Jalan panjang berduri dan penuh lubang pada akhirnya berhasil dilalui dengan perasaan bahagia. Penuh rasa bangga dan haru ketua himpunan jurusan arsitektur, sekaligus salah satu pemuda paling berpengaruh di Fakultas Teknik, Hadirija Sadendra meresmikan pameran miniatur bangunan hari ini. Segala peluh, penat, dan perdebatan tiada tara yang sempat terjadi selama tiga bulan belakangan akhirnya terbayarkan. Rija tersenyum puas dan merasa bangga pada dirinya beserta rekan-rekan di himpunan, salah satu proker besar yang mereka rancang sejak terbentuknya himpunan periode baru dapat terlaksana dengan sebaik mungkin.
Banyak pengunjung entah berasal dari jurusan mana berdatangan. Ada yang sekedar iseng ingin melihat-lihat rancangan bangunan, ada juga yang datang untuk berburu jajanan dan kuliner sederhana yang tersedia. Tapi satu hal yang bisa dipastikan, rata-rata para pengunjung datang untuk menyaksikan penampilan khusus dari Pamungkas, sang idola baru muda-mudi zaman millenial.
"Cay, aman?" tanya Rija setelah Cahaya menampakkan batang hidung. Lelah jelas tergambar jelas di raut wajah cowok itu, namun pundaknya masih kokoh berdiri demi kelangsungan acara.
Seusai meneguk sebotol air mineral hingga habis tak tersisa, Cahaya mengangguk tanpa ragu. "Aman, tenang aja. Tadi gue lihat mantan lo di sana."
"Mantan?"
"Iya, si anak elektro. Mantan lo, kan?"
"Mantan?" Sekali lagi Rija bertanya, kali ini dengan dahi berkerut bingung.
"Loh, bukannya udah jadi mantan?" Cahaya malah balik bertanya, memasang tampang bingung dan dungu di saat yang sama. "Gue pikir lo udah putus sama Kinara. Emang belum, ya?"
"Belum, anjing! Kinara masih resmi pacar gue sampai hari ini. Sampai nanti kiamat pun bakal terus jadi punya gue," tegas Rija dengan wajah masam. Entah datang gosip dari mana sampai-sampai Cahaya bisa bilang begitu. Demi tuhan, sekali pun Rija tidak pernah membayangkan bagaimana jadinya jika status Kinara dalam hidupnya berubah jadi mantan.
Sambil menjaga dan memantau keamanan pameran, tak ada angin tak ada hujan dua pemuda itu malah terlibat dalam pembicaraan penting yang seharusnya tak boleh dibahas saat sedang bekerja.
"Ja, demi tuhan gue pikir lo lagi deketin Zizi," ucap Cahaya setelah menghembus gumpalan asap rokok keluar dari mulutnya. "By the way, rokok nggak?" tawarnya sebagai bentuk basa-basi.
Rija menggeleng kencang, meski dibayar satu milyar pun dia tak akan pernah menyentuh yang namanya rokok. "Zizi? Sama gue? Ya enggaklah, siapa coba yang bikin gosip kayak gitu?"
"Darel," jawab Cahaya. "Bukan cuma Darel, yang lain juga bisa lihat kali."
"Darel keparat. Emang bisa lihat apa sih di antara gue sama Zizi? Perasaan biasa-biasa aja."
"Lo sama Zizi ... beda." Kali ini Cahaya bukan cuma sembarang bicara, dia pun memperhatikan gerak-gerik ketuanya selama mengurus himpunan. "Lo suka sama Zizi, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Ke Rumah | Na Jaemin
Fanfiction[Cerita sudah selesai] Javier sering bilang, "nyari cewek itu kayak nyari rumah. Kalau gue nggak betah, ya tinggal pindah." Dan dalam perjalanan hidupnya yang panjang Javier menemukan Indah Kinara Lavika, kemudian lancang menjadikan perempuan itu se...