Two

22K 1.7K 189
                                    

Kicauan burung mulai terdengar, membangunkan raga yang tertidur juga mengembalikan jiwa yang berkelana di alam mimpi. Rupanya, sang raja siang telah menunjukkan keberadaannya dengan malu-malu.

Pagi ini, Jaemin sudah bangun dan baru selesai mandi. Ia belum mulai masuk sekolah sebab proses perpindahan belum selesai dan juga kondisinya yang masih belum sehat.

"Nana, makan dulu ya nak." Sana memasuki kamar yang di tempati Jaemin. Kamar di panti asuhan tempatnya itu diisi masing-masing dua orang. Jaemin belum sempat melihat teman sekamarnya, sebab semalam ia langsung tidur dan saat ia bangun, temannya itu sudah berangkat sekolah.

Sana membawa sepiring nasi goreng dan juga segelas air putih, juga obat penurun panas. Wanita cantik ini mengambil duduk di sebelah Jaemin. Diletakkannya obat serta gelas berisi air itu di atas nakas, lalu tangannya bergerak hendak menyuapi Jaemin.

Jaemin menggeleng pelan, "Nana bisa makan sendiri kok bu."

Sana tersenyum manis, "Nana anak pintar, tapi untuk sekarang biar ibu yang suap ya? Nana kan lagi sakit," tangannya menyentuh kening Jaemin, "nah, masih panas. Nana juga masih lemas kan? nanti sendoknya oleng kalau dipegang Nana. Makanya, ibu suap ya?"

Hati Jaemin menghangat atas perlakuan Sana padanya. Ia langsung teringat pada ibunya. Ia pun mengangguk, mengizinkan Sana untuk menyuapinya.

Sana menyendok nasi dan lauk, lalu menyuapkannya pada Jaemin. Sambil menyuapi anak manis itu, Sana berceloteh tentang hari-hari di panti asuhan, tentang anak-anak yang akan menjadi teman Jaemin, dan masih banyak lagi.

Jaemin menggeleng saat Sana hendak menyuapnya lagi. "Udah bu, Nana kenyang."

Sana mengangguk lalu meletakkan piringnya di atas nakas. Kemudian, diraihnya gelas air dan juga obat untuk diberikannya pada Jaemin. "Sekarang Nana minum dulu, terus minum obat. Habis itu, Nana boleh lanjut tidur. Biar cepat sembuh, ya?"

Nana mengangguk patuh. Ia mengikuti semua ucapan Sana. Setelah itu, ia membaringkan tubuhnya.

"Cepat sembuh ya anak manis." Sana mengecup kening Jaemin dengan lembut, lalu beranjak dari kamar tersebut.

Jaemin tersenyum menatap punggung Sana yang menghilang di balik pintu.

"Terimakasih ibu."

***

Suara benda yang di acak-acak membangunkan Jaemin dari tidurnya. Ia mengerjabkan mata, lalu melirik ke sampingnya. Rupanya, teman sekamarnya sudah kembali.

"Eh, kamu sudah bangun?" anak laki-laki berwajah setengah western itu terkejut melihat Jaemin yang sudah sadar.

Jaemin mengangguk kecil lalu berusaha untuk bangun. Anak laki-laki yang merupakan teman sekamarnya itu cepat tanggap dan langsung membantu Jaemin untuk duduk.

"Demam kamu sudah turun." Ucap anak tersebut setelah menyentuh kening Jaemin dengan punggung tangannya.

Jaemin mengerjab, "benarkah?" dilihatnya teman sekamarnya itu mengangguk. "Syukurlah."

Anak laki-laki di depannya mengulurkan tangannya. "Aku Lee Felix, kamu boleh panggil aku Felix. Kamu Nana kan?"

"Kamu tahu nama aku?"

Felix mengangguk, "tadi malam, ibu yang ngenalin kamu ke aku."

Jaemin ber-oh, kemudian membalas uluran tangan Felix. "Salam kenal ya Felix." Ia memperhatikan Felix yang masih memakai seragam. "Felix baru pulang sekolah?"

Felix mengangguk, "iya."

Jaemin mengulum bibirnya dengan sedih. "Nana juga mau ke sekolah..."

Felix mendekati Jaemin, lalu duduk di samping anak manis itu. Ditepuknya punggung Jaemin pelan seraya berkata, "sabar, makanya Nana harus rajin minum obat. Biar sembuh dan sekolah bareng Felix." Ucapnya dengan senyuman manis.

My Step Brothers | Nomin ft. Jaemin Harem (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang