Bagian 18

1.7K 64 1
                                    


Jam sudah menunjukan pukul 11 siang, tapi Lila sama sekali belum terbangun. Karena kejadian semalan dia harus begadang menjalankan hukuman nya dan baru bisa tertidur ketika selesai shalat shubuh tadi.

"Ning Lila masih belum bangun nggeh, Gus? " Tanya Pak Deni yang kebetulan mengetahui Lila dan juga Khafi semalam di masjid. Saat ini mereka berdua tengah mencuci mobil bersama.

"Belum Pak. Nanti ketika sudah adzan dhuhur akan saya bangun kan. " Jawab Khafi sambil mengosok bagian depan mobil.

"Laa memang nya kenapa to Gus? Ko semaleman di Masjid? "

Khafi bingung harus menjawab apa, mana mungkin jika Khafi harus jujur kalau semalam Lila kabur dan sebagai hukuman Lila harus muraja'ah di masjid sampai fajar.

"Gus? "

"Nggeh Pak? Ahh.. Itu Pak, semalam isteri saya meminta untuk mengaji di masjid tapi malah keterusan sampai shubuh. " Hanya demi Lila, Khafi harus bohong kepada keluarga nya. Berulang kali Khafi terus merapalkan ampun kepada Allah SWT.

"Ouh begitu.. "

"Yasudah Pak.. Saya tinggal dulu, nggeh? Ingin membangunkan Lila karena sebentar lagi adzan. "

"Nggeh Gus monggoo.. "

Khafi membuka pintu kamar, mendapati Lila tidur tengkurap menutupi seluruh tubuh nya dengan selimut kecuali kepala. Ia berjalan kemudian duduk di pinggir ranjang sembari membelai rambut Lila yang menutup wajah cantik nya.

"Lila ayo bangun.. Sebentar lagi dhuhur. " Ucap Khafi begitu pelan dan lembut, bahkan pria itu sesekali mengelus pipi Lila.

"Iihh awas gue masih ngantuk!! " Rancau Lila menepis tangan Khafi juga mendorong tubuh Khafi. Kemudian kembali tidur.

"Cepat turun atau mau saya gendong seperti dulu? " Tanya Khafi.

"Arghhh.. Kenapa sih elo tuh nyebelin banget? " Teriak Lila langsung terduduk dengan wajah dongkol nya siap menerkam Khafi.

"Sudah jangan marah-marah seperti itu. Lebih baik sekarang kamu mandi biar seger, abis itu shalat lalu makan, kalau masih ngantuk bisa tidur lagi. Hari ini saya liburkan kamu dari jadwal belajar kitab. " Jelas Khafi membuat wajah Lila berbinar seketika.

Sejak kemarin memang Lila diminta oleh Umi Sofia untuk belajar Fiqih dengan Khafi, dan akan mengikuti semua kelas beliau.

"Aahh.. Makasih Abang Gus. " Teriak Lila saking bahagia nya, bahkan dia sampai tidak sadar langsung mencium pipi Khafi hingga membuatnya menegang seketika.

Detik berikutnya suasana menjadi begitu canggung, Lila yang merutuki kebodohan nya karena bersikap terlalu frontal sedangkan Khafi yang masih begitu terkejut dengan apa yang dia alami.

"Gue mau mandi dulu. " Ucap Lila langsung buru-buru keluar kamar mengambil hijab instan nya.

"Apa itu mimpi? " Gumam Khafi begitu tak percaya. Untuk pertama kalinya Khafi dicium oleh Lila, apakah tanda nya ada harapan untuk rumah tangga mereka?

****
"Bodoh.. Bodoh.. Kenapa lu bisa begitu bodoh, Lila? Siapa yang ngajarin elu ngelakuin hal bodoh kaya gitu? Bisa-bisa itu aki-aki pasti salah paham. " Ucap Lila menepuk jidatnya karena kesal. Hilang sudah harga dirinya dihadapan Khafi.

Pipi Lila sejak tadi sudah begitu merona memikirkan kejadian dimana bibirnya menyentuh pipi Khafi yang ditumbuhi bulu halus.

"Gue pasti udah gila. "

Begitu selesai mandi Lila buru-buru masuk ke dalam kamar karena ia pasti tau kalau Khafi sudah ke masjid lebih dulu karena selama mandi tadi Lila sengaja dibuat lama.

Bahtera Cinta Gus KhafiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang