Wonu menangis, merintih. Melihatkan sesuatu yang tidak pernah ditunjukkan sebagai anak dari keluarga bangsawan. Pemakaman siang itu yang didatangi begitu banyak pelayat dengan mengucapkan duka atas kematian massal yang terjadi dari tragedi penyerangan makhluk dari dunia bawah.
Hujan yang menemani mereka dengan langit kelabu dan jas hitam dengan hiasan bunga putih, semua orang menatap nama-nama besar yang tercantum di sana. Wajah mereka menyiratkan kesedihan yang mendalam dari serangan yang membabi buta satu kota. Perasaan ketakutan dari bencana masih terlihat jelas dari jiwa-jiwa mereka.
Namun, namun bukan nama-nama itu yang membuat hati Wonwoo tersayat. Bukan karena kematian Ayahnya atau karena pengkhianatan Noona yang selalu dipercayainya. Anak laki-laki yang selalu memandang dunia dengan penuh ketegasan dan wajah dingin itu sedang meratapi perasaan kehilangan.
Apa yang menyakitkan selain kehilangan orang yang kau cinta? Wonwoo bertanya. Itu adalah ketika kau kehilangan jati dirimu.
Wonwoo melihatnya tepat didepan matanya, wajah yang ada di sebelahnya. Ia masih terdiam, sangat hening bahkan dapat mengalahkan sebuah teluk. Emosinya yang tercampur begitu banyak diwajah itu sampai tak bisa terbaca. Tak mengalihkan pandangan Wonwoo masih melihat ke arah Soonyoung.
Di matanya tergambar dua nisan yang begitu besar, Ayah dan kakaknya baru saja terbunuh oleh musuh. Namun tidak hanya itu yang tercermin dalam bola matanya, Soonyoung tidak hanya berduka. Dia hancur, dia merasa gagal, seluruh perjuangannya, seluruh pengorbanannya, semua yang telah dia lakukan menjadi sia-sia saat melihat dua nisan itu.
Wonwoo masih menunggu, dia menunggu Soonyoung yang kembali tertawa jenaka menyembunyikan kesedihannya. Namun wajah yang di lihat di depannya hanya kekecewaan dan kekecewaan yang mendalam.
Wonwoo mencoba menggapai pundaknya 'Soonyoung apakah kau pernah berpikir untuk berinkarnasi' namun ia abai saat sekelebat kenangan itu kembali ke benaknya. Apakah itu benar? Dia bertanya pada pikirannya yang terhanyut.
"Wonwoo aku akan bergabung dengan Asosiasi penyihir." Ujarnya.
Wonwoo terbelalak, dengan pemikiran seperti itu Soonyoung akan melebarkan api permusuhan kepada kaum bangsawan. Apa yang direncanakan Soonyoung.
Wonwoo masih diam, dia tidak bisa menggapainya. Soonyoung saat ini terasa begitu jauh darinya "Aku harus membawanya, semua dosa ini." Soonyoung tersenyum, wajahnya memperlihatkan kebijaksanaan yang sangat bijak.
Kedua bola mata Wonwoo melebar, kalau begitu kenapa Soonyoung meminta untuk menjadi temannya jika pada akhirnya mereka akan memilih jalan yang berbeda. Kenapa waktu itu Soonyoung berkata seolah dia dapat mempercayainya. Kenapa dia memilih menanggung beban kematian sendiri.
Kerah Soonyoung diTarik, wajah Wonwoo mengeras dengan butiran air mata yang mengalir. Kenapa pada akhirnya semua orang meninggalkannya sendirian "Ilmu bisa kau cari, takdir bisa kau gapai. Tapi kau tak bisa membeli waktu Kwon Soonyoung." Jemari Wonwoo mengerat bersamaan dengan emosinya yang meruak.
Orang didepannya terdiam, bagaimanapun perkataan Wonwoo benar. Tapi Soonyoung tak bisa, dia tidak bisa lagi merasakan kehilangan dan kematian dari orang yang dia sayangi. Seharusnya dia tau, bahwa sejak awal mereka mengincarnya. Menargetkannya, Kisah yang hanya menjadi cerita dongeng akan terulang lagi.
Soonyoung tidak ingin, dia tidak ingin melakukan yang sama berulang kali. Setidaknya kali ini—kali ini saja biarkan Kwon Soonyoung ini melindungi orang yang dia sayangi dan membiarkan jiwanya yang telah berjalan di jalan neraka untuk melanjutkannya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY TOWER ||Jeongcheol
FanfictionJeonghan yang tersesat di sebuah kuil tanpa ia sadari telah mencuri benda yang menguak semua rahasia di balik kematian kedua orang tuanya. Sampai rahasia terbentuknya SKY TOWER.