Tiga

209K 18.3K 735
                                    

Assalamu'alaikum
Happy Reading
.
.
.
.

Alisha mengikuti langkah Zaidan dengan menatap kagum interior Rumah mereka. Ya, mereka memutuskan untuk pindah saat malamnya. Sebenarnya sih ini kemauan Zaidan dan Alisha awalnya juga menolak namun ya mau bagaimana lagi. Soal rumah, katanya sih ini sudah dibeli sejak lama oleh Zaidan namun baru kali ini Zaidan menginjakkan kakinya. Karena dari awal, rumah ini Zaidan sediakan untuk dia tempati bersama istri dan anak-anaknya kelak. Meskipun rumah ini baru dan tak pernah ditempati, perabotannya sudah lengkap dan juga terlihat sangat bersih dan aesthetic.

"Eh." Alisha tersentak ketika Zaidan mengambil alih kopernya. Sedangkan Zaidan langsung membawa koper Alisha ke kamar atas yang akan menjadi kamar mereka.

Mata Alisha membulat ketika Zaidan membuka koper yang berisi pakaiannya. "Kak! Jangan!" Larangnya langsung menghampiri Zaidan dan menutup kembali resleting kopernya.

"Why?" Tanya bingung Zaidan, dia niatnya baik kok, cuma bantu Alisha membereskan pakaiannya. Lalu apa salahnya?

"Ah e-emmm i-itu." Alisha menatap segala arah, dia bingung mau menjawab apa. Sebenarnya sih bukan apa-apa, tapi dia malu, kalau nanti Zaidan membuka koper miliknya, otomatis Zaidan akan melihat isinya. Dan di dalam kopernya itu bukan hanya ada baju rumahan, gamis, piyama, tapi juga pasti ada pakaian dalamnya.

"E-emm." Zaidan menatap Alisha bingung dengan alis terangkat.

"I-itu e-em kak Zai beresin koper kak Zai aja, koper aku biar aku aja."

"Sudah." Jawab Zaidan membuka lemari sebelahnya yang sudah dipenuhi pakaian Zaidan.

"Hah?" Beo Alisha dengan tangan yang menggaruk halisnya.

"Jangan ih!" Larang Alisha ketika Zaidan hendak mengambil kembali kopernya. "Emm mending kak Zai bersih-bersih aja, ketek kak Zai bau."

Zaidan menatap tajam Alisha. Bau? Mana pernah dia bau ketek yang ada pun wangi sksksk. "Hhe aku cuman bercanda kok kak." Tawa garing dan canggung Alisha.

Tanpa bicara, Zaidan langsung mengambil handuknya dan berjalan menuju kamar mandi.

Alisha menghembuskan nafasnya lega. Dia pun mulai membereskan pakaiannya. "Untung aja Kak Zai nurut kalo enggak, ahh malu banget."

"Heran sih kenapa ya kak Zai irit banget ngomongnya mana dingin banget lagi." Monolognya.

"Kak Zai itu dingin, datar, kaku, nyeremin kayak monster tapi--"

"Tapi apa?"

"Tapi ganteng." Jawab Alisha tanpa tahu bahwa Zaidan sudah ada di belakangnya.

"Seganteng apa?"

"Seganteng siapa ya? Emm pokoknya ganteng banget, bang Arfi aja kalah." Jawab Alisha antusias yang belum menyadarinya. "Eh!!" Alisha membalikkan badannya, dia menatap Zaidan kaget. Dan apa ini, Zaidan terlihat sangat tampan apalagi dengan rambutnya yang setengah basah.

"Kakak sejak kapan disitu!?"

"Sejak kamu bilang saya ganteng." Jawab santai Zaidan menyodorkan handuknya. "Keringin."

Dengan kaku, Alisha mengambil handuk Zaidan. Sekarang dia bingung, cara ngeringinnya gimana coba? Masalahnya Zaidan tinggi banget dan Alisha hanya sebatas dadanya saja. Zaidan yang mengerti pun duduk di pinggir ranjang.

Dengan telaten, Alisha mengeringkan rambut Zaidan dengan handuknya. Sedangkan Zaidan dia menikmatinya dengan memejamkan matanya. Fokus Alisha teralihkan ketika melihat wajah Zaidan dari jarak sedekat itu. "MasyaAllah." Ucapnya dalam hati.

"Udah kak."

"Kamu mandi gih."

"Aku udah mandi kok kak tadi sebelum kesini." Zaidan pun hanya menganggukan kepalanya.

ZAIDAN | my cool husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang