Dulu sekali, Mama pernah bilang bahwa hidup tak pernah lepas dari pilihan: pilihan untuk jadi lebih bahagia atau pilihan untuk terus bertahan menderita. Karena itu, tak peduli sedalam apapun rasanya pada Papa, atau seberapa butuhnya beliau pada lelaki yang merupakan Ayah dari anak-anaknya, pada akhirnya Mama tetap memilih jalur perceraian.
Di tengah prahara rumah tangga yang semakin mengeruh, Papa tak pernah menuntut perpisahan. Sepasang suami istri itu sempat sama-sama bertahan pada awalnya demi dua putera yang tak mungkin dibesarkan tanpa keluarga utuh. Semua Mama pikir begitu lebih baik, asal Javier dan Januar-nya tak berbeda dari anak-anak lain. Lagi pula, rasa cinta pada sang suami yang belum memudar membuat Mama memilih bertahan meski batinnya menjerit-jerit tiap malam menderita.
Telat Mama sadari, dalam hidup ada kalanya ia harus melepas untuk menemukan satu kata lega. Kemudian Mama sadar, ingin jadi wanita yang menua dengan kebahagiaan. Bukan dengan isak tangis dan sakit hati karena suami membagi hati.
Saat itu Mama bilang, "Vier, please Maafin Mama, ya? K-kemarin sore Mama gugat cerai Papamu, Mama... udah enggak tahan lagi, Nak. Mama bener-bener minta maaf karena nggak bisa ngasih keluarga yang utuh buat kamu dan Januar."
Dengan tubuh bergetar hebat dan berurai air mata Mama mendatangi sang anak sulung yang sibuk mengedit foto taman bunga di kamar. Mama pikir anak lelakinya akan sangat kecewa. Sempat Mama pikir, Javier akan membencinya karena beliau anggap dirinya sungguh-sungguh egois.
Barangkali Mama lupa, Javier-nya sudah tumbuh dewasa. Cowok itu meninggalkan komputer sejenak, untuk bangkit memeluk Mama yang ia cintai sepanjang hidup.
"Kenapa minta maaf? Baguslah, Javier bangga sama keputusan Mama. Selama ini, Mama udah banyak menderita. Makasih ya, Ma, udah bertahan demi Javier dan Januar. Mama adalah Mama terhebat, enggak semua orang sekuat Mama."
Setelah lama bertahan menderita karena rasa takut dan khawatir yang tak henti menggerayangi. Pada akhirnya Mama berhasil. Beliau berhasil memilih pilihan pertama, yaitu menjadi lebih bahagia dari sebelumnya. Tak bisa dipungkiri baik Javier mau pun Januar tentu sempat terluka atas perceraian orang tua. Mereka pun pernah hancur menyadari fakta keluarga yang tak lagi utuh seperti sedia kala.
Namun nyatanya, setelah Mama dan Papa resmi bercerai hati mereka jadi lebih lega. Rumah jauh lebih baik tanpa adu sorak antar Mama-Papa, tak ada tangis pilu Mama di tengah malam, atau Javier yang tiba-tiba terbangun dan melihat Papanya tidur di sofa dengan tubuh meringkuk kedinginan. Ada ketenangan yang mereka temukan setelah dengan ikhlas melepaskan.
Siang ini setelah sekian purnama tak bertemu, Mama tiba-tiba mengirim pesan pada satu-satunya anak yang beliau miliki. Kata Mama, beliau sangat merindukan Javier hingga ingin makan siang berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Ke Rumah | Na Jaemin
Fanfiction[Cerita sudah selesai] Javier sering bilang, "nyari cewek itu kayak nyari rumah. Kalau gue nggak betah, ya tinggal pindah." Dan dalam perjalanan hidupnya yang panjang Javier menemukan Indah Kinara Lavika, kemudian lancang menjadikan perempuan itu se...