Chapter 4

644 85 1
                                    

Langkah Jeonghan terhenti ketika di dapatinya sebuah kuil tua di depan matanya. Bola api kembali muncul tepat di pintu kuil, melayang-layang dan berkobar. Bergerak menuju arah berdirinya Jeonghan, sayang sebelum bola itu berada tepat di hadapnnya pedangnya sudah menebas mahluk entah apalah itu "Berhentilah mempermainkan ku." di masukkan pedang tadi dengan tatapan dingin.

Ilusi pun menghilang kembalilah Jeonghan ketempat awal, seolah tak terjadi apa pun kakinya mulai melangkah kembali ke asrama dia perlu mempelajari buku sihir dan beberapa kuda-kuda malam ini, namun tertahan ketika di dapatinya sebuah giok berbentuk rubah dengan warna hitam. Mau tidak mau dia harus menunduk untuk mengambil benda tersebut, di amatinya benda tadi sayang dirinya tidak bisa merasakan ada unsur sihir sedikit pun dari benda tersebut. Mungkin dia akan bertanya pada Jisoo besok, kepada sang ahli dalam bidangnya.

'bawalah diriku dalam duniamu dan akan ku awasi kau dari kegelapan malam'

Di sini lah dirinya sekarang, seperti yang telah di ucapkan. Mencari teman lama yang menghilang ke entah berantah. Kepala Jeonghan mengamati setiap ruangan yang dia lewati berusaha agar tidak ada sutupun yang terlewatkan dari pandangannya, sedari tadi dirinya mencari Jisoo dan hebatnya orang itu tidak ada di semua sudut ruangan Institut. Tidak biasanya Jisoo susah di cari kecuali sudah memasuki akhir semester yang identik dengan semua tugasnya mungkin masuk akal orang itu akan sedikit sibuk, tapi ini masih musim gugur dan tidak ada hal seperti penjelasan di atas terjadi. Jeonghan kembali berpikir kemungkinan apa yang akan terjadi, apakah temannya itu mendapatkan misi hari ini. Itu sepertinya juga mustahil, dia selalu menolak tawaran misi yang di berikan oleh pembimbing.

Dari arah belakang terdengar langkah seseorang dan hampir saja Jeonghan di tabraknya jika dia tidak mundur beberapa langkah saat membalikan diri untuk kembali ke kelas "Ah, maaf." ujar Jeonghan yang masih terkejut.

"Tak masalah." orang yang di depannya membenarkan posisinya karena bawaan buku nan menumpuk sedikit membebaninya, arah pandanganya mengamati Jeonghan dari atas kepala sampai alas kaki "Kau Jeonghan-Sunbaenim kan yang juga masuk kelas kesatria."

"Em, kau Jun kan." Meski berada di kelas yang sama dan sering bertemu, mereka sebenarnya hanya sebatas salingkenal. Jun penyendiri begitu juga dengan Jeonghan yang noteban temannya hanya itu-itu saja.

"Ku dengar sunbae belum memiliki servant." tatap Jun, santai.

'ah, dia menyindirku' batin Jeonghan yang sudah tau kemana arah pembicaraan ini, walau tidak banyak tapi dia sudah sering mendengar kalimat sejenis ini. Kenapa manusia menjadi menyebalkan setiap ada sesuatu yang bisa di pamerkan, ingin mati saja rasanya.

"Tak masalah aku dulu juga seperti itu." sambungnya di tengah pembicaraan yang terhenti "sepertinya sunbae kurang menyukai ku ya." Jun tersenyum, memperlihatkan wajah tampannya.

"Kau membaca pikiranku ya." Jeonghan menatap datar membaca gerak-gerik orang di depannya.

"haha, ini hanya kemampuan bawaan. Tidak ada yang bisa aku bangga kan." Jeonghan semakin bingung dengan arah pembicaraan mereka yang entah merujuk kemana.

"Jun sudah ku bilang jangan seenaknya membawa barang orang." di sebrang lorong terdengar suara seseorang meneriaki nama orang di depan Jeonghan, kaki jenjangnya berlari menuju arah mereka berdiri.

"Ah, Minghao." Jun tertawa mengingat kejadian mereka beberapa menit lalu.

"Dasar keras kepala sudah ku bilang aku bisa membawanya sendiri." Minghao berujar sambil menyilangkan kedua tangannya "Jeonghan-hyung, maaf sepertinya Jun menggangu mu."

"Kalian saling kenal." seketika Jun merasa menjadi orang asing di sini.

"Tentu saja, aku tidak sepertimu yang kerjaannya hanya menebar pesona." Jun tertohok mendengar penuturan pacarnya ini.

SKY TOWER ||JeongcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang