Tiga Sembilan

62.9K 7.1K 795
                                    

Assalamu'alaikum

Holaaw, nungguin gak nih?

Kuyy Gas!

Happy Reading
.
.
.

"Ayah, ayo sarapan." Ajak seorang pemuda dengan mengetuk pintu kamar seseorang yang ia panggil ayah.

Ceklek

Terbukalah pintunya menampakkan pria paruh baya yang mentapnya dengan senyum teduh. Dengan sigap, pemuda tersebut memapahnya menuju meja makan.

"Kamu gak kuliah Van?"

"Hari ini Evan masuknya siang, Yah." Jawab pemuda tersebut yang dipanggil Evan oleh Ayah nya.

Sang ayah menanggapinya dengan anggukan. "Maafin ayah belum bisa bantu kamu." Ia tahu jadwal Evan setiap harinya pasti padat, siang kuliah dan malamnya kerja. Saat weakend biasanya orang-orang akan berlibur dan bersantai, tetapi itu tidak berlaku bagi Evan, dari pagi sampai malam ia tetap bekerja dan pulangnya ia tidak langsung tidur, ia harus mengerjakan tugas kuliahnya sampai larut malam.

Evan menatap Ayah dengan senyum tulusnya. "Ayah, Evan ini putra ayah. Jadi ayah jangan ngerasa gak enak gitu."

Tangan Ayah terulur mengusap kepala Evan, ia amat bersyukur, ia sudah menyayangi Evan seperti putranya sendiri, padahal Evan adalah keponakannya. "Ayah banyak hutang budi sama kamu, terima kasih."

"Tidak perlu terima kasih, ini udah kewajiban Evan. Malah Evan yang lebih banyak berhutang budi sama Ayah." Evan pun langsung menyajikan sepiring nasi di hadapan Ayah. "Maaf yah, uang Evan cuman cukup buat beli telur aja, Evan belum gajian hehe."

"Gak papa nak, ini udah lebih dari cukup." Mereka pun menyantap makan pagi mereka hanya dengan nasi dan telur ceplok saja.

Setelah menghabiskan makannya, Evan langsung menyodorkan obat dan minum untuk ayah.

"Evan."

"Kenapa Yah?"

"Bagaimana keadaannya?"

"Ayah tenang aja, Baik-baik aja kok. Bahkan sebentar lagi ayah bakal ja--"

Tok

Tok

"Siapa ya?" Bingung Evan dengan mengkerutkan dahinya, masa iya ada tamu pagi-pagi ke rumah kecilnya ini.

"Kamu lihat sana." Evan pun langsung berjalan menuju pintu depan. Saat pintu terbuka, ia tidak melihat siapapun, tanpa sengaja ia menundukan kepalanya dan melihat sebuah kotak yang tidak terlalu besar dan juga tidak kecil. Dengan bingung ia mengedarkan matanya, tidak ada siapapun, lalu yang meletakkan kotak ini siapa? Tanpa pikir lagi, dia pun mengambilnya dan membawanya ke dalam. Evan ikut mendudukan dirinya lesehan di tikar samping Ayah.

"Apa itu Van?"

Evan Memutar-mutar kotak tersebut. "Gak tau Yah."

"Kok gat tau? Kamu pesen barang di online kali."

Kening Evan tampang mengerut. "Perasaan Evan gak pesen apa-apa deh, kotaknya juga polos gini, aneh." Ujar Evan membolak-balikkan kotanya yang tidak terdapat alamat ataupun nama pengirimnya.

"Coba kamu buka aja." Evan pun menganggukan kepalanya dan langsung merobek bungkusnya, saat akan membuka kotak tersebut, tiba-tiba terdengar suara pintu yang diketuk dengan keras.

TOK

TOK

Evan dan Ayah saling berpandangan bingung. Mereka pun beranjak, dibuka kan pintu oleh Evan.

ZAIDAN | my cool husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang