CHAPTER 15

126 21 5
                                    

Hubungan persahabatan Leo, Sean dan Seya kian membaik yang terbukti mereka kerap kali menghabiskan waktu luang bersama seperti halnya hari ini. Mereka bertiga berencana menghabiskan waktu di Game Center di salah satu Mall di daerahnya.

Mereka terlihat sangat bahagia, bahkan sosok Leo pun tanpa sadar mengukir senyum di wajahnya. Persahabatan mereka bertiga benar-benar mampu membuat iri yang menyaksikan.

Sebelum memulai menjelajahi game center tersebut, Seya terlebih dahulu menarik kedua pria tersebut ke tempat menjual aksesoris.

"Sumpah hiasan kepala ini cantik banget deh, mau coba ini gak?" Seya menunjukkan Flower crown pada Sean dan Leo.

Kedua lelaki itu tentu saja mengernyit bingung dengan maksud Seya memperlihatkan Flower crown tersebut kepada mereka berdua.

Hingga Leo menunjukkan raut ketidaksukaan di wajahnya. Hal ini dikarenakan Seya dengan entengnya memakaikan Flower Crown di kepalanya. Lelaki mana sih yang memakai Flower Crown?

"Sumpah lo cantik banget hahaha" Sean menertawakan Leo yang wajahnya kini terlihat mendung dan akan segera mengeluarkan petir.

"Bangsat!"

Tawa Sean yang sebelumnya terdengar nyaring tiba-tiba saja mendadak sunyi seiring ia merasakan beban ringan di atas puncuk kepalanya. Rupanya Seya memasangkan bando yang berbentuk telinga rubah.

Sepersekian detik otak Sean mencerna situasi, akhirnya dia paham. Namun, bukannya melayangkan protes seperti yang dilakukan Leo, ternyata Sean menunjukkan reaksi yang berbeda.

Dia hanya menunjukkan deretan giginya di depan Seya yang menandakan dirinya baik-baik saja dan mungkin suka dengan pilihan Seya?

Usai mengurus kedua pria itu dengan aksesoris kepalanya, dia pun memilih aksesoris yang akan digunakannya. Pilihannya jatuh pada bando berbentuk telinga kelinci.

"Bagaimana?" tanyanya dengan berpose imut.

"Imut" Jawab Leo

"Amit-amit Sey, ganti dah ganti. Kasian kelincinya kalau lo pakai itu, ras-nya pasti ternodai" Seya dibuat geram mendengarkan ucapan Sean, sontak saja dia mengacungkan tangannya yang terkepal ke arah Sean.

"Iya-iya lo cantik deh" lanjutnya.

"Gak ikhlas nih mujinya?"

"Ikhlas banget Sey. Saking ikhlasnya gue bakal gelar sedekah ke kaum kelinci" Mendengarnya, Seya hanya merotasikan matanya malas. 'Untung suka' batinnya.

"Sey, sumpah ini alay banget"

"Gak alay Yo, lo cocok banget pakai itu" ucap Seya memandangi Leo dengan tulus seakan meyakinkan Leo.

Apalah daya, dia adalah Leo. Sosok yang sangat keras kepala jika sesuatu tidak sesuai dengan prinsipnya. Berbagai protes pun pun ia layangkan, namun Seya seakan menulikan telinganya dari ocehan Leo.

"Udahlah Yo, pasrah" Sean menenangkan Leo dengan menepuk pelan bahunya. "Cowok itu selalu benar dan menang di hadapan logika, namun akan kalah di hadapan cewek. Seya itu cewek, jadi lo pasti bakal kalah sama dia" Mendengar perkataan Sean, Leo pun hanya menghembuskan nafas berat seakan pasrah dengan kemauan Seya.

"Woi dua kurcaci. Main Street Basketball yuk, yang kalah bakal traktir full satu hari ini? Gimana? Setuju?" Seya dan Leo pun menoleh melihat ke arah Sean.

"Setuju!" tanpa aba-aba Seya berteriak antusias.

"Boleh, tapi Seya gak perlu ikut. Berdua aja bareng gue" imbuh Leo.

"Lah? Kenapa? Gue mau ikut taruhan juga" ujar Seya.

"Setuju. Lo ikut main tapi gak usah ikut taruhannya. Gak lucu kalau lo yang kalah, yakali cewek yang traktir, harga diri gue sebagai pria mau ditaruh dimana? Bisa-bisa muncul artikel ketua osis terhormat ASTER High School ditraktir oleh cewek, kan malu Sey"

Sekedar RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang