Chapter 29

130 13 9
                                    


Dari kenangan yang terasa begitu singkat, Wonwoo kembali tersadar. Benar, dia harus kembali ke tempat temannya. Dirinya tidak boleh tumbang di tempat ini, dia masih bisa bertarung. Ada hal yang perlu disampaikan.
 
Ia mengambil sebuah langkah untuk tubuhnya yang terputus dari sisa kemampuan yang dimilikinya. Berbagai rasa sakit di tubuhnya terlihat jelas dalam pandangan mata. Ia melihat keberadaan teman yang berada di jarak tak begitu jauh darinya, keinginannya untuk menggapai mereka semakin kuat. Ia harus kesana.
 
Dengan mempertahankan pandangan yang dimilikinya, dayanya mulai terdistorsi. Ia berharap tubuhnya masih memiliki kemampuan untuk bertahan sampai di sana “Wonwoo apa yang coba kau lakukan.” Wonwoo berbalik.

Slash..

Benak matanya terbelalak melihat pemandangan di depannya, rasa rindunya bergemuruh. Sudah berapa lama mereka tidak bertemu. 
Pada pedang yang menusuk tubuhnya  semakin dalam menembus tulang rusuk miliknya, Wonwoo mencoba mencegahnya. Telapak tangan disana dibasahi oleh darah yang mengalir. Sulur-sulur yang bermunculan menembus ruang sihir dari penyerang panggung.
 
Hiasan dari ilahi malam itu adalah rantai penyegel kebesaran. Bagaimana bisa dia memilikinya. Wonwoo tak percaya pada jalan yang telah berlalu dengan begitu panjang, ia tau pasti Perempuan itu memiliki banyak tubuh buatan namun tepat di depannya ialah satu-satunya dirinya yang asli.
 
Rantai-rantai bergerak mengikuti perintah tuannya. Berjalan mengambil sesuatu yang telah diincar sejak awal, keindahan penyegelan menjuntai dan menggabungkan tiap bagiannya. Mengikat dari halaman-halaman buku kuno, dia akan menghancurkan penyegelan dari sebuah warisan artefak turun-temurun milik keluarga duke. Apa yang mereka inginkan?
 
‘Tidak, tungg’ Tubuh Wonwoo mencoba berdiri dari posisinya, tapi percuma ini sudah mencapai titik terakhirnya. Sisa kemampuannya dari pertarungan sudah berkurang, dan kini jantungnya telah tertusuk oleh sebuah pedang milik musuh yang tertancap dengan indah disana.

Nayoung tak memberikan kata-kata lagi hanya tubuh yang memberikan Bahasa, dengan sebuah perintah rantai tersebut menggigit dan membanting tubuh Wonwoo. Ia terhantam tanah kerikil di sekitarnya dengan tubuh berputar pada bau tanah ‘Apa yang kamu incar’

Wonwoo yang  tak berdaya, di sisi lain para rantai semakin berat untuk mengekang Buku Guide of Truth pada jiwa wonwoo yang mulai dihancurkan. Matanya, melihat orang yang berdiri tegak di sampingnya dalam balutan warna hitam dengan diri yang telah meninggalkan nilai-nilai dunia. Ia harus membawa keluarganya pulang.
 
“Noona tujuanmu tak akan menuntun pada kebenaran.” Wonwoo mencoba berdiri dalam kondisi tidak prima “Ini bukanlah kisah dari takdir yang sudah di tuliskan.”
 
“Kau tak tau Wonwoo, dan tak akan pernah mengetahuinya.” Nayoung menatap dalam tubuh yang berdiri tegak di depannya. Wonwoo masih mencoba membenarkan posisi tubuhnya untuk melawannya. 

Tak mempedulikan tubuh yang sekarat Nayoung melanjutkan tugasnya yang dalam hitungan waktu kekuatan perempuan itu semakin dalam menjalankan penghancuran tanpa henti, angin dan Guntur menyatu. Langit dan awan gelap menghardik bumi dibawahnya yang telah dipenuhi oleh keburukan ribuan tahun. Kehidupan mereka semua ini akankah menjadi sebuah sejarah dunia sihir yang berakhir pada generasi ini.
 
“Jangan kau pikir bisa melakukan semuanya seenakmu, wanita tua.” Suara dari kejauhan memasuki ke dalam pendengaran tanah damai yang telah dijadikan pertempuran. Sebuah ledakan bagai kilauan bintang jatuh terdengar.

Wonwoo yang mengetahui identitas dari asal suara pun mencoba mencegah tindakan penghancuran. “Mingyu tunggu dulu.” Kata-kata yang terjulur dikeluarkan namun serangan berskala meteor telah meledak dengan guncangannya di bumi, cahaya menembus begitu tinggi dan dapat dilihat oleh seluruh keberadaan yang tinggi sekalipun.
 
Udara pun menyatu dengan sisa-sisa serangan, atmosfer ruang di tempat itu menjadi semakin berat dari penyerangan sebelumnya. Raut muka Wonwoo mengartikan sebuah perasaan yang tidak tenang sedangkan mingyu masih diam dengan wajah dinginnya dalam sosok iblis dengan melepas segel pertama pada bola mata.
 
“Keputusan yang tak bijak dari kejahatan kuno.” Mulut Nayoung berujar dengan tanpa permisi, para rantai pun bergerak lincah bagai ular kobra menembus tubuh mingyu memberikan tusukan tombak yang menancap pada bagian dalam bumi. Kelima lubang lelaki itu pun mengeluarkan darah segar. Tatapan matanya tak percaya, inikah keberadaan sebenarnya perempuan di depannya.
 
Entitas kisah lama yang hidup ribuan tahun bahkan menembus waktu itu sendiri. Kekuatan yang begitu tinggi mengalahkan para naga tua, dia berdiri di sana. Menatap dua orang yang masih tidak percaya. Dia baru saja mengalahkan keputusan seorang iblis.
 
“BODOH.” di sisi lain Jihoon berteriak dari kejauhan, matanya bergerak khawatir. Ia memukul pedangnya untuk mendorong musuh, lawan mereka benar-benar tidak seimbang.

 .

Ia mencoba mendekat untuk menolong teman temannya, namun dalam kondisi seperti ini entah kenapa sebuah gejolak internal datang dalam dirinya. Pertarungan dengan anak muda di depannya telah menghancurkan ego dalam jiwa yang telah dia bangun. Membawa deja vu tanpa arti yang jelas.

“Kau pikir bisa semudah itu menghindar dariku.” Anak muda itu kembali berujar. Ribuan pedang terbang di langit gelap yang tak mampu menahan kehangatan dari serangan mingyu. Ia mengeluarkan arahan dan pedang-pedang itu bergerak mencoba menjatuhkan Jihoon.
 
“Apa yang kalian incar dengan membangkitkan kejahatan dari bagian dalam dunia.” Jihoon berkata dengan serangannya yang bertahan, kemampuannya terus terdistorsi dari sihir orang didepannya.
 
Orang terdepannya masih terdiam, kemudian dia menganti pada arah pembicaraan “Sepertinya kau lupa padaku Jihoon.” Kalimat itu kembali dilanjutkan dalam notasi yang lebih jelas dari pada suara yang hancur. Tatapan mata Jihoon menajam, ia berpikir apakah ada yang salah disini.
 
“Sepertinya kau telah melupakan dirimu sendiri.” Anak muda itu kembali berkata, tangannya menarik angin dan pedang-pedang besi pun kembali terbentuk. Siap untuk melanjutkan serangan.
 
Jihoon masih berpikir dalam kondisi pertarungan bertahan seperti ini, siapa sebenarnya orang ini. Ia mengetahui entitasnya adalah daya isi ulang. ‘Jihoon ingat untuk selalu menjaga teman-temanmu. Mengerti.’ Senyuman yang hangat itu kembali menyesap ingatan Jihoon “Profesor.” Ucapnya yang begitu singkat yang masih tak ingin terjatuh dalam pertempuran ini.
 
Ia pun kembali memukul, mencoba menarik garis mundur dari waktu yang tersisa. Jihoon harus mencegahnya, jangan sampai wanita tua itu menghancurkan penyegelan milik keluarga duke yang telah dijaga ribuan tahun. ‘Ingat pesanku Jihoon. Lindungilah institut ini sebagai pertahanan terakhir’ pesan tuannya sebelum pergi meninggalkan tanggung jawab pada Jihoon.

 
Syuuuuutttt
 

Duarggg..

 
Dari belakang punggungnya Jihoon dapat merasakan sensasi itu. Air hujan berjatuhan. Jihoon membalikkan matanya tak percaya, bahkan Jeonghan kalah dalam pertarungan. Inikah kemampuan para penyihir kegelapan.
 
“Sepertinya disana lebih cepat.” Anak muda itu berujar dan melanjutkan serangannya. Jihoon kembali dalam kondisi terpojok. Sial, pikirnya.
 
Nayoung melihat pemandangan ledakan itu sesaat sebelum kembali pada pekerjaannya, buku yang tadinya terkekang oleh para rantai kini berada di tangannya. Ia menggenggamnya dengan begitu kuat dan demikian tujuannya akan selesai.

Jemarinya yang melihatkan urat sebagai bukti kesulitan dari penyegelan keluarga duke yang dibanggakan. Sebuah perpaduan elemen magis yang begitu kuat secara turun temurun, Nayoung menatap buku itu sesaat seolah merepresentasikan sesuatu. Kemampuannya yang telah melewati ribuan waktu. Bahkan buku di jemarinya itu hanyalah sebuah lelucon. “Mari kita akhiri semuanya disini.”

Suara menggelegar menyentuh cakrawala yang begitu luas dalam guyuran air. Buku itu hancur seperti percikan kunang-kunang di malam hari, dan pada waktu itu sebuah alam layaknya cermin yang begitu lebar terpandang oleh mereka yang berada disana. Waktu seolah berhenti pada saat itu dengan warna monokrom yang begitu kuat. 

Wonwoo seolah terjebak dalam sangkar waktu, alam itu hancur tak lama setelah cahaya dari kunang-kunang meninggalkan hutan malam. Kejadian itu berlalu begitu cepat seolah hanya dalam hitungan jarum pendek semua terjadi diluar kehendak mereka. 

 Sebuah suara kehancuran pun terdengar, semua indra mata menatap ke arahnya. Waktu yang terhenti dalam sebuah gelombang kehidupan. Menyambut sebuah keberadaan dari bencana, tempat tersebut menjadi tak berwarna layaknya tertelan kegelapan. Inikah kehancuran dari sebuah penyegelan tertinggi dunia sihir yang telah hidup ribuan tahun. Semua jiwa akan tertelan dalam kegelapan. Oh, dia akan bangkit.
 
Retakan ruang kaca pun terjadi, sebuah siluet cahaya bangkit dan jatuh didepan mereka. Bagian dalam kehancuran, bencana dari buku kuno. Semua pasang mata melihatnya, pada anak muda yang memiliki jiwa tua ribuan tahun.

Kota tua menjadi saksi dari sejarah ribuan tahun, Menara jam yang memberikan petunjuk dari pengaturan dan pembagian kehidupan yang dikomposisikan oleh tombak menjadi bukti kebesaran. “Bagian dari yang di tulis sejarah, kisah besar dari pilar kejahatan dunia. Apakah kau akan menghancurkan tanah kami.” Ucap penyair kuno itu dalam tumpukan sejarah mereka.

SKY TOWER ||JeongcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang