Enam

173K 14.2K 409
                                    

Assalamu'alaikum
Happy Reading
.
.
.
.

'BRAKK!!'

"PUNGGUNG GUE!!"

"LO PUNYA DENDAM APA HAH SAMA GUE?!!"

"Cih gitu aja lebay." Balas Arfi, kepada sahabat lucknutnya.

"LO BILANG LEBAY?! AYANG! AKU BUKAN LEBAY, AKU HANYA TERSAKITI DISINI!!" Teriak dramatis lagi seorang pemuda yang masih tengkurapan di lantai dingin yang untungnya bersih.

"Ram, obat lo gak dimakan ya?" Tanya prihatin Arfi kepada pemuda tersebut, Muhammad Ramadhan.

"Ishh kok perhatian banget jadi pengen lempar ke Antartika deh." Ucap Rama dengan wajah yang di imut-imutkan namun malah terlihat seperti bencong perapatan.

"Jijik ogeb!" Hardik Arfi dengan meraup kasar wajah Rama.

"Udah? Kalo belum gue sewain ring." Sahut pemuda yang dari tadi memperhatikan kelakuan keduanya. Bagas putra Elbara. Si paling kalem.

"Wah gak usah, mending lo beliin gue tomat 5 kilo buat cemilan." Balas Rama, memang Rama ini penyuka tomat. Semuanya tentang tomat, sehari tanpa tomat rasanya dia tidak punya semangat.

"Khusyuk amat Adik ipar gue." Celetuk Arfi melihat Zaidan yang nampak tidak terganggu sejak kedatangan mereka. Ya, mereka mengunjungi ruangan milik Zaidan. Kebetulan mereka bekerja di tempat yang berdekatan. Arfi yang juga seorang Dokter umum di Rumah Sakit yang sama dengan Zaidan, sedangkan Rama dia adalah seorang Direktur perusahaan tomat dan berbagai olahan tomat milik dirinya sendiri, dan Bagas dia adalah seorang pemilik caffe yang sudah memiliki banyak cabang di berbagai daerah.

"Makan siang bro?" Tanya Bagas menghampiri Zaidan dengan duduk di kursi yang berhadapan dengan Zaidan.

"Hmm." Jawab Zaidan dengan membereskan mejanya yang lumayan berantakan. Dia juga melepaskan jas dokternya, kemudian mengambil handphonenya dan memasukannya ke dalam saku celananya.

"WOYYY NAPA PADA NINGGALIN SIH!?" Teriak Rama melihat mereka bertiga sudah keluar ruangan.

"Duh tomat gue sisa tiga lagi nanggung." Rama pun mengambil sisa tomatnya, dia langsung memakan keduanya sedangkan satunya dia genggam, buat bekal di jalan.

"Lwo pdwa knawpa ninggwalin gwe Hah!?" Tanya Rama dengan mulut yang penuh dengan tomat.

"Ludah lo muncrat kena muka gue!" Sewot Arfi dengan langsung mengusap mukanya dengan dasi yang dikenakan Rama.

"Salah siapa ninggalin gue." Sahut Rama santai dengan memakan tomatnya lagi.

"Gini nih, mau maju gimana perusahaan lo kalo tomatnya aja dimakan sama lo." Ucap Arfi julid.

"Enak aja lo, kalo mau maju ya tinggal majuin aja, apa susahnya coba?" Tangan Rama terulur merangkul pundak Bagas yang tingginya setara dengannya. "Ya gak Bag?"

"Serah lu." Balas Bagas, sebenarnya dia kesal karena Rama ini selalu memanggilnya dengan panggilan 'Bag' kesannya kan kayak nyebut tas dalam bahasa Inggris. Tapi sudah beberapa kali, ah bahkan sering dia protes, namun Rama tetap Kekeuh memanggilnya dengan panggilan 'Bag'.

Sesampainya mereka di kantin rumah sakit, mereka pun memesan makanan dan minuman mereka. Ketika kedatangan mereka, suasana kantin rumah sakit pun menjadi ramai. Sebenarnya mereka jarang ke kantin rumah sakit, karena bisanya mereka makan siang di Caffe milik Bagas yang tidak jauh dari rumah sakit ini.

"Terimakasih mbak cantik." Ucap Rama genit membuat pipi mbak-mbaknya yang masih muda itu bersemu merah.

"Genit amat, muka kayak kembaran monyet aja bangga." Hardik Arfi dengan memakan makanannya, tidak lupa juga berdo'a dalam hatinya.

ZAIDAN | my cool husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang