CHAPTER 28

79 17 5
                                    

Setelah mendengar penjelasan Erin, Leo langsung berlari menuju kediaman keluarga Dyalo untuk memeriksa keadaan sang sahabat. Namun nihil, matanya tak menangkap adanya kehidupan di kediaman tersebut.

Dia pun mencoba menghubungi nomor Seya namun yang dia dapat hanya ocehan dari sang operator telepon yang mengatakan bahwa nomor tersebut sedang tidak aktif.

Leo hanya bisa menjambak rambutnya frustasi dengan situasi saat ini. Dan tentu saja membuatnya sangat kebingungan dan kelimpungan memikirkan segala variabel tentang kondisi sang sahabat.

Tak ingin membuang waktu, Leo bergegas kembali ke kediamannya dan sesegera mungkin mengendarai mobilnya menuju restoran yang dimaksud oleh Erin dengan harapan Seya masih berada disekitaran sana.

Kini Leo mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dirinya tampak kesetanan sekarang hingga tak segan akan menyalip serta memaki dan membunyikan klakson secara brutal kepada pengendara yang menghalangi jalannya.

"Sey, lo dimana sih?" ucapnya lirih. Dalam hatinya terus menggumamkan doa dengan harapan sang sahabat dalam keadaan baik-baik saja.

Kini Leo telah tiba di restoran yang menjadi lokasi terakhir Seya terlihat. Dengan segera Leo menghampiri Erin.

"Rin, gimana Seya? Udah ketemu?" Erin menggeleng dengan raut wajah sedih.

"Arghhh!!! Sey lo dimana sih?" Kini Leo mengacak frustasi surainya. Kepanikannya pun semakin menjadi-jadi.

"Leo tenang dulu ya, Erin yakin kita bisa nemuin Seya. Kalau Leo kayak gini, siapa yang bakal nemuin Seya? Jadi Leo tenang ya" Mendengarnya kini Leo berusaha menenangkan dan mengembalikan rasionalitas dirinya.

"Rin, lo hubungin Sean, minta bantuan dia buat nyari Seya, okay?" Erin mengangguk sebagai balasan perkataan Leo dan dengan cepat menghubungi Sean untuk meminta bantuannya.

"Lo tungguin Sean disini, gue cabut duluan nyari Seya, lo gapapa kan gue tinggal sendiri?" tanyanya yang merasa khawatir meninggalkan Erin sendiri.

"Erin gapapa. Leo duluan aja, kak Sean katanya udah otw kok" Leo mengangguk paham dan segera berlari kembali menuju mobilnya.

Kini dia tengah mengendarai mobilnya menuju ke tempat-tempat yang memiliki peluang untuk didatangi Seya. Namun sayang, hampir semua tempat yang didatanginya tak menunjukkan tanda-tanda kehadiran dari sosok yang tengah dicarinya.

Hingga kini dia berada ditempat terakhir yang menjadi harapannya. Leo dengan cepat menyusuri taman dengan harapan menemukan Seya di tempat ini. Namun lagi-lagi ia tak menemukan sosok itu.

Kini Leo berlutut di tanah. Dia bingung harus bagaimana lagi, semua lokasi sudah ia telusuri, bukannya menemukan sosok yang tengah dicarinya, justru mendatangkan rasa lelah yang diselimuti perasaan khawatir yang kian membuncah.

Leo mengusap wajahnya kasar, matanya sudah memerah dan rambutnya tampak acak-acakan. Benar-benar tampilannya saat ini tidak mencerminkan sosok Leo sehari-harinya yang perfeksionis.

"SEYA!!! LO DIMANA?" Teriaknya frustasi masih dengan posisi berlutut ditambah meninju kasar permukaan tanah.

"Seya..." Kini air mata itu pun membasahi pipinya. Dia sudah tak bisa lagi menahan air matanya yang sejak tadi menyeruak meminta untuk dikeluarkan.

Drrttt... Drrttt... Drrttt...

Suara telepon pun menghentikan aktivitasnya. Leo dengan cepat menjawab telepon tersebut setelah melihat bahwa panggilan tersebut berasal dari sosok yang tengah dicarinya, Seya.

"Seya, lo dimana? Gue sekarang ke situ ya?" tanya Leo cepat setelah telepon tersebut tersambung.

"Leo" panggilnya dari seberang telepon. Mendengarnya Leo bisa memastikan bahwa gadis ini tidak dalam kondisi baik-baik saja. Dari suaranya saja Leo tahu bahwa Seya sedang menangis.

Sekedar RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang