Chapter 22

145 21 6
                                    

Pertarungan yang meledak begitu saja tanpa ada sebuah sinyal pemberitahuan seolah ini bukanlah sebuah pertarungan melainkan pembantaian sepihak yang motifnya pun tidak ada satu siswa tau. Selain itu beberapa orang penting institut saat ini sedang dalam masa perjalanan misi yang sialnya ini seperti skenario berencana buatan seseorang untung menggulingkan kepemimpinan Institut yang membawa peran penting kepada pemerintahan bernegara. Layaknya sebuah misteri dari sebuah kotak puzzle tiada orang mengetahui gambar sebenarnya, keberuntungan tidak pernah memihak mereka dan kelicikan selalu berkuasa dengan segala taktik musuh. Seseorang memang benar-benar memanfaatkan kekosongan kekuasaan pemerintahaan, belum sempat negara sembuh dari rasa duka karena kepergian sang raja negara sudah di runduk masalah baru saja.

Pertarungan yang seperti melemparkan dadu takdir semua ditentukan di panggung ini, semua bertarung sekuat tenaga membela sebuah ideologi yang diajarkan oleh tertua kepada diri mereka yang mendarah daging. Semua ini tidak akan pernah berakhir karena ada hal lain yang musuh incar. Semua siswa bertarung melawan musuh dengan kemampuan yang mereka miliki. Ada beberapa siswa yang berada di wilayah gerbang utama Institut untuk mencegah musuh yang masuk melalui gerbanng Utama. Kebanyakan dari mereka adalah Beast dan skeleton, ada pula beberapa penyihir gelap yang diyakini itu pegawai Asosiasi Penyihir yang berkhianat. Beberapa siswa masih tidak yakin, lebih tepatnya mereka tidak habis pikir bisa-bisanya pegawai Asosiasi penyihir menyerang sekutu anak cabang dari aset mereka sendiri. Kalau sejak awal orang sudah beralih pikiran mau bagaimana lagi.

Johnny yang merupakan salah satu siswa dari kelas kesatria dibantu dengan anak-anak dari angkatannya menahan serangan dari para penyihir gelap, sedangkan Yuta dan Taeyong bekerja sama untuk mengalahkan para prajurit milik penyihir gelap. Yuta dengan kemampuan pedangnya dihunuskan untuk membunuh para beast yang mengamuk dari dunia bawah sedangkan Taeyong menjadi penyerang jarak jauh dengan kemampuan sihir apinya.

Di lain sisi dari semua siswa yang sedang sibuk menghalau musuh yang mencoba membabi buta tempat mereka memantaskan pengetahuan, Enam dari mereka sedang sibuk menentukan rencana kedepannya. Kondisi seperti ini sudah pernah terjadi meski kali ini lebih berbahaya karena warga sipil berada di dalam institut yang menjadikannya seperti mangsa empuk untuk di terkam.

"Seperti yang sudah dijelaskan tadi, Hao yang akan menangani warga sipil. Aku akan mengatasi para naga tua itu." Jun menjelaskan rencana yang dibuat olehnya, saat ini hanya Jun yang bisa diandalkan karena lawan mereka memiliki kemampuan yang sama dengan dirinya "Joshua-hyung dan Jeonghan-hyung kalian sudah pasti mengerti apa yang perlu dilakukan."

"Di saat seperti ini, kita tidak bisa berharap banyak dari kelas alkimia dan summoner." sambungnya untuk memperjelas kondisi yang sedang terjadi. Meminta kerjasama dengan anak alkimia dan summoner pada dasarnya hanya menguras waktu, di tambah sikap teguh pada pendirian yang mereka miliki semakin menjadi terlihat lebih baik menyerah saja jika berharap pada dua kelompok kelas tersebut karena mereka hanya akan bergerak dengan cara dan taktik mereka sendiri. 

Semuanya berpencar pada saat itu juga, Jeonghan bergegas berlari menuju gerbang untuk menghalau pasukan penyihir gelap yang berencana  menghancurkan bangunan milik institut, Joshua bergerak bersama dengan Seokmin menuju gedung untuk mencegah pencurian dokumen penting milik Institut yang di segel oleh Rektor karena disanalah kemungkinan tujuan utama dari para Penyihir gelap berdatangan.

Di tengah pertarungan yang begitu meledak tanpa persiapan tersebut, perasaan tak beres kembali menyerang relung hati milik Jeonghan. Seolah hari ini adalah hari berduka cita. Tragedi empat tahun lalu akan terulang lagi, di mana pintu dunia bawah kembali terbuka dan seluruh kota dilalap oleh api kemudian semua orang akan menangisi kepergian seseorang terkasih.

"Jeonghan hati-hati, di belakangmu." Johnny mengisyaratkan. Sebuah batu tajam terlempar menuju arahnya. Matanya terbelalak, dia tidak sempat menghindar. Gerakannya terkunci, seseorang sedang bersembunyi di balik panggung mencoba membunuhnya pertama kali. Sengaja untuk menyudutkannya agar terbunuh di tempat ini.

SKY TOWER ||JeongcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang