Empat Sembilan

54.8K 5.9K 371
                                    

Assalamu'alaikum

Happy Reading
.
.
.

Hening dan asing. Itulah yang dirasakan oleh seorang laki-laki yang terus berjalan menulusuri tanah yang tertutupi rerumputan hijau tanpa arah. Matanya tidak bisa lepas dari pemandangan yang tersuguhi di hadapannya. Di depan sana terlihat air terjun dengan pelangi yang melengkung indah, angin sepoy pun turut menerpa wajahnya, serta kicauan burung terdengar seperti alunan melodi.

Sebenarnya ia merasa bingung, mengapa ia berada di sini? Seingatnya, ia mengalami kecelakaan bersama kakaknya, tapi sekarang di mana kakaknya itu?

Tiba-tiba saja sekelompok kupu-kupu melewatinya membuat ia tersentak pelan. Seakan terhipnotis, ia mengikuti arah terbang kupu-kupu yang memiliki sayap indah itu. Karena tidak memperhatikan pijakan tanah, ia terjatuh mengenai sebuah batu. Ringisan pelan keluar dari bibirnya, ia memegang lukanya yang terasa perih dan mengeluarkan sedikit darah.

“Jangan ditekan lukanya.” Suara itu membuatnya mendongakan kepala, dan terlihatlah wajah seseorang yang tadi ia cari.

“Kakak?”

Bukannya menjawab, gadis itu berjongkok di hadapannya seraya mengeluarkan sebuah kain dan mengelap darah dari kakinya “Sakit gak?”

“Hanya perih.” Zaidan terus memperhatikan wajah Zayna lekat. Entah mengapa ia merasa sangat rindu dengan kakaknya ini, seolah sudah ditinggal lama.

“Makanya lain kali harus hati-hati, jangan ceroboh.” Zayna mendumel pelan, kemudian mendudukkan dirinya dan bersandar di bahu lebar Zaidan.

“Gak papa, kan ada Kakak.”  Balas Zaidan santai sembari menumpukan kepalanya di atas kepala Zayna.

“Kakak gak akan selamanya ada buat kamu, Zai. Buktinya aja sekarang Kakak pergi.”

Menegakkan kepalanya, Zaidan menatap wajah Zayna dari samping. “Maksud Kakak?”

“Kakak sudah lama pergi setelah kejadian itu." Perkataan membuat Zaidan terdiam.  “Kakak gak akan bisa kembali lagi sampai kapan pun, tempat Kakak di sini.”

“Ya sudah, aku juga akan di sini menemani Kakak." Ucap Zaidan enteng membuat tangan Zayna terangkat mencubit hidung mancungnya.

“Belum saatnya, di sana ada seseorang yang selalu menunggu kamu. Seseorang itu begitu mencintaimu, begitupun kamu. Bahkan sekarang seseorang itu sedang mengandung anak kamu.”

“Mengandung?” Bingung Zaidan.

Zayna mengangguk meng-iyakan. “Kamu mau 'kan berjanji sama Kakak?”

“Setelah membuka mata, kamu harus tetap perlakukan dia dengan baik, sayangi dan cintai dia serta anak kamu. Dan jangan pernah mencari Kakak, karena hal itu hanya akan membuat Mama sedih.”

Tiba-tiba saja tubuh Zayna melebur bersama angin. Zaidan yang melihat itu pun berusaha menggapainya, namun terlambat, seluruh tubuhnya tidak bisa digerakkan, bahkan ia tidak bisa mengeluarkan suaranya sedikit pun.

“Jari pasien bergerak, Dok!” Seru seorang suster ketika melihat jari pasiennya bergerak pelan.

Tidak lama kemudian, dapat mereka lihat mata Zaidan menggerjap pelan berusaha untuk sepenuhnya terbuka. Menurunkan stetoskop yang bertengger di telinganya, Reno pun membuka maskernya.

“Zaidan, apakah kamu bisa mendengar saya?”

Zaidan terdiam sebelum mengedipkan matanya pelan pertanda bahwa dia memang mendengarnya.

ZAIDAN | my cool husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang