Kalau ada yang tanya, kok bisa-bisanya berpaling dari lelaki baik seperti Rija demi laki-laki lain yang keseringan dicap playboy dan brengsek? Maka, agak susah bagi Kinara menjelaskan jawabannya. Bukan karena hati lelaki yang kini ia tuju tak baik, melainkan terlalu baik hingga bisa terkuras tenaga Kinara untuk menjabarkan apa-apa saja yang pernah Javier lakukan untuknya.
Memang Javier tak sebijak Rija, pun tingkahnya tak sedewasa cowok itu. Javier kadang bersikap kekanakan bahkan bisa ngambek-ngambek bombay hanya karena masalah sesepele chat tak dibalas atau telepon ditolak. Tapi, bisa dipastikan ia selalu ada memberi pundak dan peluk pada setiap senang dan sedih Kinara.
"Kinar, lo kok nggak bales chat gue, sih? Udah nggak sayang lagi?"
"Udah lupa sama gue apa gimana, Nar? Dari tadi gue telpon ditolak mulu."
"Nggak usah ngomong sama gue hari ini, gue lagi marah karena lo ngilang nggak ngasih kabar."
"Kinara, sebenernya wahana paling menyeramkan adalah kehidupan. Gue nggak tau mau ngasih solusi apa buat masalah lo kali ini, gue bukan orang pinter. Tapi gue janji, gue bakal ada di samping lo sampai lo bisa keluar dari masalah ini."
"Lo lagi ada masalah, ya? Sepuluh menit lagi gue sampai di rumah lo. Jangan nangis sendirian, nanti nangisnya di pelukan gue aja."
Itu Javier dengan segala ocehannya yang mampu membut Kinara kesenangan sampai senewen. Telat Kinara sadari, jatuh cinta pada seorang Javier Bagaspati bukanlah suatu kesalahan. Bagaimana bisa laki-laki berhati seluas samudera itu dianggap sebagai kesalahan dalam hidupnya?
Pernah sekali Kinara bertanya, "Vier, lo udah jarang flirting sana-sini. Betah banget ya sama Ametha?"
"Ametha?" Cowok itu menjawab dengan kerutan yang tampak jelas di dahinya.
"I-iya, kan dia pacar lo." Kinara menyeringai malu, lalu menggaruk-garuk tengkuk yang padahal tidak gatal. Hanya saja ia sedang malu-malu kucing. "Baru kali ini gue lihat lo pacaran sampai berbulan-bulan. Biasanya tiga minggu udah kelar. Ametha sehebat itu, ya?"
"Ck, bego! Ngomong-ngomong pacar gue bukan cuma Ametha, ada dua pacar gue, Nar. Dan elo salah satunya." Javier terkekeh geli, seolah sengaja pamer ia punya gelak tawa yang indah.
"Siapa yang paling lo sayang?"
"Indah-" Sejenak Javier menjeda kalimatnya, lalu menatap lekat ke sepasang mata Kinara yang tampak salting begitu jelas. "Indah Kinara Lavika," sambungnya kemudian.
Sebenarnya Kinara hanya mengharapkan kalimat seperti itu keluar dari mulut Javier. Namun sengaja mengkambinghitamkan Ametha demi mendengar satu kalimat manis yang ia inginkan.
Pada akhirnya Javier melontarkan kalimat paling manis, bisa membuat Kinara bungkam dengan pipi merah merona. Kata Javier kala itu, "Nar, setelah dewasa gue baru sadar kalau rumah itu bukan soal tempat, tapi tentang hati seseorang yang bisa bikin lo menetap. Sekarang gue udah ketemu sama rumah yang gue cari selama ini, gue nggak capek-capek pindah dari rumah ke rumah lagi. Makasih ya Kinara, karena udah jadi rumah paling nyaman buat gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Ke Rumah | Na Jaemin
Fanfiction[Cerita sudah selesai] Javier sering bilang, "nyari cewek itu kayak nyari rumah. Kalau gue nggak betah, ya tinggal pindah." Dan dalam perjalanan hidupnya yang panjang Javier menemukan Indah Kinara Lavika, kemudian lancang menjadikan perempuan itu se...