mereka. Pandangannya masih begitu kosong, meliht jejak kenangan keduanya yang tergambar pada Kaca mobil. Sebuah perasaan yang rumit "Apakah kau sudah berteman dengannya?" Pertanyaan terlontar pada Wonwoo yang melihat mobil dengan wajah heningnya.

Wonwoo terdiam tak memberi jawaban "Kau pasti akan bertemu dengannya cepat atau lambat." Kepala keluarga itu memberikan ungkapan pada anak bungsunya laksana ia dapat membaca wajah hening tersebut.

Di sana Wonwoo, tatapannya tak pernah berhenti pada anak muda seusia yang ditemuinya. Saat semua orang mulai menjauh dari gerbang utama yang begitu luas ia masih tak ingin berpaling "Apa kau tak ingin pergi." ucapan itu mengalihkan fokusnya. Suara sejuk yang memberi semangat pada hari yang begitu membuat tubuhnya terasa lelah "Nayoung-noona." ujarnya dengan sebuah perasaan kejut.

"Kau tak bisa mempercayainya Wonu-ya." gadis tersebut memberi sebuah senyum begitu misterius pada penglihatan Wonwoo, sesuatu yang tak pernah dilihatnya. Emosi yang terlihat menutupi sesatu, dengan kembali berputar pada titik awal dengan ucapan yang baru saja di dengar. Noonanya mungkin benar, dia tidak bisa mempercayainya.

Wonwoo berbalik dan mendekat pada perempuan di belakangnya, mereka kembali mengambil langkah kembali pada rumah mereka. Tidak akan ada yang pernah percaya dengan Wonwoo bahkan jika itu berhubungan dengan sebuah nyawa.

___


Namun perasaan itu kembali melahap ragu pada hatinya saat wajah begitu cerah bagai rembulan biru memantul tepat didepan matanya, udara pagi yang menyambut mereka di ruangan itu memberi sebuah arti. Membawa bimbang pada ideologi Wonwoo, mereka tidak membutuhkan waktu lama untuk menjadikan sebuah kedekatan terjalin di sana. Wonwoo merasakan kehangatan dari perasaan yang menghilang pada hatinya, ia seolah bisa kembali mengingat hari-hari indahnya. Bahkan mereka kini bisa menarik seseorang dari kegelapan malam.

Membicarakan omong kosong saat kembali dari hari akhir di sekolah mereka, menikmati waktu untuk berada di stasiun game dan menggalakkan hal yang tidak berguna. Tak lupa dari itu mereka juga memperdebatkan siapa yang akan mendapatkan nilai terbaik pada penilaian akhir tahun. Ia bisa mengatakan ini pada wanita yang telah terlelap dari tidur panjangnya bahwa dia telah mendapatkan seorang teman. Ia ingin perasaan ini bisa bertahan begitu lama, sampai dia bisa merasa lupa karena begitu kebahagiaan yang menumpuk dalam hatinya.

Bagai keindahan yang ditelan malam yang sunyi semua perasaan bigar dari Wonwoo. Saat ini menatap ruang kerja Ayahnya, ia berdiri di sana menunggu pesan masuk tepat didepan matanya. Dan ketika berada didalam ia bisa melihat gurat gusar yang masih bisa terlihat kuat saat pendampingnya menghilang dari dunia ini, perasaan lelah dan takut kehilangan bagai akan masuk ke tempat terdalam jurang "Wonwoo, persiapkan dirimu. Kita akan melakukan pemanggilan."


| A/N: Aku mau minta maaf yang banyak-banyak untuk para pembaca yang setia karena telah menunggu cerita ini begitu lama untuk kembali Updet, sebenarnya aku sudah kembali dari study tahun kemarin namun ada beberapa yang perlu di persiapkan untuk keperluan akademis yang menyebabkan cerita ini baru bisa kembali. Saya memohon kemurahan hati yang sangat besar dari para pembaca setia. |

SKY TOWER ||JeongcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang