Empat Tiga

56.5K 6.3K 538
                                    

Assalamu'alaikum
Happy Reading
.
.
.

Keesokan hari, Alisha beserta kedua mertuanya sedang berjalan di koridor Rumah Sakit tempat Zaidan dirawat. Disa menatap wajah murung menantunya dari samping. “Alisha.”

Menolehkan kepalanya. “Iya, Ma?”

Disa mengangkat tangannya mengelus sekilas kepala Alisha. “Jangan murung gitu dong, Zai pasti lagi menunggu kamu.” Ucapnya menghibur menantunya itu.

“Iya, lagian si Zai kan titisan es, pasti dia kebal.” Sambung Zaki mendapat cubitan dari istrinya. “Sakit, yang...” Melasnya membuat Disa mendelik ke arahnya. Alisha yang melihat itu pun terkekeh kecil.

“Nah gitu dong senyum, kan tambah cantik.” Ucap Disa melihat Alisha yang tersenyum.

Sesampainya di depan ruangan Zaidan, terdapat Arfi, Bagas, dan Rama yang terlihat sedang berdiri dengan wajah gelisah. “Kok pada di luar?” Tanya Disa penasaran, sontak mereka pun menoleh bersamaan.

Melihat raut wajah mereka membuat Alisha ikut gelisah, ia pun segera menghampiri Arfi. “Apa yang terjadi Bang?” Tanyanya menatap wajah Arfi yang juga menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. “Kak Zai baik-baik aja kan?” Alisha menguncang pelan tangan Arfi.

“Zai—“

Ceklek

Keluarlah Dokter dari ruangan Zaidan. “Dengan keluarga pasien?”

“Kami Dok.” Jawab Zaki cepat. “Bagaimana keadannya?”

“Semalam kondisi pasien memang sudah membaik, namun tadi pagi kondisinya kembali memburuk. Kami sudah melakukan yang terbaik, mohon maaf nyawa pasien tidak bisa terselamatkan. Pasien--“ Ucapan Dokter terhenti karena Alisha yang langsung menyerobot masuk ke dalam ruangan Zaidan diikuti oleh yang lainnya.

Dengan mata yang memerah menahan air mata, Alisha menghampiri Zaidan yang sudah terlepas dari alat-alat medis di tubuhnya. “K-kak Zai.” Ucap Alisha dengan lirih.

“Ayo bangun, katanya mau peluk-peluk aku biar gak ilang lagi.”

Tangan Alisha terangkat memeluk tubuh Zaidan yang sudah terasa dingin. “Kak Zai, balas pelukan aku kak, jangan tinggalin aku... Bukan kah Zai pernah janji akan selalu ada di samping aku? Ayo tepati janji itu kak! Kak Zai... Bangun kak, bangun hikss..”

“Lisha.” Disa menghampiri Alisha yang terlihat sangat menyedihkan. “Ikhlasin, nak.” Meskipun berkata demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa hatinya juga sangat sakit.

Menggeleng keras, Alisha mempererat pelukannya. “Enggak Ma! Kak Zai pasti bangun, dia pasti lagi tidur!”

“Lisha.”

“Enggak Ma!!”

“Jangan seperti ini, Zaidan akan ikut sedih melihat kamu seperti ini.”

Melonggarkan sedikit pelukannya, Alisha menatap Disa dengan pipi basahnya. “Kalo Kak Zai akan ikut sedih, seharusnya Kak Zai jangan buat aku sedih.”

“Lisha, Lisha inget kan Allah pernah berfirman bahwa setiap yang bernyawa pasti akan meninggal, ikhlasin ya..” Hani yang baru saja datang bersama Vina ikut menenangkan putrinya.

“Tapi aku gak mau kehilangan Kak Zai!” Bantah Alisha dengan tangisan yang semakin keras. “Ini salah aku hikss.. Seharusnya aku saja yang pergi, bukan Kak Zai.”

“Alisha!!” Bentak Arfi tanpa sadar, ia menghampiri Alisha dan berusha melepasklan pelukannya itu. Tangannya mencengkram bahu Alisha. “Sadar Sha!! Dengan lo begini gak akan buat Zaidan bangun lagi!” Bahkan Arfi menggunakan kosa kata lo-gue kepada Alisha.

ZAIDAN | my cool husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang