Langkah mereka memasuki cafe, sebuah bunyi bel terdengar menandakan ada tamu datang. Pegawai dan bos di tempat itu melihat ke arah mereka, seakan keduanya orang yang dinanti kedatangannya. Bau roti panggang dan kopi dapat tercium di hidung mereka. Tempat kosong tidak jauh dari pintu, menjadi pilihan kedua nya. Tempat strategis untuk melihat dunia luar dengan dua tempat duduk dari kayu oak berwarna krem.
"Hei, lama sekali kalian berdua tidak berkunjung kemari." seorang pria berwajah manis dengan buku menu di tangannya mendekat ke arah mereka begitu santai "Banyak menu baru yang menunggu untuk kalian coba kau tau."
"Maaf hyung, menjadi murid tahun akhir membuatku dan Taehyung menjadi sibuk." pria tadi tertawa canggung, mengingat apa yang dikatakan mantan bosnya saat masih menjadi pegawai di sana.
"Sayang sekali, kalian itu pegawai terbaikku." ucapnya mengedikan bahu penuh sesal mengingat karena dua pegawai kesukaannya itu sudah sulit untuk ditemui "Yah, meski tidak bisa kupungkiri mereka berdua juga luar biasa." melihat kedua pegawai barunya yang sudah hampir satu tahun bekerja.
"Jun dan Minghao memang menjadi siswa primadona di sekolah." Jeonghan ikut speechles saat mantan bos nya atau tidak lain Yoongi saat melihat Jun dan Minghao melayani pengunjung dengan penuh senyuman.
Cafe ini memang menjadi tempat nongkrong favorit para siswa, Yoongi yang tidak lain pemilik tempat itu mendirikannya setelah ia memilih pensiun dari tugas wajibnya sebagai pelindung wilayah. Dirinya juga merupakan siswa dari Institut tempat Jeonghan menuntut ilmu, dia jauh-jauh pergi ke kota masa itu setelah tempat tinggalnya membakar sanak saudara dan temannya oleh pihak tak di kenal. Perjalanan hidup nya yang sudah cukup panjang membuatnya memilih beristirahat dan mendirikan tempat ini.
"Kau mau pesan apa, akan ku traktir." Jeonghan membaca menu yang diberikan Yoongi setelah orangnya pergi untuk melayani yang lain.
"Aku mau Jantung makhluk hidup." ucap Seungcheol acuh.
"Woi." dipukul kepala Seungcheol dengan buku menu "Untung tidak ada mendengar. kau tau, ucapan seperti itu membuat pelanggan lain tidak nyaman."
"Terserah kau." Seungcheol menyerah, lagi-lagi perkataan Jeonghan membuatnya nostalgia. Dia lelah dihantui ingatan lama.
"Kau ada masalah ya." Jeonghan memberikan menu tadi kepada Minghao dan cepat-cepat kembali ke tempat duduknya "Kau tau sikapmu itu seperti anak gadis yang baru saja diputuskan pacarnya." lagi-lagi Jeonghan bicara panjang lebar.
"Sudahlah toh juga tidak penting untuk hidup." ujarnya bosan dengan bertopang dagu "Tidak biasanya juga kau peduli." diliriknya dengan satu mata terpejam.
"Aku ini peduli karena tuan mu tahu." ucapnya santai sambil menyilangkan kedua tangan "Lagi pula cepat atau lambat juga aku pasti akan tau."
"Jangan kau bawa perasaanmu saat kita bertempur nanti." Jeonghan memejamkan mata, semua yang fana pasti akan mati. Tak dipungkiri dia juga dihantui, tapi hatinya sudah cukup menangisi. Jalannya baru dimulai, kisahnya mulai diciptakan. Dia tidak ingin meninggalkan penyesalan saat berpisah nanti.
Semua yang dia lalui bagai tebing tak berujung, gelap dan tak terlihat. Tapi di sanalah keindahannya, bukankah sesuatu yang misterius itu membuat kita menjadi ingin tahu. Mungkin konyol baginya tapi itulah yang Jeonghan yakini, dia tidak ingin seperti dulu lagi. Sekarang ada orang yang mau mendengarkan keluh kesahnya, dia tidak akan sendirian maupun kesepian. Karena ada dia.
Matanya terbuka, memperlihatkan visual dari mahluk mitologi yang ditakuti pada zamannya. Tatapannya yang acuh namun penuh rasa peduli. Sikapnya yang kekanak-kanakan di padu dengan senyuman manja. Setiap kalimatnya yang memiliki otoritas membuat semua orang bungkam dengannya. Namun selalu lembut terdengar hanya untuknya, hanya untuknya. Yoon Jeonghan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY TOWER ||Jeongcheol
FanfictionJeonghan yang tersesat di sebuah kuil tanpa ia sadari telah mencuri benda yang menguak semua rahasia di balik kematian kedua orang tuanya. Sampai rahasia terbentuknya SKY TOWER.