Bagian 12

1.6K 62 1
                                    


Khafi pulang ke apartment Lila sudah begitu larut. Begitu pintu terbuka nampak semua sudah sangat gelap. Mungkin sekarang Lila sudah tertidur.

Khafi masuk ke dalam apartement menutup pintu kemudian berjalan menuju kamar nya. Detik berikut nya lampu menyala terpapang Lila tengah duduk di sofa sambil melipat tangan depan dada.

"Dari mana lo? " Tanya Lila begitu dingin.

"Bukan urusan mu. " Jawab Khafi dengan nada lebih dingin, setelah itu kembali berjalan menuju kamar.

"Ini apartement milik gue. Jadi gue berhak tanya. "

"Khaf!! Gue tanya sama lo!! " Ucapan Lila seketika langsung meninggi. Lila bangkit dari tempat duduk nya. Khafi memberhentikan langkah kemudian menatap Lila.

"Apa urusan mu? Bukan kah ini yang kamu bilang kan? Kita itu cuma orang asing jadi bersikaplah seperti orang asing. Saya hanya manusia biasa, saya juga punya batas kesabaran saya.. Sudah lah hari ini saya tidak ingin berdebat dengan mu. " Ucap Khafi begitu pelan namun terdengar sangat dingin.

Lila langsung ditinggal Khafi begitu saja. Kekesalan Lila juga malah semakin bertambah.

"Cihh.. Okee kalau gitu. Gue juga ga minat mau ngomong sama lo. " Cibir Lila langsung berjalan menuju kamar nya.

Khafi menutup pintu dengan pelan. Fikiran nya benar-benar kacau. Hubungan nya dengan Lila saat ini benar-benar renggang sangat jauh, Khafi tidak punya cara untuk memperbaikinya. Khafi fikir dengan Khafi bersikap seperti itu, Lila akan sedikit merasa melemah dan kehilangan tapi nyatanya tidak, justru Lila malah semakin membatu.

"Bagaimana lagi yang dapat saya lakukan agar kamu menerima saya? " Gumam Khafi merebahkan tubuh dikasur menatap langit-langit kamar.

*****
Berhari-hari mereka lalui tanpa adanya obrolan, baik Khafi maupun Lila benar-benar menjadi orang asing yang tinggal satu atap. Khafi sebenarnya lelah dan ingin berdamai dengan Lila, tapi ia tak punya pilihan lain hatinya sudah terlanjur sakit akan ucapan Lila.

Saat ini Khafi tengah terduduk di sofa memandang pintu kamar Lila. Kamar yang sudah lama tidak terbuka, bahkan Khafi merasa seperti tinggal seorang diri saja.

Jika seperti ini terus Khafi bisa lepas kendali, lebih baik ia sibukan diri dengan mengajar di Pesantren saja, jadi setidak nya fikiran Khafi jadi lebih tenang.

Khafi pergi dari apartement ke Pesantren, dan ketika sampai di depan Ndalem kebetulan ada Fitri dan juga Amanda sedang menyapu area latar.

"Fit.. Ada Gus Khafi. " Ucap Amanda begitu melihat Gus Khafi tiba dan langsung berjalan masuk ke dalam rumah tanpa memerdulikan kedua santri wati tersebut.

"Eeh iyaaa.. "

"Assalamualaikum Gus. " Sapa kedua santri itu pada saat Khafi sampai di samping mereka berdua. Terlihat sekali jika Fitri sesekali mencuri pandang dengan Gus nya.

"Waalaikumsalam. " Jawab Khafi dengan nada datar dan berniat pergi dari hadapan Fitri dan juga Amanda. Tiba-tiba saja sebuah ide terlihat dalam benak Fitri.

"Eehh Gus.. " Cegah Fitri tiba-tiba. Membuat Khafi langsung memberhentikan langkahnya.

"Ada apa? "

"Boleh minjem kitab fiqih punya Gus Khafi? " Tanya Fitri nampak ragu, takut kalau Khafi akan marah padanya.

"Kan mulai. " Gumam Amanda sangat pelan.

"Untuk apa? "

"Ada beberapa materi yang Gus terangkan yang tidak saya pahami, mungkin dengan saya pinjam kitab milik jenengan saya dapat menemukan jawaban. " Jawab Fitri dengan nada begitu lembut.

Bahtera Cinta Gus KhafiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang