Sepuluh

145K 12K 243
                                    

Assalamu'alaikum
Happy Reading
.
.
.
.

Zaidan ikut merebahkan dirinya di samping Alisha kemudian membawa Alisha ke dalam dekapannya dengan posisi saling menyamping. Begitupun dengan Alisha, ia langsung memeluk Zaidan erat dengan sesekali ringisan kecil keluar dari mulutnya. Tangan Zaidan pun setia mengelus perut rata istrinya.

Mata Zaidan menatap intens wajah Alisha. Seutas senyum tipis terbit di bibirnya. Dia terus membayangkan bagaimana wajah Alisha yang dari tadi tidak mau lepas darinya, sangat menggemaskan.

"Eunghh." Alisha mengerjapkan matanya. Tangan Zaidan terangkat mengusap kepalanya.

"Tidur lagi hm?" Tanyanya dijawab gelengan pelan oleh Alisha.

"Kak." Panggilnya lemah menatap Zaidan dengan mata sayunya.

"A-aku haid." Ujarnya dengan menundukkan kepalanya dan tangan yang saling bertautan.

"Terus?" Tanya Zaidan tidak peka.

"An-anterin ke kamar mandi." Pintanya dengan suara pelan namun masih didengar oleh Zaidan. Zaidan pun dengan sigap membantu Alisha bangun dari tidurnya, bahkan dia menggendongnya.

"Mau dibantu?" Tanyanya kepada Alisha ketika sudah sampai di kamar mandi. Seketika mata Alisha pun membola.

"Enggak! A-aku bisa sendiri kok." Tolaknya diangguki ragu oleh Zaidan. Zaidan pun keluar dari kamar mandi namun sebelum itu dia menyempatkan untuk mengecup pelan pipi kanan Alisha.

"Hati-hati." Pesannya diangguki kaku oleh Alisha.

Setelah keluar dari kamar mandi, Zaidan melihat ada noda merah di seprai kasurnya. Dia pun langsung menggantinya dengan seprai yang baru. Tidak hanya itu, dia juga mengganti selimutnya karena selimutnya juga terkena sedikit bercak darah. Karena Alisha belum kunjung keluar, Zaidan langsung saja menuruni tangga menuju kamar mandi bawah dekat dapur. Di sana dia mencuci seprai dan selimutnya sampai bersih dan wangi kemudian menjemurnya di luar berhubung sekarang masih pukul dua siang dan matahari masih menyorot.

Setelahnya dia membuat bubur ayam dan mengambil beberapa buah-buahan kemudian dikupas dan memeotongnya menjadi beberapa bagian. Dia menatanya di atas nampan. Saat hendak kembali menuju kamarnya, dia melihat Alisha yang sedang berjalan pelan dengan pakaian yang sudah diganti.

Nampan yang dipegangnya langsung ia letakkan di atas meja makan. Ia dengan cepat menghampiri Alisha dan langsung menggendongnya, Alisha pun refleks mengalungkan tangannya di leher Zaidan. "Kenapa tidak di kamar saja?"

"Gak mau, bosen tau."

"Tapi kan kamu masih sakit." Zaidan membawa Alisha yang berada di gendongannya menuju meja makan. Kemudian mendudukkan dirinya di salah satu kursi dengan Alisha yang senantiasa di pangkuannya.

"Udah baikan kok." Ucap Alisha, entahlah dia merasa sekarang Zaidan menjadi bawel. Tapi dia suka dengan sikap Zaidan yang sekarang, dia serasa menjadi ratu dengan Zaidan sebagai rajanya yang selalu siaga.

"Bandel."

"Ishhh biarin." Rajuknya dengan bersedekap dada. "Kak, turunin." Karena sedang berbaik hati, Zaidan pun menurutinya. Tetapi dia juga menarik kursi yang istrinya tempati agar lebih dekat dengannya.

"Makan." Ucap Zaidan menyuapi Alisha dengan bubur ayam yang ia buat. Tidak lupa dia juga membaca do'a terlebih dahulu. Alisha pun melahapnya dengan semangat, karena baru satu suap saja, dia merasakan rasa bubur ayam tersebut sangat enak dan pas di lidahnya.

"Enak?"

"Heem." Alisha mengangguk antusias. "Kak Zai bikin sendiri?" Zaidan menganggukan kepalanya dan Alisha pun dibuat kagum sekaligus tak percaya.

ZAIDAN | my cool husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang