Bagian 52

1.8K 86 2
                                    

"Apakah saya boleh--? " Tanya Khafi nampak ragu untuk melanjutkan kalimatnya. Lila tersenyum ketika mendengar ucapan Khafi. Tatapan Lila sepenuh nya tertuju ke wajah kokoh milik pria itu, dengan penuh cinta Lila memberanikan diri mengalungkan tangan di leher Khafi. 

"Silahkan Abang Gus. " Bisik Lila mengangguk sembari merekahkan sebuah senyuman kebahagiaan. 

Khafi ikut tersenyum, kemudian bergegas menggendong tubuh Lila lalu membawa nya masuk dalam kamar.

Sungguh malam itu Lila benar-benar merasa dihargai, dihormati, dimuliakan oleh Khafi. Bak seorang ratu kerajaan. Setiap Khafi menyentuh Lila selalu atas persetujuan Lila.

Hal yang paling diharapkan oleh seorang isteri adalah merasa dirinya tak direndahkan oleh sang suami ketika melakukan ibadah yang halal.

*****
Hawa dingin semalaman pelan-pelan tergantikan oleh mentari yang mulai menampakan cahaya nya.

Rintihan air hujan sisa semalam seakan tak mengganggu sepasang insan yang tengah terlelap begitu damai. Terlihat dari raut wajah mereka saling terbesit senyuman satu sama lain.

Mata Lila mulai bergerak mengerjapkan mata beberapa kali. Kesadaran nya mulai pulih. Tiba-tiba saja senyuman Lila merekah begitu saja kala mengingat malam yang begitu panjang dan sangat indah.

Lila seakan dibuat malu sendiri. Lila membalikan badan nya ke arah sang suami yang tengah terlelap begitu damai. Bahkan badan kedua nya masih sama-sama polos hanya sebuah selimut yang menutupi mereka.

"Abang Gus ganteng kalo lagi tidur. " Cicit Lila begitu terpana melihat wajah tampan Khafi. Lila mendekat ke arah Khafi, sangat dekat.

Tangan Lila terulur perlahan mulai menyentuh alis Khafi dengan jari telunjuknya secara bergantian.

"Ini alis yang selalu terlihat tegas. " Gumam Lila pelan, kemudian tangan nya turun mengelus mata Khafi

"Tatapan nya yang tajam, membuat siapa saja akan merasa takut jika melihat nya. " Gumam Lila lagi, tak berhenti disitu saja, tangan Lila mulai turun ke hidung runcing milik Khafi.

"Hidung nya mancung, bahkan aku sendiri kalah hehehe. " Tambah Lila, terakhir telunjuk Lila mulai turun menyentuh bibir Khafi.

"Bibir yang selalu membimbing ku, menasehati ku dan membuatku menjadi sekarang ini. " Ucap nya.

Lila masi mengamati wajah Khafi dalam diam, entah lah mengapa rasanya begitu candu bagi Lila untuk melihat Khafi. Padahal dulu ia tidak seperti ini.

"Sudah melihatnya? " Suara itu sukses membuat Lila terperanjat kaget. Rupanya Khafi sejak tadi sudah terbangun hanya saja beliau tidak berniat meninggalkan tempat tidur.

"Aaaaaaaa... Abang Gus Lila maluuuu.... " Teriak Lila langsung menarik selimut berlari ke kamar mandi.

Tawa Khafi pecah begitu saja melihat isteri kecilnya langsung terbirit-birit kabur karena menahan malu.

"Khumaira.. Tidak ingin mandi bersama? " Goda Khafi yang masih tertawa.

Di dalam kamar mandi Lila hanya bisa terdiam sembari mengibas-ngibas wajah nya yang sudah merah seperti tomat busuk.

"Ya tuhan.. Jantung aman.. Jantung aman.. Lila kenapa kamu sebodoh ini!! bisa-bisa nya kamu bersikap seperti itu. " Omel Lila merutuki kebodohan nya.
Entah lah bagaimana setelah keluar dari kamar mandi Lila akan menghadapi Khafi.

****
Lila baru selesai membuat sarapan pagi, sementara Khafi tengah keluar untuk olahraga sebentar. Pagi ini karena tidak mau ribet, Lila hanya memasak nasi goreng. Lagi pula mereka hanya bertiga. 

Bahtera Cinta Gus KhafiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang