Nineteen

18.4K 1.3K 100
                                    

Cahaya matahari menembus kaca mobil, membuat tidur Jaemin terusik. Pemuda manis itu mengerjap pelan sebelum membuka matanya. Menyadari dirinya masih ada di dalam mobil, lantas ia bangkit perlahan. Ia meringis merasakan sakit di bagian bawahnya. Ia tidak tahu sampai berapa lama Jeno 'bermain' sebab dirinya pingsan saat pelepasan yang kedua.

Suara-suara yang tak asing memasuki indra pendengarannya. Ia pun menoleh ke arah kursi kemudi di depan.

"Lo udah bangun rupanya." Itu suara Jeno. Tetapi ada suara lain yang mengganggu telinganya. Suara yang ketika ia mengetahui asalnya, mata rusa miliknya membulat.

Ia terkejut begitu melihat vidio yang saat ini ditonton Jeno di tabletnya. Itu vidio aktivitas mereka di dalam mobil semalam. Jaemin berniat menggapai tab tersebut, namun Jeno menjauhkannya.

"Jeno! hapus!"

Jeno menaikkan satu alisnya menatap Jaemin. "Kenapa? gue gak punya alasan."

"Jeno aku mohon hapus vidio itu!" Pinta Jaemin. Ia sungguh malu melihat vidio yang menampilkan dirinya itu.

"Males. Lagian gue mau nyebarin ni vidio, lumayan kan lo bisa viral. Tenang aja, gue udah blur muka gue kok." Ucap Jeno dengan santai.

"Jeno! kamu gak boleh ngelakuin itu!" Jaemin kembali berusaha menggapai tab itu. Namun lagi-lagi Jeno menghalanginya.

"Oke, gue gak bakal sebarin vidio ini. Asal dengan satu syarat." Jeno menatap Jaemin penuh arti. Ia mendekatkan sedikit wajahnya pada wajah Jaemin. "Lo harus tutup mulut soal masalah tadi malam dan...."

Jeno menyeringai kecil. "Lo harus datang di saat gue butuh. Apapun itu termasuk sex, deal?"

Jaemin menggeleng, "nggak! aku bisa datang kapanpun kamu butuh, tapi nggak dalam hal sex! aku bukan pemuas nafsu kamu!" tolaknya.

"Yaudah, berarti vidio ini gue sebarin." Jeno mengklik tombol 'bagikan' pada bagian bawah vidio hingga layar menampilkan proses mengirim.

"Oke! fine! a- aku bakalan penuhin keinginan kamu asal kamu gak nyebarin vidio ini." Ucap Jaemin dengan panik. Ia tidak ingin vidio itu tersebar. Harga dirinya bisa hancur. Belum lagi papanya, Jung Jaehyun yang pasti akan semakin memandang buruk padanya. Dan lagi yang paling Jaemin tidak inginkan adalah nama ibunya yang semakin buruk. Ia tidak mau lagi mendengar hinaan yang tertuju pada ibunya.

"Good boy." Ucap Jeno lalu membatalkan proses pembagian. "Sekarang lo boleh keluar."

Jaemin baru sadar jika mereka berada di halaman depan mansion. Melirik pakaiannya, ia bersyukur Jeno telah memakaikan kembali celana miliknya. Ia bergeser perlahan untuk membuka pintu mobil. Ringisan kembali keluar dari belah bibirnya. Tetapi ia tetap berusaha untuk keluar.

Ia menutup pintu mobil, lalu berjalan pincang menuju pintu mansion.

"Anda baik-baik saja, Tuan Muda?" tanya salah satu penjaga.

Jaemin menoleh pada sang penjaga, lantas menggeleng. "Aku baik-baik aja, gak usah khawatir." Ucapnya dengan senyum manis. Ia lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Ia menepuk keningnya. "Tas aku!" Mau tidak mau ia berbalik menuju mobil Jeno untuk mengambil tasnya. Ia bisa saja masa bodoh, hanya saja ia takut Jeno melakukan sesuatu yang buruk pada tasnya. Terlebih di dalamnya ada dompet, hp, dan alat tulis miliknya.

Sesampainya di mobil, Jaemin mengetuk kaca mobil kemudi. Kaca mobil di turunkan. Jeno melemparkan tas milik Jaemin yang untuknya ditangkap oleh sang pemilik. Sesudah itu, ia kembali menaikkan kaca mobilnya.

Jaemin mendengus, ia berbalik cepat lalu kembali berjalan menuju pintu depan mansion.

***

My Step Brothers | Nomin ft. Jaemin Harem (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang