Tentang rasa yang menghiasi kehidupan yang penuh liku ini. Rasa yang mampu membangun dan membangkitkan semangat hingga meruntuhkan tembok terkuat yang telah dibangun bertahun-tahun.
Akhir dari rasa ini mengiring setiap jiwa merasakan bahagia maupun...
"SEYA!" Teriak Erin dan Sean panik melihat kejadian yang baru saja terjadi didepan mereka.
Mereka berdua pun mendekat ke arah Seya yang sudah terkulai lemas dalam rengkuhan tubuh Leo. Kini wajahnya pucat pasih, badannya begitu dingin dan lemas saat ini.
Sean menepuk bahu Leo yang sedang menangis dengan posisi masih memeluk erat tubuh Seya.
"Kemarikan Seya" pintahnya pada Leo.
"LO MAU APA?!!" teriaknya membentak tak ingin memberikan Seya pada sosok lelaki di depannya ini.
"Lo gak liat kondisi Seya saat ini? Gue cuma khawatir, lo jangan egois gini dong. Gue cuma mau baringkan dia ranjangnya"
Leo pun berusaha menetralkan kembali dirinya, berusaha memanggil kembali logikanya yang sejak tadi telah tertutup rasa panik. Setelahnya, dia pun membiarkan Sean mengambil alih tubuh Seya.
Sean menggendong Seya ke tempat tidurnya dan membaringkannya di sana. Dengan sigap Sean memberikan pertolongan pertama pada lengan Seya yang terkena sayatan cutter berkat ulahnya sendiri.
"Bro, lo sekarang mending obati luka lo, gue udah telpon dokter pribadi keluarga gue buat datang" Selanjutnya Sean menoleh ke arah Erin "Rin, tolong temenin dia, dia lagi shock banget"
Mendengar penuturan sahabatnya itu, Leo pun mengarahkan pandangannya ke arah telapak tangannya. Dan benar saja, darah mengalir deras dari telapak tangannya itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dia hanya memandang nanar tangannya tersebut hingga satu senyuman dia ukir di wajahnya. Merasa legah bahwa dirinya lah yang terluka bukan sosok yang sangat ingin dia lindungi.
Pergerakan Seya yang cepat ketika mengiris pergelangannya masih kalah cepat oleh pergerakan Leo untuk merebut cutter itu.
Akibat pergerakan Leo yang tiba-tiba merebut cutter tersebut membuat telapak tangannya kini mendapat luka goresan yang cukup dalam. Terlihat dari darah yang terus mengalir dengan derasnya.
Bagaimana dengan Seya? Akibat dirinya yang tanpa sengaja melukai sosok sahabatnya membuatnya terkejut bukan main. Hingga membuatnya tak sadarkan diri dan jatuh kedalam pelukan Leo.
Erin Mengulurkan tangannya menyentuh bahu Leo yang membuat sosok tersebut tersentak dan menoleh padanya. "Leo, dokternya sudah datang, obati tangan Leo dulu yuk? Erin temenin" ajaknya.
Mendengar ajakan tersebut, Leo pun mengangguk dan segera mengikuti langkah Erin untuk mengobati telapak tangannya.
Sebelum benar-benar meninggalkan ruangan itu, Leo berbalik untuk memastikan kondisi Seya.
"Tanang aja. Lukanya gak parah, lukanya juga udah kering. Habis lo, baru dokternya ke sini buat meriksa si bocil" Leo yang mendengarkannya pun mengangguk.
"Gue titip dia" pintahnya pada Sean.
*****
Setelah mengobati Leo dan memeriksa keadaan Seya dokter tersebut pun pamit untuk pulang. Kini hanya ada mereka berempat di kediaman keluarga Dyalo. Leo masih betah menemani dan menjaga Seya, begitu pula dengan Sean dan Erin.