Sembilan Belas

113K 9.8K 53
                                    

Assalamu'alaikum
Happy Reading
.
.
.

Tepat pukul dua dini hari, Zaidan terbangun dengan Alisha yang berada dipelukannya. Mengingat apa yang mereka lakukan semalam, Zaidan tersenyum simpul. "Terimakasih." Ucapnya mengelus lembut pipi istrinya.

Dengan pelan, dia melepas tangan Alisha yang berada di pinggangnya dengan lembut. Zaidan tidak ingin membangunkan Alisha, karena dia tahu pasti istrinya itu kecapean. Segera ia ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, mandi wajib.

Selepas mandi, Zaidan segera melaksanakan Shalat Tahajud yang rutin ia lakukan. Dibukanya mushaf Al-quran, Zaidan pun membacanya dengan khusyuk.

Karena masih lumayan lama ke adzan subuh, Zaidan membaringkan dirinya di samping Alisha yang masih terlelap. Senyumannya tidak dapat ia tahan. Dipandangnya wajah damai Alisha yang tidak pernah membuatnya bosan. Akh rasanya Zaidan tidak sabar menantikan malaikat kecil di perut istrinya.

Tangannya terulur menyampirkan rambut Alisha yang menghalangi wajah cantiknya. Saat Alisha tertidur, Zaidan merasa leluasa menatap istrinya. Dia jadi teringat saat pertama kali ia merasa tertarik dengan adik sahabatnya sendiri. Saat itu, dia sedang kuliah semester 8, sedangkan Alisha masih kelas 12 SMA.

Flashback on

"DEK! BUATIN MINUMAN BUAT TEMEN-TEMEN ABANG!" Teriak Arfi dari ruang tamu membuat adiknya yang sedang santai-santai di ruang keluarga terpaksa menurutinya.

"SAMA CAMILANNYA SEKALIAN!"

"Iya, iya ih." Kesal Alisha lumayan keras sehingga samar-samar terdengar sampai ruang tamu.

"Sejak kapan lo punya adek?" Celetuk Rama penasaran, karena baru kali ini ia mengetahui kalau sahabatnya itu mempunyai adik. Tidak berbeda juga, Bagas dan Zaidan pun baru mengetahuinya.

"Sejak dia lahir lah." Rama yang tidak puas, melemparkan sebelah tomatnya tepat pada wajah Arfi. Mendapat lemparan itu, Arfi menatap tajam Rama.

"Silahkan." Suara itu mengalun indah mengalihkan pandangan mereka kepada seorang gadis yang menyuguhkan minuman untuk mereka.

"Cantik pisan ey, iya gak Gas?" Bagas menanggapinya dengan anggukan setuju.

Arfi menatap tajam kedua sahabatnya itu. "Jangan natap adek gue kayak gitu!" Arfi ini memang akan selalu siaga jika ada yang menggoda adiknya.

"Terpesona... aku Terpesona memandang meman--"  nyanyian Rama terhenti karena Arfi melemparnya dengan tutup toples hingga mengenai  hidungnya.

"KDPB lu!" Sinis Rama mengusap-ngusap hidungnya.

"Apaan KDPB?" Tanya Bagas penasaran.

"Kekerasan Dalam PerBestaian." Sahut Rama masih menatap sinis Arfi.

"Eh kok neng gelisnya udah gak ada?" Tanyanya dengan celingak-celinguk.

Mereka sibuk beradu bacot sehingga melupakan satu sahabat mereka yang amat dingin. Arfi tidak sengaja melihat Zaidan yang menatap arah ruang keluarga, tepat adiknya tadi berlalu. "Zai." Panggilnya namun Zaidan sama sekali tidak menolehkan kepalanya.

"Zai." Sekali lagi, Zaidan masih saja tidak menanggapi. Rama dan Bagas pun ikut-ikutan heran dengan Zaidan.

"Si Zai kesurupan?" Tanya Rama berbisik di telinga Bagas.

ZAIDAN | my cool husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang