Awan-awan di atas sana mulai menghitam, langit mendung murung seolah turut kecewa atas sebuah keputusan pahit serta apa yang akan dilakukan oleh seorang gadis hari ini. Tak peduli soal badai yang nanti bisa saja turun membunuhnya atau mungkin sesal dan bersalah yang kian menyerang, Kinara tak mau goyah lagi. Hatinya telah mantap, pun nyalinya sudah terkumpul penuh untuk menemui sang kekasih hari ini.
Perihal benar atau salah pilihannya, Kinara pasrah pada hujatan semesta. Gadis itu tak ingin ada lagi pihak-pihak yang dibohongi, baik Rija maupun Javier. Karena itu, semua permasalahan yang ia ciptakan sendiri harus segera tuntas sekarang juga. Tepat di hari ulang tahun, sekaligus hari di mana Rija sedang berdebat demi harga diri himpunan yang ia pimpin selama setahun dalam musyawarah besar dan demi melepas masa jabatan sebagai ketua himpunan, Kinara memilih untuk jujur dan menyelesaikan semua. Demi janjinya pada Javier, pun demi manusia sebaik Rija yang tak boleh disakiti lebih lama lagi.
"Kamu sebenernya mau aku apa enggak sih, Nar?" Begitu tanya Javier tadi malam. Pertengkaran lagi-lagi terjadi karena Kinara ingkar pada janji. Cowok itu marah besar karena harap yang selalu berujung kecewa.
Kalau boleh jujur, sudah banyak toleransi yang Javier beri. Cowok itu penuh percaya diri Kinara bisa selesai dengan Rija dalam kurun waktu satu minggu, namun yang terjadi sampai satu bulan berlalu gadis itu masih belum mengakhiri hubungan dengan Rija.
"Aku mau! Aku mau kamu Javier."
"Kalau gitu putusin Rija." Javier menatap lekat ke sepasang mata sang gadis. Terasa menyeramkan, tak lagi hangat seperti sorot mata seorang Javier biasanya. "Putusin besok, aku nggak mau nunggu lagi."
"Tapi, Vier-"
"You still love him, right?" potong Javier.
Cukup kencang kepala Kinara menggeleng. Setelah sekian malam dilalui dan sebelum tertidur lelap di kepalanya hanya ada Javier. Setelah banyak hari nan usai, seorang Javier Bagaspati jadi sosok yang paling ingin ia ajak melihat langit jingga di kala senja. Kinara tau hatinya untuk siapa, pun tau sebenarnya ia mencintai siapa. Namun segala keragu-raguan dan nyali yang tak seberapa setiap kali berhadapan dengan Rija menimbulkan petaka bagi dirinya sendiri.
Kinara menunduk layu, sepasang matanya terasa panas. Namun sekuat tenaga gadis itu menahan diri agar tak menangis. "Harusnya kamu nggak perlu ngeraguin perasaanku, Vier. Aku udah terlanjur cinta mati sama kamu, tapi tetep aja nggak semudah itu buat mutusin Rija."
"Sekarang apa lagi masalahnya, Kinar?"
"Besok hari ulang tahun Rija, dia juga sibuk nyiapin diri buat mubes. Aku nggak mau ngehancurin hari penting dalam hidup Rija. Please ... jangan besok, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Ke Rumah | Na Jaemin
Fiksi Penggemar[Cerita sudah selesai] Javier sering bilang, "nyari cewek itu kayak nyari rumah. Kalau gue nggak betah, ya tinggal pindah." Dan dalam perjalanan hidupnya yang panjang Javier menemukan Indah Kinara Lavika, kemudian lancang menjadikan perempuan itu se...