Juni, bulan yang ditunggu-tunggu sebagian besar orang yang akan membuat mereka selangkah lebih dekat dengan mimpi mereka. Menjemput mimpi yang sangat beragam namun cemerlang.
Tak lantas ada yang merancang jalur hidupnya sebagaimana layaknya peta untuk menggapai mimpi mereka dan ada pula yang hanya mengikuti alur, tergantung persepsi masing masing.
Putih abu-abu, jenjang yang kata banyak orang merupakan jenjang yang paling indah, jenjang yang dinanti-nantikan, jenjang yang penuh cerita, jenjang yang menggebu-gebu, jenjang yang selalu dirindukan orang-orang yang telah meninggalkannya. Apakah faktanya memang benar begitu?
Tak jarang, banyak siswa siswi yang sangat ingin melepas seragam putih birunya dan berganti menjadi putih abu-abu untuk menjemput kisah mereka yang indah layaknya perkataan banyak orang.
Tahun ini...
Bulan ini...
Hari ini...
Detik ini juga, merupakan awal dari seorang gadis yang sangat menantikan datangnya hari ini. Hari untuk mengganti seragam putih birunya menjadi putih abu-abu walaupun faktanya dia tak mengenakan seragam putih abu-abu dikarenakan sekolahnya merupakan sekolah swasta. Walau swasta, namun sekolah ini terkenal dan banyak diminati dan rerata yang bersekolah disini adalah anak anak dari kalangan menengah keatas.
Memandang pantulan dirinya pada cermin yang berada di depannya, memastikan bahwa dirinya sudah siap dengan hari barunya. Menanti kisahnya di jenjang ini, apakah kisahnya akan indah? Penuh dengan hal romantis? atau malah hal buruk yang akan terjadi? Berdoa saja.
"Gak sabar" gumamnya monolog.
Memastikan lagi bahwa dirinya sudah siap, merapikan blazer yang melekat indah di tubuhnya dan mengoleskan sedikit liptint di bibir merah mudanya.
"Perfect" Ucapnya lagi.
Setelah memastikan diri, gadis tersebut menuju ke walk in closet-nya untuk mengambil tas ransel yang kemudian dipakainya. Setelahnya, barulah ia melangkah girang keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan sebelum memulai harinya.
"Pagi bunda, pagi juga bik" Ucapnya sambil melangkah mengecup pipi bundanya dan memeluk manja sang Ibunda yang sedang memasak bersama asisten rumah tangganya.
"Pagi sayang" balas seseorang yang disebut bunda.
"Pagi Non, cantik banget hari ini" Puji sang bibik yang dibalas cengiran malu-malu meong oleh sosok yang dipuji.
"Semangat banget kamu hari ini? udah gak sabar ya?" Tanya sang ibu.
"Iya dong bund, ini kan hari pertama masuk sekolah. Harus semangat 45!" jawabnya semangat sambil jarinya mengepal menunjukkan sesemangat apa gadis tersebut.
"Yaudah sarapan dulu yuk. Tolong panggilin Ayah dan Adikmu ya"
"Oke bund laksanakan" ucapnya dengan gesture tangan memberi hormat pada sang ibu.
Tak berselang lama, mereka sekeluarga pun berkumpul dan memulai sarapan pagi yang penuh dengan kehangatan.
"Oh iya Yah, hari ini aku berangkat bareng teman jadi gak usah dianterin, Ayah anterin Adek aja akunya gak usah" Ucap gadis tersebut pada sang Ayah.
"Tapi ini kan hari pertama kamu sekolah Kak, emang kamu gak takut?"
"Apa sih Ayah. Aku tuh dah gede, gak perlu dianterin segala, apalagi kantor Ayah dan SMA aku kan beda arah"
"Yaudah kalau gak mau. Tapi mulutnya gak usah dimanyungin gitu dong kak, katanya udah gede tapi ngambekan. Kamunya jadi jelek kalau lagi ngambek Kak" Ejek sang Ayah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekedar Rasa
Teen FictionTentang rasa yang menghiasi kehidupan yang penuh liku ini. Rasa yang mampu membangun dan membangkitkan semangat hingga meruntuhkan tembok terkuat yang telah dibangun bertahun-tahun. Akhir dari rasa ini mengiring setiap jiwa merasakan bahagia maupun...