Kantin terasa lebih suram dari biasanya, beberapa siswa menghilang ke entah berantah. Beberapa pula lebih memilih menyibukan diri dengan kegiatan yang lebih berguna. Mereka semua tau ancaman akan datang, mereka memang anak muda tapi anak muda yang tahu diri. Kalau tidak mereka tidak akan diterima di sekolah ini, Institut tidak mau membiayai siswa pemalas kau tau.
"Berhentilah berpikir dan makanlah, Ini makan daging milikku. Setidaknya kau punya tenaga untuk sekedar mempedulikan keadaan orang lain." Diberikan daging panggang milik Seungcheol pada Jeonghan.
"Kau tidak makan." Jeonghan cukup terkejut dengan tindakan Seungcheol dengan santainya memberikan menu terbaik kantin kepada orang lain.
"Kau terakhir kali lihat aku makan kapan." Seungcheol balik bertanya, Jeonghan berpikir sebentar sambil melihat kearah lain dan berakhir dengan menggelengkan kepalanya. Seungcheol tersenyum sekilas melihatnya, terlalu lucu baginya respon dengan bibir mengerucut itu "Aku tidak butuh makan, kalau pun aku kehabisan mana aku bisa menyerapnya dari alam. Jika terpaksa biasanya aku akan memakan jantung manusia." Seungcheol tersenyum ketika kalimat terakhirnya keluar.
"Hentikan itu, kau membuatku tidak ingin memakan daging pemberian mu saja." Jeonghan menendang kaki Seungcheol, membuat empunya sedikit mengaduh saat mendengarnya.
"Hei, Putri salju. Di mana kucing licik itu." Itu Jun yang berkata.
"Diamlah kau membuat suasana hatinya semakin buruk." Ucap Minghao singkat dan memilih duduk di sebelah Jeonghan.
"Kenapa memang, benar bukan." Jun sedikit tidak terima saat julukan diberikan kepada teman barunya di tentang.
"Kau seperti kelelahan saja Elf." kali ini Seungcheol melihat kearah Minghao.
"Kau tau sendiri mahluk bodoh di sampingmu itu dia hampir mengajak ku bunuh diri saat mengejar penyelinap di Institut." Minghao memegang tengkuknya yang masih sakit akibat sulit tidur "Dan soal yang terjadi di daerah kalian Jun sudah menyelidikinya." Di makan dessert yang ada di menu makanannya.
"Syukurlah kau cepat mengerti." Seungcheol menyahut seolah pembicaraan mereka hanya berisi topik penting sisanya mereka akan diam "Ngomong-ngomong kamu menyukai itu." melihat ke arah dessert yang dimakan Minghao.
Yang ditanya sedikit terperanjat saat sisi yang tak pernah diketahui Seungcheol akhirnya terlihat juga "Kau tau, dia suka makanan manis terutama Yogurt dingin yang ku belikan untukmu saat itu." Jeonghan menyahuti perkataan Seungcheol tentang seorang minghao, Elf bijak dari pohon tua.
"Maksudnya sesuatu yang berwarna merah muda dan meleleh ketika masuk kedalam mulut." Jeonghan mengangguk ketika mendengar penuturan Seungcheol.
"Kau benar, Minghao juga berkata seperti itu ketika pertama kali membelinya." Jun pun ikut tenggelam dalam topik pembicaraan tersebut.
"Apa salahnya memang aku menyukai makanan manis." Minghao mulai berwarna merah muda ketika menjadi bahan pembicaraan.
"Bukankah itu bagus kau terlihat lebih menikmati kehidupan masa kini daripada diriku." air muka Seungcheol masih datar layaknya seorang pemimpin yang bosan hidup.
Lamat-lamat dari luar pintu kantin mulai terdengar ricuh, beberapa pasang mata melihat ke arahnya. Itu gerombolan teman sekelas Jun dulu saat mereka belum saling tak kenal seperti sekarang. Jeonghan melihat ke arah mereka yang menjadi pusat perhatian orang karena anak populer di institut.
"Kau masih mendiamkan mereka Jun." Jeonghan bertanya tanpa mengubah arah pandangnya.
"Seperti yang kau tau hyung kami semakin tidak bisa sejalan sejak kejadian itu." Jun cukup santai menanggapi pertanyaan tadi, sudah biasa baginya tidak punya teman. Ia cukup tidak enak sebenarnya dengan Wonwoo dan Hoshi tapi dirinya semakin tidak suka dianggap orang asing di antara mereka.
"Apa gunanya pertemanan jika kau tidak bisa saling mempercayai." Jun kembali berpikir mungkin terlalu jahat baginya bersikap seperti ini.
"Sudahlah pasti ada saatnya kalian saling memaafkan, lihat mereka mulai berjalan kemari." Jeonghan menunjuk ke arah mereka menggunakan dagunnya.
"Yo, apa kalian membicarakan ku." Hoshi tanpa permisi mendudukkan dirinya berbeda dengan Wonwoo yang masih berdiri dengan memijat kepalanya yang mulai kesemutan.
Jun sendiri dengan muka kusutnya memilih pergi, dia tidak main-main dengan ucapannya untuk menjaga jarak dari teman masa remajanya. Dia berdiri dengan membawa nampannya, ada sedikit hentakan di sana dengan suara kursi yang ditarik mundur dengan terpaksa. Memunculkan bunyi nyaring di tempat itu, membuat tiap indra penglihat di tempat tersebut menatap ke arahnya.
Langkahnya yang mulai menjauh terhalang oleh sebuah jemari mengepal pundaknya, wajah yang tadi itu dingin dan datar menjadi semrawut tatkala menatap Jun dengan manik penuh penyesalan "Bisakah kau tidak menghindar." itu Wonwoo.
"Jika perlunya dirimu kemari dengan Hoshi untuk menemui mereka bertiga, permisi aku tidak diperlukan di sini." Jun menghempaskan tangan Wonwoo membuat pemilik tangan mengerjapkan mata, sepengetahuannya Jun tidak pernah sedingin ini padanya.
"Begitukah sikap yang diajarkan orang tuamu." kali ini Mingyu yang berujar, tidak terima dengan sikap Jun. Kalau boleh bilang mereka tidak akan mau duduk disini.
"Maaf saja, tapi aku mendengar nasehat dari dunia bawah seperti itu." Jun kali ini mendekati Mingyu menatap manik itu lekat memisahkan jarak di antara keduannya "Jangan buat aku tertawa." akhirnya dia menjauh dengan melangkahkan kaki nya, suasana hatinya semakin buruk saja saat mendengar kalimat Mingyu.
"Apa kau lupa, jika dirimu ikut terlibat." kaki Jun berhenti bergerak, jika sudah Minghao dia tidak bisa menggugat lagi. Tidak ada pilihan baginya kembali duduk di tempatnya semula.
"Baiklah, sudah usai perseteruannya mari kita mulai pesta minum tehnya." Hoshi yang memulai pembicaraannya.
"Jadi bagaimana Hoshi, apa kau mau membantu kami." Jeonghan kali ini yang berkata, jujur dia sedikit kesal. Tapi mau bagaimana, satu-satunya orang yang bisa dimintai bantuan saat ini hanya dia.
"Tak masalah, kau cukup mampu mengatasi mereka bukan." Hoshi berkata seperti itu, Seungcheol menahan tawa mendengarnya. Dia suka pemikiran orang di sebelah kirinya ini.
"Wah, wah. bukankah kalian bisa mengatasi ini semua sendiri." Seungcheol mengeluarkan kalimatnya dengan begitu dinginnya dengan tawa yang terdengar sarkastik "Manusia memang tidak pernah bisa berubah ya."
"Apa maumu." Kali Hoshi menatap tajam ke arah Seungcheol, seolah ingin memulai pertikaian.
"Kenapa kau malah balik bertanya." Diangkat rahangnya menyombongkan diri dan menatap rendah lawan bicaranya.
Hoshi menghirup nafas dalam dan berakhir "Ok, kalian menang. Tapi untuk sementara aku belum bisa berbagi informasi." Hoshi menarik kesimpulan untuk sementara.
"Hei, hoshi. Bukankah itu di luar persetujuan kita." Wonwoo menyahut dengan cepat ketika kalimat dari mulut Hoshi telah diputuskan oleh semua pihak. Mingyu di sebelahnya melirik, tidak biasanya tuannya begitu antusias seperti ini. Matanya berkilat ketika melihat ke arah depan,tatapannya tajam saat mengamati wajah tidak peduli itu.
"Kenapa kau mau cari ribut." Jun yang merasa diamati seperti itu pun membuka mulut "Wonwoo jaga image mu kau tau iblis di samping tidak menyukainya."
"Sepertinya rencana ini tidak akan berjalan lancar." Jeonghan mengajak Jihoon bicara di tengah keributan yang terjadi sedangkan orang yang di ajak bicara hanya diam sambil menggelengkan kepala nya. Khas sekali dengan dirinya yang pendiam.
----
Marhaban Ya Ramadhan
Setelah sekian chapter yang nulis baru nongol, maaf man teman aku ngak tau nulis apa soalnya. ini aja binggung mau nulis apa, tapi semangat ya buat yang lagi puasa jan lupa sahur buat temen temen.
Itu aja mungkin, semangat puasanya. mari cari berkah bulan ramadhan sebanyak banyaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY TOWER ||Jeongcheol
FanfictionJeonghan yang tersesat di sebuah kuil tanpa ia sadari telah mencuri benda yang menguak semua rahasia di balik kematian kedua orang tuanya. Sampai rahasia terbentuknya SKY TOWER.