Chapter 8

421 55 0
                                    

"Pendengaranmu tajam bukan." di keluarkan pedang milik Jeonghan sambil mengambil aba-aba siap menyerang "Lindungi Tuanmu dari belakang." ujarnya mengeluarkan benda tajam tersebut dari sarungnya.

"Apa-apaan itu, bukankah curang membuat dirimu terlihat keren." Seungcheol mengeluarkan bola apinya bersiap membakar apapun di depannya.

"Benarkah, terserah kau kalau begitu." Jeonghan berlari dan menghunuskan senjatanya pada makhluk yang berwujud seperti tengkorak berjalan, tapi itu lebih mengerikan. Tubuhnya mengeluarkan asap hitam dan kepalanya bagai binatang buas siap memakan daging mu kapan pun ketika kau terlupa.

Semisal mereka tidak membawa senjata pula mungkin akan mudah untuk Jeonghan menghancurkan tulang-tulang berjalan itu. Tapi mustahil, mereka bagai prajurit terlatih dengan tubuh sekuat besi. "Hei-hei lihat di sana, apa-apaan siswa cakap kalau mengalahkan tiga golem saja begitu sulit untuk mu." sela Seungcheol di tengah kegiatannya membakar tulang tulang yang mencoba menyerang Jeonghan.

Yup, yang mencoba menyerang saja. Sisanya dia biarkan berhamburan tak peduli, jujur saja dia lebih cinta mana nya daripada semua hal di dunia ini. "Diam kau, mereka skeleton bukan golem." hujat Jeonghan tidak terima kemampuannya diremehkan oleh servantnya sendiri.

"Baiklah, sudah cukup main-mainnya." Jeonghan mulai naik pitam dan menendang makhluk di depannya  sehingga tersungkur namun bangkit lagi seolah tendangan tadi tidak mempan sama sekali.

"Lihat lah, kau tidak berguna." Seungcheol masih setia dengan kegiatan  menghina nya yang berakhir ketika mahluk itu berhenti bergerak dengan berakhirnya terlepas tulang belulang tadi dari sendinya "Tapi sayangku yang kau kalahkan baru satu."

Ujarnya kembali ketika mahluk itu satu persatu mulai kembali bermunculan dari balik hutan. Satu, Dua, Tiga. Jumlahnya terus bertambah seiring mereka hanya diam untuk melihat, Jeonghan terkepung. Tidak untuk Seungcheol, dirinya pengecualin. Kau tau kalau Kitsune juga bisa terbang, sialan memang dia.

Jeonghan berpikir, jika dia serius sekarang. Bisa jadi musuh mengetahui kemampuannya, kau tau mereka masih mengawasi dari tadi saat Jeonghan dan Seungcheol sibuk bertarung melawan mayat hidup itu. Baiklah sepertinya hanya Jeonghan yang sibuk bertarung, lupakan rubah tadi. Dia hanya beban pikiran  jika di pedulikan.

Musuh masih tiada hentinya menyerang Jeonghan satu persatu dengan pedang tajam mereka seperti seperti senjata milik bajak laut yang menguasai lautan lepas. Emosi Jeonghan semakin memuncak ketika yang sudah selesai ia lenyapkan kembali keluar dari tempat asal, tidak ada menariknya dari wujud meraka. Jeonghan sudah tidak sabaran mulai menebas mereka bersamaan sehingga memberikan ruang baginya untuk beraksi.

Dirinya berdiri tegak di tengah musuh yang kembali bangkit, tak lama kemudian kaki mereka mulai terguyur oleh air jernih yang kedatangannya tak tau dari mana. Udara di tempat terasa begitu berat untuk sekedar bernafas, hawa dingin mulai menyeruak ke sekeliling wilayah butiran partikel es bermunculan. Pergerakan musuh seketika terhenti tak lama kemudian seluruh tubuh pasukan skeleton itu membeku bagai kutub utara yang begitu dingin.

Dan begitulah, tubuh itu hancur bagai kaca pecah yang butirannya berhamburan terbang di udara malam. Jeonghan masih mengamati cahaya bagai kunang-kunang, hatinya mulai kembali nyeri saat melihatnya. Bagaimanapun, mereka hanya jiwa putus asa yang kehilangan tujuan. Yang ruhnya kehilangan arah dan tak  bisa kembali ke alam akhir, terjebak di dunia fana namun tak bisa dirasakan. Tindakan Jeonghan hanya membuat sosok mereka menghilang, seperti menghapus keberadaan mereka seolah tidak pernah ada.

"Kau telah melakukan tindakan yang terbaik." ujarnya menapak tanah yang airnya mencair ketika geta itu menyentuh lapisan beku tanah. Sosoknya berdiri di belakang Jeonghan menyentuh pundaknya, menyadarkan atas segala tindakan yang telah dilakukan.

SKY TOWER ||JeongcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang