Enam tahun lalu, Rija yang berada di ambang ketidakpastian antara hidup atau mati dengan sangat tegas meminta Javier mengembalikan Kinara ke dalam peluknya. Rija bilang, mereka bisa berbagi apapun di dunia ini asal bukan gadis itu. Rija bukan teman yang pelit, namun perihal Kinara memang semestinya ia miliki seorang diri. Ketika rasa sakit di sekujur tubuhnya bertubi-tubi menyerang, cowok yang selalu dikenal penuh wibawa itu masih sanggup memperjuangkan gadis cintanya.
Rija tak akan menyerah begitu saja pada Kinara hingga hembusan nafas terakhirnya. Karena itu, Javier yang harus paham dan mengalah demi sang sahabat. Meski lebih dari kata sulit, cowok itu terpaksa mundur. Rasanya perlu sejuta kali pikir dan pertimbangan untuk Javier malam itu. Lalu kemudian ia sadar jika selama hidup sudah banyak mengecewakan Rija, maka Javier tak akan mengecewakan sang sahabat di detik-detik terakhir kehidupannya.
"Vier, apapun yang terjadi nanti, enggak peduli walau gue mati sekali pun lo tetep enggak boleh sama Kinara ya."
"Kenapa?"
"Anggap itu hukuman dari gue buat lo. Gue mau ngerasain gimana jadi orang egois sekali aja," tutur Rija dengan kedua sudut bibir terangkat. Bagaimana Javier bisa menolaknya? Kemudian Rija menyentuh lembut lengan dingin sang sahabat yang mendadak termenung. "Vier, promise me! Kinara cuma punya gue, Vier, selamanya dia pacar gue. Lo nggak bisa mengubah fakta itu."
"Iya, gue janji."
Orang-orang yang melakukan kesalahan pasti mendapat hukuman. Jika memang begini cara kerja takdir menghukum dirinya, tentu Javier rela. Ia akan berbesar hati menerima segala keputusan tuhan untuk hidupnya. Dulu tak pernah terlintas sekali pun di kepala Javier bahwa ia akan menangis-nangis jelek hanya karena masalah perempuan. Javier tak tau seperti apa rasanya putus cinta yang membuat hati patah. Kedatangan Kinara mengajarkannya satu hal penting, yaitu dalam sebuah hubungan rasa cinta yang besar saja tak pernah cukup.
Mentang-mentang saling cinta, bukan berarti perjalanan untuk bersatu bisa mulus-mulus saja. Ada keadaan sulit yang memaksa, ada takdir dan semesta yang menentang, serta ada janji yang harus dipenuhi pada seseorang yang telah pergi dari bumi.
Masih jelas di benak Javier, pun masih terasa hangat peluk terakhir Kinara pada tubuhnya enam tahun silam. Ketika sepasang anak manusia itu menyerah pada keadaan, ketika mereka mulai tunduk dan patuh pada takdir, ketika mereka berdua sama-sama memaksakan diri untuk berbesar hati menerima perpisahan dan kenyataan tak mungkin bersatu.
"Nar, aku mau pergi. Bukan cuma pergi dari kamu, tapi aku juga pergi ke tempat yang jauh," ucap Javier kala itu.
"Kenapa mau pergi jauh?"
"Biar aku lupa sama kamu, sama semua hal-hal menyakitkan yang kita ciptakan sendiri. Aku mau nyari kedamaian di tempat lain."
"Kita emang harus selesai dengan cara kayak gini, ya?" Air mata berlinang di pelupuk mata Kinara. Dia kehilangan dua-duanya, Rija dan Javier. "Jadi kita beneran sampai di sini aja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Ke Rumah | Na Jaemin
Fanfiction[Cerita sudah selesai] Javier sering bilang, "nyari cewek itu kayak nyari rumah. Kalau gue nggak betah, ya tinggal pindah." Dan dalam perjalanan hidupnya yang panjang Javier menemukan Indah Kinara Lavika, kemudian lancang menjadikan perempuan itu se...