"Terima Kasih." Itu adalah kalimat terakhir yang di denggarnya sebelum kedua bola mata terpejam.
Pada akhirnya di pertempuran kali ini pun Jihoon tumbang. Soonyoung tersenyum, begitu naifnya ia yang masih menggambar kenangan masa lalu. Seberapapun keras dia mencoba akhir dari ceritanya telah ditulis dalam sebuah takdir.
Penggorbanan dari tiap umat manusia ini bagaimana dia dapat membalasnya. Kebijaksanaan kedua orang tuanya, perlakuan baik kakaknya, cinta kasih warganya.
Soonyoung tersenyum pasi saat sedikit demi sedkit dekapan tersebut menggendur dalam labuhan kunang-kunang malam, pada akhirnya semua itu hanya akan terbakar oleh waktu yang berlalu dan menyisakan sebuah luka.
"Tidak aku sangka Mingyu." ia berdiri dan memberikan tatapan pada apa yang berdiri di sana "Pada akhirnya pertempuran yang tidak dapat ditolak ini datang."
Dari jauh sebuah api merah terbakar dengan begitu hebat. Dia mendekat dengan sayapnya yang menggepak begitu gagah. Menjadi sebuah lambang dari keabadiang yang di idiologikan oleh Institut. Mendarat dengan sempurna di lenggan Soonyoung. Itu burung phonix milik pemimpin kelaurga nantinya.
Kini semua rahasia yang telah dia simpan itu akan dia buka. Dan hanya akan menyisakan kebenaran yang dipenuhi oleh luka.
Tatapan di berikan oleh pemiliknya pada legenda dan saat itulah keabadian itu terbakar dalam jiwa. Helaian rambut yang sebelumnya berwarna sebiru Samudra kini telah terbakar oleh api. Soonyoung kini menatap kearah kawannya dengan pupil emas menyala.
"Bulatkanlah pilihanmu pemilik kuasa alama bawah,"
Di tanah yang akan menjadi saksi dari keabadian pedang di lepaskan dari sarung layaknya putaran sinar matahari. Diangkatnya pedang itu begitu tinggi dan memberikan sebuah seni pada gerakan tubuh sebagai pembentukan lingkaran api di belakang punggungnya. Sejati dirinya telah bangkit, sang penyihir agung dari menara kerajaan kini telah terbangun dari tidur lelapnya untuk mensucikan tanah yang telah diutuskan padanya. Ini akan menjadi pertempuran penentu dari keadilan yang di emban dalam kehidupan mereka yang telah di kisahkan dalam semesta.
Ideologi dan masa lalu mereka akan dipertarukan sebagai bukti kisah yang melahirkan bintang di langit malam. Soonyoung menggeluarkan sihir apinya dan Mingyu memperlihatkan keburukan dari alam bawah miliknya. Hantaman dua mana dari kemulian dan kegelapan yang telah terkuci bertahun-tahun lamanya menjadi saksi bahawa pertempuran mereka adalah sebuah puncak kejayaan umat manusia.
"Aku tidak menyangka manusia telah membuat kemajuan sebesar ini." Naga besar itu berkata. Pandanggannya seolah bercampur, hidup dalam ribuan tahun dan melihat banyak hal membuatnya merasa melankolis saat langit hari itu berwarna begitu semu.
"Apa yang kau maksud guru." Tentu saja Jun tidak akan melawan mereka, itu akan melawan kehendak alam yang telah diutuskan padanya.
"Takdir telah menunjukkan jalan hidup kita." Ucapnnya kelangit-langit yang diwarnai dengan penuh hitam dan merahnya peperanggan, mungkin ini tidak akan menjadi yang terakhir kali untuk mereka lihat di generasi berikutnya "Dalam kisah yang ditulisnya kita akan dihadapkan pada pilihan dan gua penuh harta karun nantinya akan menyilaukan pandanganmu."
Jemarinya yang penuh sisik mendekat kearahnya, Jun terdiam dan masih memperhatikan "Dalam takdirmu yang hidup diantara kematian, kau pasti tidak akan tega menggambil pilihan melawan gurumu." Dia menundukkan kepalannya yang benggis. Naga yang berwarna penuh keagungan suci tersebut menatap anak kecil yang dulunya pernah menanggis didepannya dan kini dia telah tumbuh untuk memenuhkan tugasnya.
"Telah menjadi bagian dari kisah kami pula akan berakhir ditanggan para manusia." Sayapnya yang begitu gagah dihempaskan sebagai bentuk awal dari perseteruan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY TOWER ||Jeongcheol
FanfictionJeonghan yang tersesat di sebuah kuil tanpa ia sadari telah mencuri benda yang menguak semua rahasia di balik kematian kedua orang tuanya. Sampai rahasia terbentuknya SKY TOWER.