Dua Empat

99.7K 9.6K 241
                                    

Assalamu'alaikum
Happy Reading
.
.
.

Kaki dengan alas sneakers putih memasuki sebuah universitas ternama di kota tersebut.  Entah kenapa semua mata menatap dirinya, tidak seperti biasanya. Ia merasa aneh dengan mata yang menatap dirinya dengan tatapan seperti mencemooh dan jijik. Tidak ingin melihatnya lagi, ia menundukan kepalanya sepanjang jalan, ia berjalan dengan langkah yang cepat. Tiba-tiba ia melihat sepasang kaki yang menghadangnya.

"Gimana malamnya, istri kontrak?" Alisha tentu mengenal suara itu. Itu adalah suara laki-laki yang selalu menganggunya.

Memundurkan langkahnya lebar, Alisha menatap sekilas wajah Heri yang sangat menyebalkan dengan senyuman miringnya itu. Kini mereka menjadi pusat perhatian. Alisha benci ini, dia benci menjadi pusat perhatian, apalagi dengan laki-laki yang berada di hadapannya.

"Berapa lama lagi kontraknya?" Tanya Heri dengan menundukan kepalanya membuat Alisha memundurkan tubuhnya untuk menghindarinya. Telinga Alisha terasa panas, ketika mendengar cemoohan mereka.

'Bapaknya pasti nyesel punya anak perempuan satu-satunya tapi kelakuannya kek gitu, murahan.'

Diantara cemoohan yang lainnya, cemoohan itulah yang paling menyakiti hatinya. Ingin sekali Alisha marah, nangis, dan membungkam mulut mereka. Berbeda dengan Alisha, justru Heri tersenyum miring mendengarnya. Inilah yang ia tunggu-tunggu setelah kemarin dia dipermalukan.

Alisha langsung pergi dari hadapan Heri yang tersenyum sinis dan orang-orang yang menatapnya jijik. Saat di depan, tidak sengaja ia melihat sebuah kertas yang tergelak di lantai. Tangannya mengambil kertas tersebut, matanya memanas melihat isi dari kertas yang ia pegang. Bagaimana tidak, di kertas tersebut terdapat foto dirinya dengan dicoret-coret dan juga tulisan seperti cemoohan yang tadi ia dengar.

Merobek kertas, lalu matanya menatap kerumunan di mading.

"SIAPA YANG MASANG KERTAS S*ALAN INI HAH?!" Itu adalah teriakan sahabatnya yang terlihat sangat murka. Disana terlihat Vina dengan muka yang merah padam dengan mata yang menatap mereka tajam.

"GUE GAK MAU TAU! POKOKNYA, AWAS AJA SAMPE ADA YANG NEMPEL-NEMPEL KAYAK GINI LAGI, GUE PASTIIN KALIAN BAKAL TERIMA AKIBATNYA!!"  Orang-orang yang berkerumun langsung terdiam mendengar teriakan murka dari Alvina si Mahasiswi sastra yang berbar itu.

"Kalian copot kertas ini! Jangan sampe sahabat gue--" Ucapan Vina terpotong karena tidak sengaja ia melihat Alisha yang terdiam kaku dengan memegang tali tasnya erat. Meskipun agak jauh, Vina dapat melihat wajah Alisha yang memerah menahan tangis.

Dengan langkah cepatnya, Vina menerobos keramaian dan langsung menghampiri Alisha. "Sha." Panggil Vina lembut berusaha menenangkan sahabatnya dengan memeluk tubuh Alisha yang tingginya hanya sebatas telinganya.

"V-vina." Lirih Alisha dalam pelukan sahabatnya.

"Shhtt, udah jangan dengerin mereka." Ucap Vina mengelus lembut kepala Alisha.

Air mata Alisha tidak bisa dibendung lagi. Tangannya langsung membalas pelukan Vina. "M-mereka j-jahat." Adu Alisha tersendat.

Menangkup wajah Alisha, jari Vina menghapus air matanya. "Jangan nangis, nanti gue robek mulut mereka satu-satu biar kayak joker."

Mata Alisha menatap Vina dengan mata yang masih berkaca-kaca. "A-aku m--"

"Terima kenyataan aja kali." Celetukan itu membuat keduanya menolehkan kepalanya. Terlihat seorang perempuan dengan gaya modis menatap mereka remeh dan juga tangan yang bersedekap.

"Kalo gak tau yang sebenarnya mending diem!!" Sinis Vina kepada perempuan yang berada di hadapannya. Vina tidak peduli kalau perempuan yang dihadapannya ini adalah kakak tingkatnya.

ZAIDAN | my cool husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang