CHAPTER 13

128 28 8
                                    

Seorang pria terlihat sedang mondar-mandir di depan ruang osis. Ia terlihat sedang kegusaran saat ini.

"Pokoknya harus hari ini, kesempatan itu harus dibuat. SEMANGAT 45!!! MERDEKA!" teriaknya penuh semangat tanpa memperdulikan pandangan aneh di sekitarnya.

Tanpa basa-basi lagi, diapun segera melangkah masuk ke ruang osis dengan semangat yang membara. Langkahnya tepat berhenti disalah satu meja bidang dimana sang koordinator merupakan sahabatnya.

"Iyon, lo liat Seya?"

"Seya? Ngapain lo nyari dia?" balas Iyon dengan sebuah pertanyaan.

"Kepo! Gak usah banyak tanya, kasih tau aja anak lo dimana?"

"Belum muncul. Mungkin dikelasnya"

"Oke thanks. Gue cabut duluan" pamitnya dengan menepuk pelan bahu Iyon dan melangkah keluar.

Belum mencapai pintu, langkahnya tiba-tiba berhenti dengan suara sang sahabat terdengar memanggilnya.

"Sean" panggil Iyon pada Sean. Iya, lelaki yang tengah dilanda kegusaran ini adalah Sean, sang ketua osis ASTER high school.

"Hmm? Why?"

"Lo sama Se–" Diam, Iyon tak melanjutkan perkataannya.

"Kenapa lo? Kesambet? Lanjut buru, gue tuh orang sibuk ya asal lo tau" cercah Sean bingung akan sikap sahabatnya yang tiba-tiba diam.

"Gapapa. Duluan" ucapnya mengakhiri pembicaraan dan melangkah keluar ruangan meninggalkan Sean yang kebingungan sendiri.

"Lah? Bukannya gue yang mau duluan tadi? Kok malah si kulkas yang duluan?" Sean hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap Iyon.

*****

Di Kelas X IPA 2 sedang heboh dengan kemunculan sang ketua osis yang tiba-tiba. Namun, hal itu tidak berlaku untuk sang ketua kelas X IPA 2, Leo.

"Joy, liat Seya kagak?"

"Tadi katanya lagi ngurusin rekap data osis bareng Erin, tapi gak tau dimana" jelas Joy.

"Okay deh. Gue cabut duluan ya, mau nyari tuh bocil" pamitnya dan melangkah keluar.

"Ngapain lo nyari Seya?" Pertanyaan ini sontak membuat langkah Sean terhenti dan berbalik untuk melihat sang penanya.

Pertanyaan yang sudah bisa dipastikan bukan berasal dari Joy. Tetapi Leo, ketua kelas X IPA 2 sekaligus sahabat Seya dan sahabatnya dulu.

"Ada urusan" jawab Sean dingin dan segera melangkah menjauh.

Sean pun berniat mencari posisi Seya sekarang. Akan tetapi hal itu tertunda karena seseorang membawa berita bahwa Sean sedang dicari oleh salah satu guru di sekolahnya. Maklum saja, sosok Seandra Rafiki Woodsvian ini memanglah sosok yang sangat penting.

*****

Entah bagaimana ceritanya, sekarang terlihat sepasang insan sedang duduk berhadapan dengan kikuk di sebuah Cafe depan sekolah.

Setelah kelas berakhir, tiba-tiba saja Sean muncul di hadapan Seya dan meminta untuk berbicara empat mata, hal ini tentu saja disetujui oleh Seya. Beda halnya dengan Leo, dia tidak setuju dan bersikeras untuk ikut tetapi ditolak oleh Seya.

Kalau Leo ikut, bukannya mereka akan berbaikan malah kiamat kecil akan muncul kalau mereka berdua adu jotos. Namun, berkat penjelasan dan bujukan Seya, Leo pun mengalah dengan syarat dia akan menjemput Seya nanti.

"Sey, apa kabar?" tanya Sean membuka pembicaraan.

"Baik kak. Kakak sendiri?" tanya Seya balik.

"Seperti yang lo liat. Aneh banget gue denger lo sesopan ini sama gue, biasanya juga bar-bar dan manggil gue Sean langsung tanpa embel-embel kakak" canda Sean yang membuat Seya semakin kikuk. "E-eh? Gak usah kikuk Sey, gue cuma bercanda" lanjutnya berusaha menenangkan Seya.

Sekedar RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang