Eleven

19.4K 1.4K 269
                                    

Mark melangkah ke arah Sungchan dengan napas memburu. Dengan cepat, dicengkramnya kerah pakaian adiknya itu. "Maksud kamu apa manggil dokter Taeil?"

Mark murka saat tahu Sungchan menelpon dokter Taeil, dokter andalan keluarga Jung untuk datang ke rumah mereka, terlebih untuk memeriksa Jaemin yang pingsan karena ulahnya dan Jeno.

"Keadaan dia buruk kak, aku gak bisa biarin keadaan dia lebih parah." Jawab Sungchan dengan wajah datarnya. "Lagipula kak Mark sama kak Jeno keterlaluan tahu gak? bagaimana bisa kakak merkosa dia bareng kak Jeno? bagaimanapun juga Jaemin masih sedarah sama kita." Ucapnya menggebu-gebu, marah dengan ulah kakak-kakaknya.

Kedua alis camar milik Mark menyatu. "Kamu ngapain perduli sama dia? kamu sendiri tahu kita ngelakuin itu buat kasih pelajaran sama tuh jalang! dia mau mati juga gak usah dipikirin! lebih bagus malah."

Sungchan menarik napasnya pelan, lalu menghebuskannya. "Kak, kita boleh benci. Tapi tidak dengan ngancurin harga diri orang lain!"

"Kamu itu- "

Ceklek

Pintu kamar Jaemin terbuka, membuat kedua pemuda itu mengalihkan pandangannya pada dokter pria sebaya Jaehyun, Moon Taeil.

"Om Taeil, gimana keadaan dia?"

Dokter terdiam sejenak menatap Sungchan dan Mark. Lantas, menghela. "Memar di wajahnya sudah diobati, hanya saja harus sering dikompres dan diolesi obat. Om akan meresepkannya." Jelas Taeil.

"I- itu saja om?" tanya Sungchan pelan.

"Om pikir sesuatu yang buruk menimpanya."

Ucapan Taeil membuat tubuh Mark maupun Sungchan menegang.

"Om gak yakin dan tidak ingin menyimpulkan dengan cepat, karena itu apa boleh om melakukan rontgen pada seluruh anggota tubuh Jaemin? entah kenapa ada sesuatu yang salah terutama bagian pinggangnya. Sebab, ia sempat bereaksi waktu om nyentuh pinggang dia."

Mark dan Sungchan terdiam.

"Bagaimana?" tanya Taeil.

Mark berdehem, "ehem, kayaknya gak usah aja om. Mark lupa bilang kalau tadi Jaemin sempat jatuh pas turun tangga. Dan ya, pinggangnya nyentuh lantai dengan keras." Dusta Mark.

Taeil menatap Mark ragu. Ia pun beralih pada Sungchan. "Apa benar itu?"

Setelah terdiam beberapa saat, Sungchan mengangguk. "Y- ya, dia jatuh." Bagaimanapun, Sungchan tak ingin siapapun tahu selain ia dan saudara-saudaranya atas apa yang Mark dan Jeno lakukan pada Jaemin.

"Lalu untuk memar-memar di wajahnya bagaimana, apa karena jatuh dari tangga juga?" tanya Taeil lagi, ragu.

"I- itu.."

"Berantem om, ya tahulah walaupun Jaemin sub, dia tetap laki yang gak suka di usik." Jelas Mark, lagi-lagi berdusta.

"Kalau begitu kenapa kamu gak cegah Mark?"

"Ya... gimana ya? Mark gak mau ikut campur." Mark benar-benar berusaha agar tidak terlihat sedang berbohong.

Taeil terdiam sebentar, lantas menghela napas. "Yasudah, kalau begitu om pergi dulu. Tolong jaga Jaemin baik-baik, bagimanapun juga dia sedarah sama kalian, saudara kalian, dan satu-satunya submisif di keluarga ini."

Mark dan Sungchan mengangguk.

Setelah itu, Taeil pamit pergi meninggalkan mansion Jung.

Mark menghela napas lega. Ia pun memilih beranjak dari depan kamar Jaemin.

"Kak Mark mau kemana? gak mau minta maaf sama Jaemin?" tanya Sungchan membuat Mark menghentikan langkahnya.

Pemuda beralis camar itu menoleh pada sang adik. "Minta maaf? sama anak jalang itu? Huh, gak sudi!" ucapnya sebelum kembali melangkah meninggalkan Sungchan yang menatap punggungnya dengan pasrah.

My Step Brothers | Nomin ft. Jaemin Harem (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang