CHAPTER 16

118 23 8
                                    

"Bangsat!"

Sebuah umpatan yang dilayangkan berhasil merebut atensi seisi kelasnya. Umpatan yang ternyata keluar dari mulut seorang gadis cantik nan barbar, Joy.

"Gue gak bisa lagi. Gak sanggup" teriaknya lagi.

"Sabar atuh Joy, tahan aja. Ini cuma seminggu, habis itu Joy bisa habisin waktu liburannya. Erin yakin Joy bisa ngelewatin semua ini" Tangan mulus Erin pun mengepal untuk memberi kekuatan pada Joy.

"Perjuangan gue buat seminggu ini gak bisa dibayar dengan libur dua minggu. Gue udah capek-capek, eh malah libur yang dikasih cuma 2 minggu. Gak pikir apa tuh kepala sekolah kalau murid lelah hayati?"

"Erin diam, Erin imut"

"Otak gue yang seksi ini gak sanggup untuk menerima semua isi buku ini" Joy mengacak semua buku-buku yang berderetan di hadapannya.

"Otak ada yang seksi ya? Erin kok baru tau"

"Ya ada, otak gue. Btw Rin, nanti gue nyontek ke lo ya? Hmm?" pintah Joy dengan memasang muka penuh harap.

"Tapi kan Erin sebangkunya sama Seya"

"Yah gapapa. Kan lo bisa bisik-bisik tetangga ke gue"

"Erin gak suka bisik-bisik tetangga tau. Mending Joy nyontek di Leo aja, dia kan teman sebangku Joy. Terus Leo kan pintar banget"

"Percuma pinter Rin, dia tuh hidupnya penuh dengan keadilan dan kejujuran, mana mau dia bagi jawaban. Kalau dia nyalonin jadi presiden, gue yakin banyak yang milih dia"

"Bener sih kata Joy. Tapi Leo tuh pernah ngasih Erin contekan kok"

"What? Seriusan? Gue gak salah denger kan? Apa perlu gue periksa dulu ke dokter THT?"

"Beneran tau. Waktu SMP kelas 3 kan Erin sekelas bareng Leo, sebangku juga. Nah Erin ada satu nomor yang lupa rumus, jadi Erin tanya Leo dan dikasih tau kok rumusnya"

"Yehh... itu mah karna lo nanyanya cuma satu nomor, mana cuma nanya rumus lagi. Lah gue? Disodorin kertas ujian aja gue masih gak paham, ujungnya gue nyalin sama persis aja"

"Yaudah, Joy mau tukeran bangku gak biar bisa sebangku dengan Erin?"

"Boleh tuh, boleh banget. Beruntung banget sih gue punya temen kayak lo" ucapnya sambil memeluk gemas Erin.

Bel sekolah pun berbunyi yang menandakan ujian sebentar lagi akan dimulai. Para siswa-siswi pun segera menuju ke bangku mereka masing-masing. Tak butuh waktu lama, para guru yang akan mengawasi berjalannya ujian juga memasuki ruang kelas.

Kertas ujian pun disebar ke para murid. Kertas yang akan menguji mereka saat ini dan menentukan masa depan mereka kedepannya nanti.

Ujian pun berlangsung tertib walau dihiasi dengan wajah-wajah lesu parah murid yang melihat deretan pertanyaan di kertas tersebut.

Joy yang juga menatap kertas itu hanya bisa pasrah dan menghembuskan nafas berat. Ujian merupakan hal yang paling dibenci olehnya dan akan membuatnya kesal selama berhari-hari. Namun, sepertinya kekesalan akibat ujian hari ini akan sedikit berkurang dengan adanya sosok malaikat penyelamat di sampingnya.

"Rin, siniin dikit kertasnya napa? Gak keliatan tau" bisik Joy pada Erin.

Erin pun dengan senang hati memperlihatkan lembar ujiannya pada Joy. Dengan sigap Joy menyalin jawaban Erin ke kertas ujiannya.

"Jangan di samain semua jawabannya Joy. Kan aneh kalau tiba-tiba Joy masuk 10 besar"

"Bukannya lo bahagia gue masuk 10 besar?"

"Bahagia kalau Joy memang pintar, tapi pasti aneh kalau peringkat 50 besar tiba-tiba merangkak ke 10 besar"

"Biarin wae lah Rin"

Sekedar RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang