Bagian 17

1.7K 73 1
                                    


Baru beberapa hari Lila tinggal di Pesantren ini, dirinya sudah mulai tidak betah. Tapi disatu sisi ia harus kuat karena ini menyangkut masa depan Lila.

Bohong sekali jika ia tidak rindu dunia nya yang dulu, dimana dia bebas kesana kemari tanpa perlu adanya batasan dan kewajiban. Tapi apa boleh buat sekarang dia harus terjebak dalam pernikahan yang begitu dia benci.

"Apa gue kabur aja dari neraka ini? " Gumam Lila mulai memikirkan ide bagus dalam otak kecil nya.

"Tapi gue dah janji sama tu aki-aki kalo bakal diam selama kita tinggal di Pesantren. " Gumam Lila mengusap wajahnya kasar.

"Ahh sudah lah.. Tidak ada salah nya kalo gue keluar sebentar. "

Segera Lila keluar menemui Khafi yang kebetulan tengah berbincang dengan Kyai Mustafa.

"Assalammualaikum. " Ucap Lila begitu sampai di hadapan dua pria berperawakan Arab itu. Walau dia benci Khafi tapi dia masih punya sedikit tata krama jika ada orang tua Khafi apalagi mereka tengah berada di Pesantren.

"Waalaikumsalam. " Jawab pria itu.

"Abang Gus.. Lila boleh minta izin? "

"Mau kemana? " Tanya Khafi langsung.

"Mau menemui Astrid di Rayon. Lagi bosen aja pengen ngobrol sama dia. " Pinta Lila sambil merangkul lengan Khafi.
Khafi tidak terkejut dengan perlakuan Lila karena dia sadar Lila melakukan itu karena Abi nya sejak tadi memperhatikan mereka.

"Apa perlu saya temani? " Tawar Khafi.

"Ngga perlu.. Itu kan Rayon putri. Lila bisa sendiri ko, lagian kamar Astrid ngga jauh dari gerbang pembatas. " Ucap Lila sambil menggeleng.

"Yasudah jika seperti itu, hati-hati di jalan.. Sebelum dhuhur segera kembali ke Ndalem. " Jelas Khafi.

"Iyaa Abang Gus.. Yaudaa Abi kalau begitu Lila pamit, Assalammualaikum. " Pamit Lila mencium tangan Khafi dan juga Kyai Mustafa.

"Waalaikumsalam. " Jawab mereka kompak.

"Nanti kalau masih bingung di sana minta santri senior suruh mengantar mu ke Ndalem yaa nduk. " Ucap Kyai Mustafa.

"Iyaa Bii.. "

Lila berjalan sepanjang koridor Rayon banyak santriwati yang menatap tajam ke arah nya. Tentu Lila sangat mengetahui alasan dari sikap mereka semua, tapi dia memilih untuk mengabaikan nya, padahal dalam hati Lila merasa takut sebab bisa saja dia diterkam oleh fans-fans suaminya.

Begitu melewati gerbang pembatas, tiba-tiba saja pandangan Lila malah terfokus pada tembok yang terhalang pohon mangga, terletak di belakang Rayon.

Senyum Lila merekah begitu saja, terlintas di kepala Lila sebuah ide yang dapat mengubah segala.

"Liat saja malam ini. Gue pasti bakal bisa kabur. " Gumam Lila tersenyum licik setelah itu berjalan ke tujuan pertamanya yakni kamar Astrid.

****
Malam mulai tiba, saatnya bagi Lila untuk menjalankan aksi. Diliriknya jam sudah menunjukan pukul 01.00 malam, Lila juga melirik ke sofa Khafi tengah tertidur.

Langkah Lila terhenti begitu melihat wajah teduh Khafi ketika tertidur. Entah dorongan dari mana Lila mulai berjalan mendekati Khafi lalu berjongkok di samping suami nya.

Lila terus memandangi wajah Khafi dengan seksama, sebenarnya Lila tidak begitu membenci Khafi tapi pernikahan nya yang membuat Lila malah semakin muak.

"Maafin gue Abang Gus.. Dan terimakasih untuk semuanya. " Gumam Lila dengan mengusap wajah Khafi dengan lembut.

"Entah lah gue mau kemana, yang jelas bukan ke keluarga gue. " Ucap nya mulai bangkit dari posisi kemudian membuka pintu dengan sangat hati-hati supaya tidak ada yang merasa terganggu.

Bahtera Cinta Gus KhafiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang