Eighteen

19.6K 1.4K 216
                                    

Derasnya hujan malam mampu menyembunyikan suara rintihan bercampur tangis.

Di dalam sebuah mobil yang terparkir di tepi jalanan sepi, Jaemin menangis pilu dengan tubuh yang terhentak-hentak mengikuti gerakan dominan di atasnya.

"Stopph... hiks... plish.." Sedari tadi, Jaemin tak henti-hentinya memohon belas kasih pemuda di atasnya agar menghentikan perbuatannya. Namun daripada mendengarkan permohonannya, sang dominan malah semakin menanamkan miliknya semakin dalam dengan gerakan yang semakin brutal.

"Akhh... stop!.. aku mohonn... ini sakit!"

"DIAM!" Bentak sang dominan.

Jaemin tak mampu berontak, hanya dapat memohon, merintih, dan menangis.

"Pliss, aku mohon... hiks... aku mohon berhenti... Jen..."

Apa yang terjadi? mari kita mundurkan beberapa jam yang lalu.
.
.
.
.
.

"Nana, lo udah datang?" Haechan sedikit kaget dengan keberadaan Jaemin di rumahnya. Sesuai kesepakatan, sore ini mereka akan melaksanakan kerja kelompok di rumah Haechan.

Jaemin yang duduk di sofa ruang tamu Haechan menoleh. "Eh, Chan. Yang lain kemana? kok belum datang? kan janjiannya jam 4." Tanyanya.

Haechan meringis, "Na, lo gak tahu aja jamnya anak-anak modelan mereka gimana?" Ucapnya. Ia sendiri sadar diri bahwa dirinya tak jauh beda.

Kening Jaemin berkerut, "maksudnya?"

"Ngaret Na, ngaret."

Jaemin akhirnya mengerti. "Terus, aku harus nunggu lama gitu? ini kan udah jam 4. Mereka ngaretnya berapa menit?" Tanyanya.

'Harusnya berapa jam.' - Batin Haechan menyahut.

"Ee.. tunggu aja dulu Na, gue ke kamar dulu ya ganti baju. Sambilan gue hubungin yang lain kalau lo udah sampai." Ucap Haechan.

Jaemin mengangguk, "yaudah, cepetan gih."

"Oke, sambil nunggu lo makan aja makanan di atas meja. Mumpung banyak jajan tuh!" Ucap Haechan sebelum bergegas ke kamarnya di lantai atas.

Sepeninggal Haechan, Jaemin mengeluarkan bahan-bahan untuk kerja kelompoknya. Mereka berlima, Jaemin, Renjun, Haechan, Somi, dan Ryujin membagi tugas serta bahan-bahan juga alat yang akan digunakan secara rata. Jadi, tidak ada yang datang dengan tangan kosong, bahkan Haechan sekalipun.

Karena bingung harus apa, Jaemin pun duduk sembari memainkan ponselnya. Ia cukup segan untuk membuka toples jajanan di meja. Walaupun ingin, ia memilih menunggu saat ada teman-temannya saja.

***

"Ryu! bantuin nempelin ini! jangan makan mulu!" Ujar Somi kesal. Pasalnya Ryujin tengah asik memakan isi toples di saat yang lain bekerja.

"Apaan sih? kan tadi gue udah bantu guntingin kertasnya." Sahut Ryujin.

"Heh, lo baru gunting satu doang udah lepas tangan! cepet bantu ini! abis itu lo mau abisin seisi toples juga terserah!" Renjun turut berseru kesal.

Ryujin mendengus, ia pun meletakkan kembali toples di tangannya. Lalu berbaur bersama teman-teman kelompoknya. Ia mengambil tempat di sisi Jaemin.

"Ayang Nana, marahnya jangan lama-lama dong. Aa' minta maaf." Ucap Ryujin pada Jaemin dan berakhir mendapat pukulan penggaris besi oleh Renjun. "Aww! Njun lo jangan galak-galak dong!"

"Jangan modus dulu! kerjain cepat!" Seru Renjun.

Haechan memberi isyarat agar tidak menyenggol Jaemin dulu. Pemuda manis yang dikenal sebagai submisif satu-satunya di keluarga Jung itu tengah merajuk.

My Step Brothers | Nomin ft. Jaemin Harem (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang