Anak gadis menangis di siang bolong tak sengaja tertangkap oleh kamera Javier. Cowok itu sedang bosan, lalu sengaja keliling kampus untuk sekedar hunting. Sedari dulu memang hobinya mengambil foto-foto random, sebagai kenangan agar bisa dilihat lagi kalau nanti sudah wisuda. Dan untuk ke sekian kalinya dengan cara paling unik, paling tak terduga, semesta mempertemukannya dengan Kinara melalui petikan kamera.
Berbagai pertanyaan muncul, memenuhi benaknya hingga terasa berat. Apa gerangan yang membuat gadis berparas elok itu berduka? Kinara terlihat seperti bunga mekar yang tiba-tiba layu. Dalam sebuah gedung kosong Fakultas Teknik yang masih dalam proses pembangunan, gadis itu menangis tersedu-sedu sembari memeluk lututnya sendiri. Hati Javier tiba-tiba terluka tanpa alasan yang jelas.
"Nangis-nangis di gedung kosong nanti bisa kesambet loh," ujar Javier. Kini cowok itu berdiri gagah tepat di hadapan Kinara. "Gue nggak sengaja ngambil foto lo pas lagi nangis."
Gadis yang semula tertunduk layu perlahan mendongak, didapatinya seorang Javier Bagaspati tengah tersenyum lebar memamerkan layar kameranya. Di sana ada foto Kinara yang sedang menangis pilu, memeluk erat lutut sendiri seolah-olah kedua lutut tersebut adalah teman karibnya.
"Hapus!" ujar Kinara ketus, suasana hati yang sedang tidak baik mengubahnya menjadi singa ganas. Namun Javier malah tertawa kecil dan ikut berjongkok di sana. Tak ada yang dikatakan oleh cowok itu, selama beberapa mereka saling tatap hingga Kinara merasa jengah sendiri. "Gue bilang hapus fotonya, Javier!"
"Ada masalah apa, Kinar?"
"Bukan urusan lo."
"Gue tebak, pasti nangis gara-gara Rija." Sebenarnya Javier hanya iseng dan asal tebak saja. Namun sorot mata Kinara seolah mengatakan bahwa tebakannya tak meleset sama sekali. "Sumpah demi apa lo nangis-nangis kayak gini karena Rija?" pekiknya kemudian, tak percaya.
Pada detik berikutnya, Kinara mengangguk pelan. Dia rasa, saat ini hanya Javier satu-satunya tempat paling aman untuk bercerita. "Vier, temen lo itu lagi deket sama cewek lain?" tanyanya.
"Maksud lo?"
"Rija selingkuh apa enggak? Gue mohon lo jawab jujur, gue nggak mau overthinking kayak gini. Capek banget tau nggak," keluh Kinara sembari mengelap pipinya yang basah bekas tetesan air mata. Sejak mendapati sosok Javier air matanya tiba-tiba berhenti menetes begitu saja.
Pertanyaan yang cukup berat. Javier menghela nafas sebelum mendaratkan bokong pada ubin yang belum dikeramik, hingga terasa agak sakit karena semen yang dipoles tidak rata. Sepasang matanya menatap Kinara, ragu-ragu harus menjawab jujur atau malah melindungi sahabatnya.
Kalau boleh jujur, Javier menaruh curiga atas keakraban Rija dengan salah satu juniornya di himpunan. Bukan sekali dua kali dia menangkap Rija jalan berdua di koridor dengan gadis yang masih berada di semester empat itu. Akan tetapi, Javier jelas mengenal siapa sosok Hadirija Sadendra. Rija bukan laki-laki mata keranjang yang hobi naksir cewek sana-sini. Cowok itu selalu menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan. Bagi Rija menghargai perasaan perempuan adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seluruh laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Ke Rumah | Na Jaemin
Fanfiction[Cerita sudah selesai] Javier sering bilang, "nyari cewek itu kayak nyari rumah. Kalau gue nggak betah, ya tinggal pindah." Dan dalam perjalanan hidupnya yang panjang Javier menemukan Indah Kinara Lavika, kemudian lancang menjadikan perempuan itu se...